Rabu, 28 Rabiul Akhir 1446 H / 23 Maret 2016 14:42 wib
28.328 views
Catatan Penting Penasehat Hukum Keluarga Siyono yang Dibunuh Densus 88
Kematian Siyono, Imam masjid di Klaten pasca ditangkap Densus 88 masih menyisakan tanda tanya sadisnya penyiksaan terhadap umat Islam terduga teroris. Beredar di sosial media, catatan dari penasehat hukm keluarga Siyono, Sri Kalono, dari mulai penangkapan sampai pemberitahuan kepada keluarganya soal kematiannya. Dalam catatan itupula diungkap upaya dari kepolisian menutup-nutupi fakta kematiannya.
Berikut ini 10 catatan penting tentang kasus meninggalnya Siyono:
1. 8/3, Siyono dibawa dari masjid setelah mengimami shalat maghrib. Tanpa surat penangkapan dan tanpa satu katapun kepada keluarganya meski keluarganya masih di masjid tersebut.
2. 10/3, 20an mobil dan 2 regu polisi bersenjata laras panjang datang ke rumah Siyono untuk melakukan penggeladahan pada saat KBM TK sedang berlangsung, sehingga membuat ketakutan siswa-siswa dan ibu-ibunya.
3. 11/3, 14.30, aparat desa datang memberitahu Suratmi, isteri Siyono, kalau mau menengok Siyono harus berangkat saat itu ke Jakarta. Berangkat dengan 2 mobil. Sampai di hotel Live expert Kramatjati 02.30, 12/3.
Pagi didatangi 5 polwan tanpa seragam, memberi tahu bahwa Siyono telah meninggal karena perkelahian dengan petugas. Disuruh tanda tangan akta kematian dan berita acara serah terima jenazah.
Diberi kesempatan untuk melihat wajah Siyono, tapi ketika akan mendekat ke wajah Siyono ditahan oleh para polwan.
Polwan menyerahkan 2 bungkus uang setebal @ 15 cm, utk mengurus pemakaman dan biaya anak-anak. Hingga sekarang belum dibuka.
4. 15.00, 12/3, rombongan jenazah berangkat dari Jakarta. Dipesan agar jenazah tidak usah dibuka, dishalatkan langsung dikuburkan.
5. 23.00, saya menerima kuasa dari, Marso Piyono, ayah Siyono, untuk mengurus agar jenazah bisa diganti kain kafan yang disediakan olehnya dari hasil kerja halal.
24.00, terjadi debat via telpon antara saya dengan Wagiyono, kakak Siyono, yang ikut dalam mobil ambulan. Nampaknya dia ditekan agar jenazah langsung dikubur tanpa penggantian kain kafan.
6. 00.30, 13/3, terjadi ketegangan antara pelayat dan dalmas yang datang ke rumah Siyono. Sehingga ambulan tidak bisa masuk.
7. 02.00, ambulan masuk dengan hening. Beberapa saksi yang dilihat adalah kereta kuda dengan aroma wangi. Langsung berhenti di depan rumah bukan di masjid. Dg lancar jenazah dibawa ke rumah.
Penggantian kain kafan dilakukan. Ada upaya dari Wagiyono untuk segera menutup jenazah dan pengacara yang dibawa dari Jakarta berusaha mengusir pihak-pihak yang akan mengambil gambar.
Allah berkehendak lain, bagian muka, kepala, dan kaki dapat diabadikan.
a. Mata kanan kiri lebam.
b. Pipi atas hingga dari tengah hitam.
c. Kepala belakang berdarah, kaki kanan kiri lebam bengkak dari paha hingga mata kaki.
d. Telapak kaki kiri lebam.
e. Kuku jempol kaki kiri hampir copot.
8. 18/3 - 19/3, keluarga diminta tanda tangan surat yang isinya: mengikhlaskan kematian Siyono, tidak akan menuntut polisi secara hukum, tidak ingin diautopsi. Ayah dan 2 kakak Siyono tanda tangan. Istrinya belum mau tanda tangan karena ingin istikhoroh dulu. 2 anak Siyono yang masih kecil sering ngigau, "Abi embak, abi embak".
Saat ini istri Siyono pergi ke rumah saudaranya untuk menenangkan diri.
9. 21/3 komnas HAM menurunkan ibu Siane untuk investigasi resmi.
10. 22/3 di PP Muhammadiyah rapat koordinasi antar komnas HAM, Kontras dan PPM (Prof Busro dan prof Syafi'i Maarif) dalam penangungkapan kasus Siyono. Muhammadiyah terlibat dalam penanganan kasus Siyono secara resmi.
Saya telah menangani banyak kasus, namun baru kali ini orang yang sudah meninggal dengan status terduga teroris bahkan Kadiv Humas mengatakan, Siyono adalah pentolan teroris, orang desa, orang tidak pernah kenal sebelumnya, tapi justru mendapat perhatian dan pembelaan yang luar biasa dari berbagai lapisan masyarakat.
Bahkan hingga sekarang majelis-majelis taklim masih berduyun-duyun kerumahnya.
Beberapa ormas menyiapkan beasiswa dan bea hidup untuk anak-anaknya hingga dewasa.
Saya mencoba mencari-cari jawabannya. Konon ceritanya Siyono masih keturunan SUNAN PANDANARAN. [PurWD/voa-islam.com]
Salam hormat saya,
Sri Kalono,
Penasehat Hukum keluarga Siyono
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!