Senin, 8 Rabiul Akhir 1446 H / 24 Oktober 2022 15:38 wib
6.477 views
Kisah Mufidah, Remaja Penghafal Quran 30 Juz yang Butuh Dibantu
BANJARNEGARA (voa-islam.com)--Mufidah Khairunnisa (13), anak tukang servis elektronik ini mendambakan sekolah di pesantren untuk menjaga hafalan Qur'annya dan meraih cita-cita menjadi guru Qur'an. Namun keinginan anak asal "Negri Diatas Awan (Dieng)" ini rontok, karena keluarganya tak sanggup membayar mahalnya biaya di pondok.
Poniti Al Shodiqin (49), sang Ayah tak bisa mengandalkan hasil dari jerih payahnya sebagai jasa servis elektro panggilan. Sebab jasa servis tak menentu, sering kali Poniti hanya diberi imbalan uang sebesar 30 ribu rupiah dan itu hanya cukup untuk makan keluarganya. Sementara sang bunda, Bingah (45) sudah hampir dua tahun tergolek lemas akibat sakit tumor otak yang dideritanya.
"Ibu ingin saya jadi anak yang sukses, shalihah dan menjadi penghafal Al Qur'an. Saya ingin membanggakan keluarga saya terutama ibu saya. Saya sangat sayang dengan ibu saya, karena dia yang melahirkan saya. Kalau tidak ada dia maka saya juga tidak ada. Karena itu saya terus belajar menghafalkan Al-Qur'an. Pernah saya diminta disampingnya di tempat tidur waktu pertama kali suruh membacakan hafalan saya, ibu itu menangis, saya juga jadi ikut nangis," ucap Mufi lirih kepada relawan Infak Dakwah Center (IDC) baru-baru ini.
Pada kesempatan ini, Mufidah memohon kepada donatur IDC agar dapat membantu mewujudkan mimpi terbesar dalam hidupnya menjadi hafidzah, shalihah dan Ustazah. Dibutuhkan biaya pesantren hingga lulus selama 6 tahun sebesar 14 juta rupiah.
"Kepada donatur IDC, saya ingin bersekolah di Pondok. Saya ingin membantu keluarga saya khususnya keluarga saya. Ibu saya yang saat ini sedang sakit. Saya ingin nanti mempersembahkan hafalan saya, ilmu-ilmu saya pada orang tua saya, agar kelak saya bisa memberikan mahkota kepada ibu saya, bapak saya," ungkap Mufi sambil mengusap air mata.
Keluarga Mufidah Khairunnisa saat ini sedang diuji oleh Allah bertubi-tubi. Penghasilan sang ayah yang hanya pas-pasan, tak cukup untuk biaya sekolah. Apalagi di satu rumahnya masih ditambah penghuni keluarga kakaknya yang telah memiliki dua anak, juga menjadi beban keluarga.
Bingah sang bunda kini sempat dirawat di rumah sakit karena sakit tumor otak yang menyebabkan buta di kedua matanya. Sakit itu dialami sejak 2 tahun lalu, sebab sering merasakan pusing amat sangat dan vertigo.
Bingah sudah melakukan operasi bedah tempurung otak di Rumah Sakit (RS) Sarjito Yogyakarta. Efek operasi pengangkatan tumor di kepala itu sudah diprediksi dokter bedah jika sang pasien akan mengalami buta permanen.
Mufidah pun pasrah dengan kondisi ibunya yang sangat mencintai dan selalu berpesan agar ia jadi anak shalihah yang harus terus belajar Qur'an.
"Penyebab lain anak saya Mufidah absen sekolah itu, selain saya yang berpenghasilan tak menentu ya itu, harus membantu mengurusi rumah dan mengurusi ibunya. Kalau pas saya keluar dapat panggilan servis, istri saya yang ngurusi ya anak saya ini. Dari mulai makannya, menuntun ke kamar mandi, mengingatkan sholat, membersihkan rumah, menyapu, mencuci. Jadi Mufi yang mengurusi semua," ucap Poniti, sang ayah.
Beragam tekanan hidup keluarga yang dihadapinya ini tak membuat Mufidah putus asa untuk terus belajar. Meski statusnya kini tak bersekolah, ia tetap optimis belajar di Taman Pendidikan Qur'an (TPQ) Qur'anul Hidayah yang tak jauh dari rumahnya.
Kabar "Remaja Hafal 30 Juz" mulai tersebar di Desa Dieng Kulon. Banyak warga sekitar menyaksikan kesibukan Mufidah menghafalkan Al-Qur'an disela-sela aktifitasnya.
Rohmad, kepala seksi Kesejahteraan Masyarakat (Kasi Kesra) Desa Dieng Kulon membenarkan berita tersebut. Ia berharap hadirnya IDC yang membantu keluarga Mufidah bisa menginspirasi umat Islam, bahwa keluarga yang tidak mampu, dan seorang anak yang tak mengenyam bangku pondok mampu menghafalkan Al Qur'an.
"Saya mendengar kabar itu dan sudah mengkroscek ke banyak warga. Mufidah Khairunnisa ini anaknya pak Poniti warga yang kurang mampu, memang hafal Al-Qur'an. Kegiatannya setiap hari sering bawa Qur'an, tetangganya sering iri melihat kalau pas nyapu itu sambil mulutnya komat-kamit baca Qur'an. Tentu kami mengapresiasi anak ini karena bisa menjadi hafidzah di desa kami. Ini kebanggaan desa kami, semoga menjadi keberkahan kami," tutur Rohmad.
Bagi para pembaca Voa Islam yang ingin membantu keluarga dan pendidikan Mufidah silakan klik donasi.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!