Sabtu, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 6 Desember 2014 08:30 wib
7.914 views
Ingin Kembalikan Peran Guru yang Sebenarnya, LKS MHTI Gelar RTD
JEMBER (voa-islam.com) - Lajnah Khusus Sekolah MHTI DPD II Jember menyelenggarakan Round Table Disscusion (RTD) pada Ahad (30/11/2014), yang dihadiri oleh guru-guru di beberapa sekolah di Jember dan sekitar. Acara yang bertempat di Hotel e-bizz, Jl. Kalimantan-Jember ini mengangkat tema, “Guruku, Pahlawanku”.
Acara ini dipandu oleh ustadzah Masyruroh yang menyapa hangat seluruh peserta dengan pemutaran video yang menggambarkan kondisi guru saat ini serta tayangang RTD yang pernah mebahas tentang kurikulum 2013. Ustadzah Puput Hariani S.Si sebagai koordinator LKS menyampaikan sambutannya yang mengingatkan seluruh peserta akan peran guru sebenarnya dan kondisi guru saat ini yang telah terjadi pengkebirian sekaligus sebagai pembuka diskusi.
“Saya berharap kita mendapatkan solusi bersama dalam permasalahan kita bersama, karena banyak guru yang terperdaya atas kungkungan Kurikulum 2013 sehingga peran kita (guru, red) belum bisa termaksimalkan. Saya mewakili MHTI, mengucapkan selamat berdiskusi semoga kita bisa berkonstribusi dalam perbaikan masa depan pendidikan kedepan” sambutannya diawal pembukaan diskusi.
Sesi diskusi dipandu oleh Ustadzah Naning S.Si diawali dengan pertanyaan bagaimana peran guru dalam K13? Mengomentari sesi awal diskusi disampaikan oleh bu Christin guru BK SMPN 2 Jember. Chirtin menyebutkan bahwa guru selain jadi pengajar sekaligus menjadi pendidik (transfer value).
“Kesuksesan anak didik tidak di tentukan oleh IQ tp juga EQ dan SQ. pendidikan anak juga perlu sentuhan hati Akhlaq dan moral anak didik ditentukan oleh kalbunya maka ini perlu diarahkan, namun di kurikulum 2013 ini administrasinya cukup banyak,” paparnya.
Testimoni selanjutnya oleh bu Aulia SMPN 1 Jelbuk, Aulia menyampaikan keluhannya terhadap kondisi guru dalam menerapkan K13 yang sangat menambah beban guru.
“Guru dulu memang banyak pengabdiannya kepada siswa, namun seiring dengan perubahan jaman menggeser orientasi guru bukan sebagai pengabdi tapi hanya sekedar profesi. Di K13 memerlukan banyak kesibukan mengisi administrasi dari pada memperhatikan siswa, semakin jauh dari siswa,” jelasnya.
Pemaparan yang senada disampaikan oleh bu Alfadiyah guru SMP Bustanul Ulum Wuluhan. Aulia menceritakan pengalaman anaknya yang masih duduk di bangku SD penerapan K13 sangat memberatkan.
”K13 peran guru hanya sebagai menjadi fasilitator, siswa cara belajarnya menggunakan 5M (mengamati, menanya, menggali info, mengolah dan mengomunikasikan) metode SAINSTIFIC. Peran guru mampu mengarahkan dan menghantarkan siswa menjadi anak didik yang baik jika dilakukan dengan optimal. Di K13 anak dibiarkan mencari info dan menilai suatu objek secara mandiri,” imbuhnya.
Selanjutnya bu Titin guru BK SMAN 3 Jember juga mengomentari. “DaIam K13 terdapat K1 yg bisa di artikan hablumminallah, k2 yg bisa diartikan hablumminannas, k3 dan k4 berisikan materi. Kurikulum K13 ada positif dan negatif maka kekurangannya perlu diperbaiki. Di K13 peran guru BK sangat penting untuk mengarahkan siswa. Perubahan kurikulum diperlukan untuk menyesuaikan dengan perubahan-perubahan IPTEK. Guru BK harus mengetahui karakter dan kebutuhan anak didik sejak awal masuk,” jelasnya.
Turut mengomentari Puput guru SMA Kesehatan Mitra Persada Nusantara Jember, “Pengalaman teman guru saya (guru agama) ketika ikut pelatihan K13 di Surabaya disimulasikan peserta di buat kelompok dan diberikan objek untuk di tafsirkan masing-masing kelompok, sedangkan tiap kelompok punya penafsiran beda-beda. Bayangkan kalau hal ini diterapkan pada anak didik kita? Saya tidak setuju karena dikhawatirkan akan mengaburkan pemahaman yg sebenarnya” jelasnya.
Sesi diskusi semakin panas saat termin kedua, saat dilempar pertanyaan sebenarnya bagaimana peran guru dalam dunia pendidikan? Menanggapi hal ini Aulia menanyampaikan pendapatnya.
“Saya merasa ngeri jika murid dibiarkan dengan pemahamannya, dan mencari informasi sendiri apalagi anak–anak jaman sekarang sangat labil. Ini sangat berbeda dengan murid-murid di jaman Islam jaman dulu, dimana guru mendidik muridnya dengan talkiyan fikriyan ( menanamkan konsep kepada siswa) sehingga murid punya bekal untuk berdiskusi, selain itu siswa dimotifasi untuk menuntut ilmu. Kemudian mendampingi anak didiknya untuk menjalani kehidupan secara benar dengan ilmunya” tegasnya.
Sesi diskusi ketiga, Bagaimana mengembalikan lagi peran guru yang sebenarnya? Dalam sesi ini Puput menyampaikan pendapatnya.
“Sangat ingin melihat anak didik seperti anak didik jaman Islam yang gemilang dahulu. Sulit untuk mewujudkan keinginan membentuk anak didik yang berkulitas dengan tekanan sistem yg menuntut kejar deadline. Sistem pendidikan Islam membentuk anak didik dari pemikiran dan nafsiyah Islam sehingga anak didik selain menguasai ilmu pengetahuan tetapi juga berakhlaq mulia,” harapnya di akhir diskusi.
Penyampaian materi roundtable oleh Faiqatul Himmah, S.Si (Aktivis MHTI). Faiqoh menjelaskan tentang Konstruksi Sistem Pendidikan Islam. Mengawali pemaparan materinya, Faiqoh menampilkan sebuah gambar pohon dengan berbagai unsur dan bagian-bagiannya. Diibaratkan pohon tersebut, buah yang dihasilkan bersumber dari akar yang mendasarinya. Sehingga seluruh permasalah yang terjadi dalam dunia pendidikan bisa dilihat dari nilai dasar yang diadopsi dalam sistem pendidikan tersebut, nilai dasar ini umumnya disebut dengan ideologi yang akan berpengaruh terhadap buah (output pendidikan, red).
“Metodologi, matapelajaran, standarisasi, tujuan, bahkan kurikulumnya akan berpijak dari akar yang mendasarinya. Saat ini nilai dasar pendidikan Indonesia dan pendidikan diseluruh negeri-negeri muslim adalah ideologi sekulerisme, sebuah paham yang memandang bahwa agama harus dipisahkan dengan kehidupan.” terangnya.
Faiqoh melanjutkan, “Bagaimana dalam Islam? Peran guru dalam pendidikan seharusnya mampu membentuk seorang individu yang berkepribadian Islam dilihat dari pola pikir dan pola sikap yang Islami. Dalam sistem sekuler ini, membuat guru tidak maksimal dalam mendidik. Dalam sistem sekuler kapitalis saat ini, guru hanya sebatas mentransfer ilmu di sekolah. Dalam sistem pendidikan Islam kurikulum yang diterapkan bersifar integral, maksudnya sains dan tsaqofah yang diterapkan distandarkan pada aqidah Islam. Aqidah islam sebagai landasan. Inilah yang menjadi standar benar salahnya sebuah Ilmu,” paparnya.
Metode pengajarannya adalah Talaqqiyan Fikriyan, yaitu penyampaian dan penerimaan pemikiran dari pengajar kepada pelajar harus menghubungkan pemikiran dengan fakta yang diindra dan dirasakan sehingga dipahami sebagai pemikiran bukan sekedar informasi. Akibatnya akan memberi pengaruh pada perilaku, bukan sekedar teori yang dihafal untuk menjawab soal ujian. Sehingga out putnya akan membentuk generasi yang unggul dan mulia berkepribadian Islam, Faqih Fiddin (paham agama), teknokrat, berjiwa pemimpin. Sehingga lahirlah Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi (158 – 218 H) penemu algoritma, Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā
(358 – 415 H) bapak kedokteran, yang hingga kini masih dijadikan rujukan para ilmuan barat. Mereka menjadi ahli dibidangnya pada saat yang bersamaan menjadi ahli agama. Bahkan dunia barat mengakuinya dan berterima kasih terhadap kegemilangan Islam yang bertahan selama ribuan tahun.
“Kedudukan guru yang dimuliakan dan di gaji dengan gajiyang cukup besar oleh negara yang semua biayanya bersumber dari SDA yang dikelola oleh negara. Sehingga banyak orang yang berlomba-lomba memberikan yang terbaik dalam perannya sebagai guru selain dari landasan keimanan. Sebagaimana dalam hadits Rasul. Namun saat ini kondisi guru malah sebaiknya,” jelasnya.
Sehingga diakhir materinya Faiqoh kembali mengingatkan apa yang harus dilakukan, “Meningkattkan kualitas kita sebagai guru. Berjuang bersama menyelamatkan generasi bersama Hizbut Tahrir” terangga diakhir pemaparan materinya.
Terakhir pembacaan do’a dengan penuh hikmah oleh seluruh peserta, “Semoga kami bisa mampu memberikan waktu, amal, dan harta terbaik dan mempersembahkan jiwa dan raga kami demi tegaknya Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah, hingga sistem pendidikan Islam akan segera terwujud, dan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.” diakhiri dengan kata aamiin oleh seluruh peserta.[syahid/puput/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!