Sabtu, 7 Jumadil Awwal 1446 H / 25 Mei 2024 14:39 wib
38.997 views
Zionisme Yahudi: Sebuah Kejahatan yang Tidak Mengenal Batas
Oleh: Naila Zayyan
(Forum Muslimah Indonesia ForMind)
Zionisme Yahudi terus menunjukkan sikap tidak peduli terhadap kecaman internasional, dengan melanjutkan serangan brutal terhadap warga Gaza. Militer Zionis memperluas serangan hingga ke Rafah, daerah yang menjadi tempat tinggal sekitar 1,5 juta warga Gaza. Ketakutan semakin merajalela di kalangan warga Muslim di Rafah, mengingat militer Zionis telah menghancurkan daerah Khan Younis sebelumnya.
Selain serangan militer, Zionis juga memblokade bantuan kemanusiaan dan menyerang suplai logistik untuk korban, menyebabkan kematian dan kelaparan serta kekurangan fasilitas medis di kalangan warga. Pekan ini saja, jumlah korban tewas diperkirakan mencapai 35 ribu jiwa, dengan separuh di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Kebrutalan yang Mendapat Kecaman Dunia
Tindakan keji Zionis Yahudi ini memicu kecaman global. Tagar #AllEyesOnRafah sempat menjadi trending di media sosial X, mencerminkan keprihatinan dunia atas kondisi di Rafah. Demonstrasi besar-besaran terjadi di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Prancis, Inggris, Jepang, dan Korea Selatan, dengan ribuan orang mengecam kejahatan Zionis dan menyerukan "Free Palestine".
Warga Amerika dan Eropa pun mengkritik pemerintah mereka yang memberikan bantuan militer kepada Zionis, yang dibiayai dari pajak rakyat. Fenomena ini menunjukkan semakin meluasnya kebencian terhadap negara Zionis, yang kerap menggunakan sejarah genosida Nazi Jerman sebagai alat simpati dunia, namun justru melakukan genosida terhadap penduduk Palestina. Mereka adalah kaum yang suka memicu permusuhan dan peperangan sepanjang zaman, sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT dalam Al-Quran (TQS al-Maidah [5]: 64).
Kerapuhan Entitas Zionis
Meski agresif, negara Zionis Yahudi sebenarnya adalah entitas serapuh sarang laba-laba. Agresi militer mereka mencerminkan kerapuhan tersebut sebagai bagian dari rencana Allah. Militer Yahudi mengalami kekalahan fisik dan mental sejak 7 Oktober tahun lalu. Kerugian mereka meliputi ratusan tank dan buldoser yang hancur, serta puluhan unit udara yang rusak. Jumlah prajurit yang tewas dan terluka mencapai ribuan, dengan banyak di antaranya mengalami gangguan jiwa dan bunuh diri.
Ekonomi Zionis juga terancam resesi, dengan kerugian mencapai sekitar US$67 miliar. Sektor usaha seperti pariwisata tutup akibat ketegangan di Gaza. Krisis pemerintahan di bawah PM Netanyahu semakin dalam, dengan ribuan warga menuntut pengunduran dirinya karena gagal menjaga keamanan dan menyebabkan krisis ekonomi.
Serangan ke Rafah juga mengancam dukungan Amerika Serikat, dengan Wakil Presiden Kamala Harris dan Presiden Joe Biden mengecam tindakan tersebut. Dukungan untuk Palestina di forum internasional semakin kuat, dengan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) membuka jalan untuk penyelidikan kejahatan perang di wilayah Palestina dan dukungan mayoritas negara di Majelis Umum PBB untuk keanggotaan penuh Palestina.
Pengkhianatan Para Penguasa Muslim
Namun, krisis di Palestina belum akan selesai karena para penguasa Muslim, terutama pemimpin Arab dan Turki, menghalangi penyelesaian krisis Gaza. Mereka tidak hanya berdiam diri, tetapi juga menghalangi upaya penyelesaian, menutup perbatasan, dan memberikan bantuan logistik yang tidak memadai. Mereka lebih memilih menyerahkan masalah ini kepada PBB atau pihak lain yang tidak akan menyelesaikannya.
Penguasa Mesir menutup perbatasan dengan Gaza, sementara penguasa Arab lainnya memfasilitasi pasukan dan persenjataan dari AS yang membantu militer Zionis. Mereka juga terus berdagang dengan Zionis, termasuk minyak bumi yang digunakan untuk genosida. Beberapa penguasa, seperti Saudi dan Mesir, memenjarakan warganya yang membela Palestina dan mengkritik Zionis.
Selama para penguasa Dunia Islam, terutama pemimpin Arab dan Turki, masih menjadi alat kepentingan Barat dan nasionalisme mereka, krisis Gaza tidak akan selesai. Solusinya hanya dengan melancarkan jihad fi sabilillah dan mengerahkan pasukan Muslim untuk mengusir Zionis dari Palestina, yang hanya bisa dilakukan di bawah institusi Khilafah Islamiyah.
Krisis Gaza dan Solusi Jangka Panjang
Krisis yang terjadi di Gaza bukanlah sekadar konflik lokal antara dua kelompok yang berseteru. Ini adalah cerminan dari kegagalan komunitas internasional untuk menegakkan keadilan dan menghormati hak asasi manusia. Setiap serangan yang dilakukan oleh militer Zionis tidak hanya mengakibatkan kerugian materi dan nyawa, tetapi juga menghancurkan harapan dan masa depan generasi muda Palestina.
Serangan brutal ini seharusnya menjadi peringatan bagi dunia bahwa ada kebutuhan mendesak untuk perubahan radikal dalam pendekatan terhadap konflik Israel-Palestina. Menyaksikan ribuan nyawa tak berdosa melayang dan ratusan ribu orang terluka tanpa ada tindakan tegas dari komunitas internasional adalah bukti nyata bahwa pendekatan diplomasi tradisional tidak lagi cukup.
Dunia harus mulai mempertimbangkan tindakan yang lebih kuat, termasuk sanksi ekonomi yang berat terhadap Israel hingga mereka menghentikan agresi mereka. Negara-negara yang selama ini memberikan dukungan militer dan finansial kepada Israel harus bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan dari dukungan tersebut. Mereka harus berhenti memberikan bantuan yang hanya memperpanjang penderitaan rakyat Palestina.
Di sisi lain, peran para pemimpin Muslim di seluruh dunia sangat krusial. Mereka harus bersatu, tidak cukup membentuk lembaga-lembaga donasi dalam rangka menggalang solidaritas untuk Palestina berupa logistik saja. Namun lebih dari itu, saat ini adalah momen bagi Dunia Islam untuk menunjukkan bahwa mereka bisa bersatu di bawah satu kepemimpinan institusi politik internasional bernama Khilafah Islamiyah.
Khilafah Islamiyah dulunya adalah pemimpin dunia, pelindung Islam dan umat Muslim, serta penentang kekafiran dan orang-orang kafir penjajah. Namun, kaum kafir penjajah telah berusaha untuk menghancurkannya dengan kekuatan mereka hingga akhirnya berhasil memusnahkannya.
Khilafah Islamiyah sejatinya adalah institusi pemersatu kaum muslimin sedunia, yang memiliki kekuatan ekonomi, hukum dan politik internasional sehingga dunia Islam tidak lagi tunduk pada tekanan politik dari Barat dan kuat dalam membela hak-hak saudara mereka di seluruh penjuru negeri muslim, termasuk Palestina.
Khilafah Islamiyah akan menjadi sebuah solusi yang permanen bagi Palestina sehingga memiliki hak penuh untuk hidup selayaknya manusia dan mendapatkan perubahan nyata karena hak untuk hidup dalam damai adalah hak setiap manusia yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun.
Tanpa Khilafah Islamiyah maka komunitas internasional, khususnya negara-negara yang memiliki pengaruh besar seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, akan terus mendukung kebijakan yang hanya menguntungkan Yahudi Israel dan tidak akan mampu bekerja menuju perdamaian yang benar-benar adil dan berkelanjutan.
Mengusir Zionis Yahudi dari tanah Palestina bukan hanya menjadi tanggung jawab umat Islam tetapi juga tanggung jawab semua orang yang peduli pada keadilan dan hak asasi manusia. Adalah kewajiban kita untuk terus menyuarakan ketidakadilan ini dan mendesak tindakan nyata dari dunia Islam untuk menyuarakan persatuan di bawah naungan institusi internasional Khilafah Islamiyah. Ini adalah tindakan nyata agar keadilan bagi seluruh umat manusia bisa ditegakkan tanpa ditunda-tunda. Wallahu a’lam bis-showwab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!