JAKARTA (voa-islam.com) - Di Indonesia, tumbuh subur yang aneh-aneh dan menyimpang. Ada yang memang ingin mengembangkan pemikiran dari si-penggagas ide. Tapi, ada juga memang ini proyek dari luar, dan tujuannya mengacaukan Islam.
Seperti di Indonesia lahir, belakangan yang paling menimbulkan perdebatan, tentang : JARINGAN ISLAM LIBERAL (JIL). Dengan tokohnya Ulil Abshar Abdala. Kemudian, JIL ini diplesetkan berbagai kalangan yang dengan nada sangat sinis dan keras, JIL sebagai (Jaringan Iblis LIberal).
Karena ajarannya hanya mengajak kesesatan belaka. Jadi yang mengajak kesesatan dan kekufuran itu hanya iblis.
Oleh para pemrakarsanya, Jaringan "Islam liberal" mereka menggambarkan prinsip-prinsipnya yaitu Islam yang menekankan kebebasan pribadi dan pembebasan dari struktur sosial-politik yang menindas.
"Liberal" di sini bermakna dua: kebebasan dan pembebasan. Itulah hakekat JIL. Islam yang ditafsirkan sesuai dengan hawa nafsu pendirinya dan pemikirnya, yaitu Ulil Abshar.
Mereka percaya bahwa Islam selalu dilekati kata sifat, sebab pada kenyataannya Islam ditafsirkan secara berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan penafsirnya.
Mereka memilih satu jenis tafsir, dan dengan demikian satu kata sifat terhadap Islam, yaitu "liberal". Untuk mewujudkan Islam Liberal, mereka kemudian membentuk JARAINGAN ISLAM LIBERAL (JIL).
Mengapa Jaringan Islam Liberal?
Tujuan utama mereka adalah menyebarkan gagasan Islam Liberal seluas-luasnya kepada masyarakat. Untuk itu mereka memilih bentuk jaringan, bukan organisasi kemasyarakatan, maupun partai politik. JIL adalah wadah yang longgar untuk siapapun yang memiliki aspirasi dan kepedulian terhadap gagasan Islam Liberal.
Apa misi JIL?
Pertama, mengembangkan penafsiran Islam yang liberal sesuai dengan prinsip-prinsip yang kami anut, serta menyebarkannya kepada seluas mungkin khalayak.
Kedua, mengusahakan terbukanya ruang dialog yang bebas dari tekanan konservatisme. Kami yakin, terbukanya ruang dialog akan memekarkan pemikiran dan gerakan Islam yang sehat.
Ketiga, mengupayakan terciptanya struktur sosial dan politik yang adil dan manusiawi.
Itulah gambaran dari mereka yang bergerak di bidang keagamaan dengan berkedok JIL. Tujuannya membuat umat Islam lebih bingung lagi, dan tidak percara terhadap Islam, dan semakin tidAk percaya.
Tokohnya, Ulil Abshar Abdala, yang sekolah di AS itu, sekarang menjadi anak buah 'SBY', dan aktif di Partai Demkrot, yang menjadi sarangnya : KORUPTOR.
Sekarang, sesudah JIL agak limbung, dan loyo tidak lagi memiliki gigi, karena mungkin dukungan negara 'induk' AS, sudah berkurang. SekArang lahir gerakan baru, yang bernama : JARINGAN ISLAM NUSANTARA (JIN).
JIN ini gerakannya ingin membangun dan membuat Islam yang sangat toleran, dan Islam yang santun, bukan Islam yang brangasan seperti Islam di Arab. Seperti dikemukakan oleh Ketua Umum PB NU, Said Agil Siradj, Azzumardy Azra, yaitu Islam ke-Indonesiaan. Islam yang lemah gemulai lembut, seperti jalannya 'banci'.
Sementara itu, Presiden Jokowi saat berpidato dalam membuka Munas alim ulama NU di Masjid Istiqlal, menyatakan dukungannya secara terbuka atas model Islam Nusantara,Minggu (14/06/2015),
"Islam kita adalah Islam Nusantara, Islam yang penuh sopan santun, Islam yang penuh tata krama, itulah Islam Nusantara, Islam yang penuh toleransi," kata Presiden Jokowi.
Jadi sejak zamannya Nurcholis Madjid dan Ahmad Wahib (wartawan Tempo), yang menyebarkan sekulerisme, dan Ahmad Wahib 'qadarallah' matinya ditabrak motor di depan kantornya di Senen, sekarang terus sambung- menuyambung ajaran sekulerisme. Tak, heran sekarang lahir JIL, dan kemudian JIN.
Tujuannya, menjadikan Islam dan Umat Islam hanya mengabdi kepada kepentingan ASING DAN A SENG', tidak ribut soal Syariah Islam, dan menerima dengan ikhlas penjajajahAN oleh ASIng A SENG.
Mereka tidak pernah menggunjingkan Zionis-Israel atau Kristen/Katolik, yang tangan penuh dengan darah umat Islam. Tapi, malah umat Islam yang disuruh toleran, dan menerima pluralisme. Padahal, Israel sekarang sudah menjadi negara rasis dengan undang-undang yang baru.
Persis Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, yang juga mengajak umat Islam menghormati orang yang tidak berpuasa. Sungguh aneh bin ajaib. Bukan yang tidak berpuasa yang menghormati orang puasa. Malah orang yang berpuasa disuruh menghormati orang yang tidak berpuasa. Begitulah tafsir liberal dari JIL dan JIN.
Tak aneh, kalau sekarang adanya omongan yang memelesetkan JIL itu dengan 'Jaringan Iblis Liberal', sedangkan JIN dengan 'Jaringan Iblis Nusantara'. Karena mereka hanya mengajak kesesatan terhadap umat. Tidak mengajak amar ma'ruf nahi munkar. Begitulah JIL dan JIN dibuat. (dinda/voa-islam.com)