Rabu, 28 Rabiul Akhir 1446 H / 31 Desember 2014 09:34 wib
20.035 views
Perayaan Tahun Baru dengan Kajian & Muhasabah di Masjid
Soal:
Mau tanya.. kan biasanya malam pergantian tahun di sejumlah masjid suka mengadakan mabit dan muhasabah dengan mengundang pemateri untuk mengisi ceramah guna mengintrospeksi diri untuk tahun yang akan datang. Acara tersebut berlangsung sampai jam 00.00. Nah kita kalau menghadiri acara tersebut termasuk bid'ah atau kesyirikan atau hal yang mubah" saja?
Seno – Bekasi Utara
Jawab:
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Kami telah membasah permasalan ini di tulisan sebelumnya di voa islam, “Tahun Baru Masehi Syi'ar Agama Kafir, Umat Islam Jangan Ikut Merayakannya!”. Lebih rinci kami jawab sebagai berikut:
1. Tahun baru masehi (malam/siangnya) hari besar agama kafir.
2. Perayaan mereka dalam bentuk ritual keagamaan di gereja & pesta pora memeriahkan malam itu dengan berkumpul, membakar kembang api, petasan, tiup terompet, dan semisalnya.
3. Umat Islam haram menjadikan hari tersebut hari istimewa yang dirayakan, baik dengan ritual keagamaan dimasjid atau pesta pora, karena itu bagian tasyabbuh (menyerupai orangkafir).
4. Acara perkumpulan umat muslim di masjid/mushola atau tempat lainya pada malam itu sampai tengah malam dengan muhasbah atau lainya, dari sisi waktu dan ritual keagamaan menyerupai orang-orang kafir. [Sebagaimana hadits Bawwanah]
5. Umat muslim anggap tidak ada sesuatu istimewa malam tahun baru masehi. Lakukan aktifitas seperti biasa tanpa istimewakan dengan kegiatan kemeriahan atau pesta pora. Wallahu a'lam.
6. Kami sarankan agar Antum tidur lebih awal, mengikuti sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam supaya ringan bangun di sepertiga malam terakhir untuk qiyamullail. Juga supaya tidak tergoda untuk ikut memeriahkan malam tersebut.
7. Perlu dicatat, sebagian umat berkreasi dengan kegiatan-kegiatan ‘positif’ untuk malingkan sebgian umat dari pesta pora yang tidak jelas. Saya berpandangan kegiatan tersebut tetap salah bagian tasyabbuh, tapi mengingkarinya tidak lebih besar dari pada mengingkari perayaan jahiliyah di jalanan dan tempat-tempat perkumpulam; seperti bakar petasan dan kembang api, tiup terompet, bunyiin kenalpot motor keras-keras, teriak-teriak, begadang dengan bakar-bakar ikan & ayam, dan semisalnya. [Badrul Tamam/PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!