Ahad, 7 Jumadil Awwal 1446 H / 2 Agutus 2015 13:40 wib
6.239 views
Laporan Tim Pencari Fakta Komite Umat (KOMAT) untuk Tolikara (2)
JAKARTA (voa-islam.com)- Beredarnya selebaran surat yang melarang umat Islam agar tidak merayakan atau melaksanakan ibadah Idul Fitri dan berjilbab dua pekan lalu benar adanya. Paska ditemukannya surat edaran tersebut oleh Anggota intel Bripka Kasrim, lantas ia memfoto surat tersebut. Kemudian melaporkan melalui surat dengan alat telekomunikasi handy talky kepada Kapolres Tolikara saat itu AKBP Soeroso, SH, MH tentang adanya surat edaran tersebut. Lantas footo surat itu pun dikirimkan kepada Kapolres, dan Kapolres langsung mencetak foto tersebut.
Selanjutnya, Kapolres melalui sambungan telepon menghubungi Bupati Tolikara, Usman Wanimbo. Saat komunikasi itu, diketahui Bupati sedang berada di Jakarta. Bupati baru akan kembali ke Tolikara pada keesokan harinya (baca: tanggal 14/7/2015). Namun demikian, Kaplores tetap menyampaikan perihal isi surat tersebut dengan membacakannya.
Menanggapi informasi tersebut, menurut Kapolres, Bupati menyampaikan demikian, “Itu tidak betul! Saya akan menelpon Ketua GIDI di Wilayah Tolikara. Saya akan meminta itu (surat) dicabut atau diralat.” Lalu Kapolres pun menyatakan sependapat apa yang dikatakan oleh Bupati Tolikra. “Itu yang saya mau. Karena itu akan menimbulkan keresahan umat Islam,” kata Fadlan Garamatan saat membacakan laporan tim KOMAT.
Kapolres juga menghubungi Presiden GIDI, pendeta Dorman Wandikbo, S.Th di Jayapura melalui telepon. Komunikasi melalui telepon itu lantas direkam oleh Kapolres. Menangapi informasi dari Kapolres, berikut ini kutipan tanggapan Presiden GIDI dalam rekaman yang kurang jelas suaranya itu, “Pak Kapolres, nanti saya akan berkoordinasi dengan adik-adik….”
Kapolres kembali menyatakan, “Jadi izin Bapak, untuk pengamanannya kami sudah siap mengamankan seluruh kegiatan GIDI maupun kegiatan lebaran. Jadi kami sudah siapkan pengamanan, TNI dan Polri akan bersama-sama agar kegiatan ini aman kondusif dan lancar tanpa hambatan. Kedua, saya juga melapor Pak Bupati. Pak Bupati sependapat dengan presiden GIDI, nanti Pak Bupati akan tiba di Tolikara lagi. Saya harap agar tidak menimbulkan keresahan bagi warga muslim. mohon ditinjau kembali dan dicabut agar tidak menimbulkan permasalahan, terutama masalah SARA, Pak Presiden.”
Presiden GIDI juga menyatakan, “Saya akan telepon Pak Bupati sebentar. Saya juga akan teelepon Pak Nayus, dan juga adik sekretaris. Saya akan telepon mereka, Bapak. Sekali lagi, itu anak-anak emosional, saya sampaikan permohonan maaf. Cukup Bapak saja tidak perlu sampaikan kepada teman-teman muslim yang lain. Itu sangat tidak sehat, dan kurang sehat untuk surat itu. saya pesan begitu.”
Kapolres pun menyatakan, “Baik. Itu hanya akan di tangan saya. Nanti tokoh-tokoh muslim akan saya panggil juga.”
Demikian kronologis pada tanggal 14 Juli 2015. Percakapan antara Kapolres, Bupati, dan Presiden GIDI lantas tidak menemui jalan. Terjadilah penyerangan umat Kristen terhadap umat Islam Tolikara. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!