Sabtu, 4 Jumadil Awwal 1446 H / 17 Oktober 2015 12:15 wib
15.360 views
Islam Melarang Bakar Rumah Ibadah Agama Lain?
JAKARTA (voa-islam.com)- Berbagai pendapat muncul menanggapi perihal pembakaran gereja di Singkil, Aceh. Mulai dari yang mengutuk, mendukung, hingga memilih lebih baik tidak berkomentar banyak.
Adalah ustadz Rischan Mafrur yang lebih memilih tidak berkomentar banyak. Misalnya saja ia berpendapat bahwa umat Islam sebenarnya tidak diperkenankan membakar tempat ibadah miliki umat agama lain, dengan alasan atau tanpa alasan..
“Saya kurang begitu paham dengan kasus ini, jadi saya tidak bisa berkomentar banyak. Yang jelas dalam rangka apapun, kita umat Islam dilarang untuk merusak tempat ibadah agama lain. Itu aturannya, jadi tak ada alasan apapun bagi umat islam untuk merusak tempat ibadah lain,” katanya melalui pesan singkat yang diterima oleh wartawan voa-islam.com..
Alasannya lain bahwa di Indonesia, yang penduduknya majemuk, menurutnya semestinya umat Islam tidak melakukan demikian. Karena baginya, di dalam ajaran Islam, untuk hal toleransi Islam adalah agama yang paling tinggi menjunjungnya.
“Yang jelas kita harus sadar kalau kita hidup dengan berbagai macam orang yang punya agama berbeda apalagi, khususnya di negara kita Indonesia. Hal yang harus kita tanamkan minimal pada diri kita keluarga, dan ke siapapun adalah bahwa agama kita sangat menjunjung toleransi dalam agama.”
Namun demikian, ia yang lama tinggal di Korea untuk meneruskan belajar ini pun mengatakan hal itu tidak akan terjadi jika saja pemerintah mengaturnya dengan baik. Misalnya saja di dalam mengatur rumah ibadah yang tanpa izin dibangun.
“Fungsi pemerintah adalah harus bisa mengaturnya dengan baik. Contohnya dalam persoalan rumah ibadah. Kadang persoalan rumah ibadah itu muncul karena didirikan tanpa izin. Atau rumah ibadah agama tertentu didirikan di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas bukan penganut agama tersebut.” Kecuali jika memang mayoritas memberikan izin dan sepakat untuk membangun rumah ibadah untuk minoritas.
Di Korea, misalnya ia memberikan contoh, bahwa di sana warganya memiliki toleransi yang cukup tinggi. Ia pun pernah tidak sungkan-sungkan menyampaikan kebenaran tentang ajaran Islam.
“Yang jelas selama saya hidup di sana, saya bertemu dengan orng asli sana yang hampir semuanya punya rasa toleransi sangat tinggi. Saya tidak sungkan-sungkan untuk bilang ke professor, kalau tiap Jumat, jam sekian (siang) saya harus sholat (jumatan), yang itu tidak bisa ditinggal. Atau tiap hari ada sholat 5 waktu dan sebagainya. Dan hampir semuanya toleran.” (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!