Selasa, 28 Rabiul Akhir 1446 H / 19 November 2019 18:43 wib
3.363 views
Tanah Airku Rusak karena Kemaksiatan
Oleh:
Ari Sofiyanti, S.Si, Alumni Biologi Universitas Airlangga
TANAH Airku kini telah tercemar. Sungai-sungai penopang kehidupan kini malah menjadi ancaman kematian. Begitulah kondisi Sungai Bengawan Solo yang telah tercemari oleh limbah ciu. Tercemarnya aliran sungai terpanjang di Jawa ini mengakibatkan tiga Instalasi Pengolahan Air (IPA) milik Perumda Air Minum Toya Wening Solo sempat tidak beroperasi selama beberapa hari. Hal ini menyebabkan penghentian aliran air bersih kepada 16.000 pelanggan PDAM Solo, para pelanggan pun harus diberikan jatah air bersih yang diangkut menggunakan enam mobil tangki air milik PDAM Solo.
Aliran air Sungai Bengawan Solo yang tercemar limbah ciu terlihat berwarna hitam pekat dan mengeluarkan bau khas ciu. Warga yang biasa menggunakan air sungai tersebut untuk berendam, memancing dan menjaring ikan pun merasakan gatal-gatal ketika melakukan kontak langsung. Ikan-ikan pun yang hidup di air Sungai Bengawan Solo mengalami keracunan dan mati.
Buntut panjang pencemaran air Sungai Bengawan Solo bermula dari adanya kawasan industri ciu di sepanjang aliran Kali Samin. Ciu adalah minuman beralkohol yang memiliki kadar alkohol sekitar 30 hingga 40 % yang dibuat dari hasil penyulingan tetes tebu yang telah difermentasi. Industri ciu mencakup dua kecamatan di Kabupaten Sukoharjo dan jumlah produksi ciu di lokasi itu diklaim mencapai 200 unit. Salah satu tempat di Kabupaten Sukoharjo yang identik dengan ciu adalah Desa Bekonang yang kemudian tenar disebut ciu Bekonang. Industri minuman keras skala rumah tangga ini diolah secara tradisional dan tidak memiliki instalasi pengolahan limbah. Limbah-limbah alkohol itu pun dibuang di sungai. Alam pun rusak, makhluk hidup menjadi korban.
Lantas, apakah kita sebagai kaum muslim tak hendak berkaca pada masalah ini?
Kita manusia hanyalah berkedudukan sebagai makhluk yang diciptakan dan hamba yang harus tunduk pada aturan Sang Pencipta yaitu Allah SWT. Jelas Allah telah melarang manusia meminum khamr atau minuman keras yang memabukkan walaupun hanya setetes.
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al Maidah: 90)
Meminum minuman keras adalah haram dan keharaman yang dilakukan adalah suatu bentuk kemaksiatan. Demikian juga yang memproduksi minuman keras berarti melakukan kemaksiatan dan membuka peluang untuk manusia lain berbuat maksiat. Apalagi dalam sistem kapitalisme liberal ini manusia menghalalkan segala cara agar mendatangkan keuntungan. Bahkan negara memberikan payung hukum bagi industri minuman beralkohol misalnya di Kabupaten Sukoharjo pada PERDA Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pengawasan, Pengendalian, Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol.
Jika kita mengaku orang beriman yang menaati Allah dan aturan-Nya, maka sudah sewajarnya menjauhi konsumsi miras. Jika ada penyimpangan, maka harus ada amar ma’ruf nahi munkar dari masyarakat untuk menyampaikan kebenaran dan mencegah kemaksiatan. Sehingga masyarakat pun harus cerdas, yaitu paham Islam dan melaksanakan ajarannya. Kemudian negara memiliki peran yang sangat penting sebagai institusi yang menerapkan Islam dan mengikat seluruh warga negaranya dengan aturan Islam.
Hukum yang dipakai bersumber dari Al Quran dan Sunnah Rasul, bukan berdasarkan pemikiran manusia sendiri yang dibangun di atas asas manfaat semata. Jika semua ini kita abaikan, kerusakan demi kerusakan pun terjadi seperti sekarang ini. Kita bisa mengkaji peringatan Allah untuk manusia dalam surat Ar Rum ayat 41:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Kerusakan alam yang telah menimpa, banyaknya pencemaran di daratan maupun di lautan yang membinasakan makhluk di dalamnya adalah karena manusia yang mengabaikan hukum Allah. Manusia telah banyak melakukan kemaksiatan lalu Allah pun menguji dengan bencana kerusakan agar kita kembali ke jalan yang benar, yaitu ke jalan Islam satu-satunya.Wallahu a’lam.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!