Lord Hope of Thornes, seorang mantan uskup agung, mengatakan dirinya memeriksa Very Rev Robert Waddington --seorang pemimpin di Katedral Manchester yang bertanggungjawab atas sekolah-sekolah gereja-- terkait wewenangnya menyelenggarakan pelayanan gereja menyusul adanya tuduhan fedofilia atas Waddington. Namun kata Hope, dia tidak melaporkan masalah itu ke polisi atau lembaga perlindungan anak lainnya, sebab menurutnya Waddington tidak lagi berbahaya bagi anak-anak.
Tuduhan kejahatan seksual terhadap anak-anak yang dilakukan oleh Waddington muncul dari hasil penyelidikan bersama antara media Inggris The Times dan koran Australia, yang mengungkap dokumen-dokumen gereja di mana disebutkan bahwa Hope mengetahui kasus fedofilia di lingkungan gereja tahun 1999 dan juga tahun 2003, lansir The Guardian Jumat (10/5/2013).
Kantor Keuskupan York mengkonfirmasi bahwa mereka mengetahui adanya tuntutan hukum yang diajukan salah seorang korban. Waddington meninggal tahun 2007.
Kontroversi muncul setelah sebuah laporan yang dirilis awal bulan ini, yang diperintahkan oleh mantan uskup agung Canterbury Rowan Williams (mantan pemimpin tertinggi Church of England), yang memperingatakn gereja akan “bom waktu” yang disimpannya. Di mana jika gereja gagal mengambil tindakan segera untuk mengatasi masalah fedofilia maka hal itu akan membahayakan gereja sendiri.
Menurut Kepolisian Greater Manchester, semasa Waddington masih hidup tidak ada laporan mengenai kasus fedofilia yang dilaporkan oleh pihak keuskupan. Baru pada bulan Oktober tahun lalu ketika Eli Ward --salah seorang korban yang ketika anak-anak menjadi anggota paduan suara gereja-- melaporkan kasusnya, maka terungkaplah kasus fedofilia yang selama ini ditutup-tutupi oleh gereja dan keuskupan di Inggris itu.
Tuduhan terbaru ini menambah tekanan atas Justin Welby, pengganti Rowan Williams. Pemimpin tertinggi Church of England itu harus menghadapi masalah pendeta fedofilia bersamaan dengan perselisihan tentang perkawinan homoseksual dan juga uskup wanita.
Church of England adalah otoritas tertinggi dari Kristen Anglikan. Aliran Anglikan sendiri merupakan cabang dari Katolik yang didirikan oleh Raja Inggris Henry VIII. Henry VIII --yang memilik banyak wanita selingkuhan-- sebagai raja Inggris kala itu memiliki kekuasaan keagamaan, sehingga bisa mengutak-atik ajaran gereja. Aliran itu sengaja disempalkan oleh Henry VIII dari Gereja Katolik agar dirinya bisa menceraikan istri pertamanya Catherine of Aragon dan menikahi gundiknya Anne Boleyn, sebab berdasarkan ajaran Katolik perceraian diharamkan dan tidak mugkin terjadi. Dengan menyempalnya ajaran Kristen yang dianut kerajaan Inggris dari otoritas Katolik di Roma, raja Inggris itu menjadikan Church of England sebagai otoritas tertinggi Kristen Anglikan.*
Rep: Ama Farah