Jum'at, 6 Jumadil Awwal 1446 H / 12 Juni 2015 09:32 wib
20.220 views
Pejabat Intelijen AS : 10.000 Pejuang ISIS Tewas di Irak, Tapi Belum Kalah
WASHINGTON (voa-islam.com) – ISIS menguras habis energi negara-negara Barat, khususnya AS dan Uni Eropa. Pertemuan KTT negara industri maju yang tergabung dalam G7, salah satu agendanya, membahas keamanan global, dan intinya tentang strategi memerangi ISIS.
Di jantung pusat kekuasaan AS, Gedung Putih, yang berada di Washington DC, terjadi hiruk-pikuk yang memanas terkait dengan kebijakan Presiden Barack Obama menghadapi ISIS. Pertemuan pekan lalu, Presiden Obama dengan sejumlah pejabat bidang politik, intelijen, dan keamanan, di mana para ahli strategi mengkritik strategi Presiden AS Barack Obama.
Semua strategi perang yang dijalankan tujuan hanya dengan komitmen memerangi dan mengalahkan ISIS melalui aliansi militer. Sudah ribuan ton dan ribuan rudal yang dijatuhkan kepada posisi-posisi ISIS. AS mendukung dengan senjata kepada rezim Syi’ah di Baghdad, dan berdampak kerugian besar terhadap ISIS, tapi ini tidak berarti ISIS kalah.
Menurut pejabat intelijen dan keamanan AS lebih dari 10.000 pejuang ISIS diperkirakan tewas, dan secara gerakan menyurut. Namun, ISIS masih membuat kemajuan di Irak dan Suriah. Dengan jatuhnya ibukota provinsi Anbar, Ramadi menggambarkan ISIS, belum tamat.
Dibagian lain, sidang DPR AS Sub-Komite Timur Tengah dan Afrika Utara, mengatakan kerugian ISIS di medan tempur tidak menunjukan kekalahannya, sebaliknya perkembangan yang terakhir, ISIS justru tumbuh dan memperkuat posisinya di Irak dan Suriah.
Pemboman yang dipimpin AS berlangsung selama berbulan-bulan, dan lebih dari 4.000 serangan udara dilancarkan kepada posisi ISIS. Lebih dari 10.000 pejuang ISIS diperkirakan tewas, namun belum dapat mengakhiri ISIS. ISIS terus berkembang seperti ‘jamur’ di musim hujan. Berdatangan orang-orang yang mencari ‘kematian’, tanpa ragu bergabung dengan ISIS.
Angka-angka jumlah tewasnya pejuang ISIS tidak bisa memberi gambaran lengkap dari kenyataan di lapangan di Irak dan Suriah. Dalam beberapa bulan terakhir, kekuatan ISIS telah berkembang bersama dengan kekuatan lokal dalam skala yang lebih luas. Keterlibatan suku-suku Sunni di Irak, semakin menambah kemampuan militer ISIS, menghadapi pasukan Irak dan milisi Syi’ah.
Menurut kalangan intelijen dan fihak keamanan AS, pejuang ISIS berhasil melakukan langkah paling penting, yaitu berhasil merekrut lebih banyak pejuang, terutama dari kalangan pemuda Sunni Irak.
Ini akibat pemerintah Irak gagal mencegah milisi teroris Syi'ah yang membakar dan membunuh orang hanya karena mereka Sunni. Semua tindakan AS dan Perdana Menteri Irak al-Abadi yang tergantung kepada milisi Syi’ah, justru semakin memperkuat ISIs.
Kesalahan Washington terletak pada mengadopsi kebijakan yang mendukung Teheran yang ikut campur dalam urusan dalam negeri Irak, dan Iran memoblisasi milisi Syi’ah dan Garda Republik bertempur di Anbar, dan sejumlah wilayah lainnya di Irak. Tindakan Teheran dan Bagdad yang mendapatkan dukungan Washington itu, semakin meneguhkan suku-suku di Anbar bergabung kepada ISIS.
Washington melalui Duta Besar AS di Irak, berusaha mendekati suku-suku Sunni di Anbar, agar mendukung dan bekerja sama dengan aliansi pimpinan AS menghadapi ISIS, namun Duta Besar AS mundur setelah pihak Perdana Menteri Irak al-Abadi keberatan.
Washington tentaranya dan pemerintahannya sudah letih, dan kehilangan semangat berperang. Washington hanya ingin duduk manis di kursi belakang Baghdad. Washington ingin menjadikan Bagdad sebagai ‘proxy’ (tangannya) menghadapi ISIS. Tapi, sekarang Washangton telah kehilangan kontrol dan di bawah tekanan Iran.
Semua orang mengharapkan AS memimpin dalam perang melawan ISIS, tapi sekarang AS dikendalikan oleh Iran.
Apa yang dikatakan selama pertemuan antara Obama dengan pejabat tinggi dibidang politik, intelijen dan keamanan, dan Obama mendengarkan pandangan Pejabat Dewan Keamanan Nasional (NSC) Anthony Cordesman bahwa Iran mempunyai tujuan strategis di Irak melawan ISIS, ingin memperluas hegemoninya.
Anehnya lagi, Washington menuduh Iran main mata dengan ISIS. “Teheran adalah lawan yang tidak bisa dipercaya”, ungkap pejabat AS itu. Semakin rumit situasi di Irak dan Suriah. Berada dalam pusaran permainan Washington dan Teheran.
Ketika Iran datang ke Irak, Iran tidak peduli tentang penyebaran ISIS di daerah Sunni. Karena Iran tujuannya adalah memperkuat cengkeramannya atas Irak, terutama ingin memperluas cengkeraman Syi’ah di Irak, ungkap AnthonyCordesman.
AS akan gagal di Irak membasmi ISIS, karena sekarang semakin komplikasi dengan kepentingan Iran di Irak. Jadi AS yang sekarang mengirimkan ratusan pasukan khususnya ke Irak menghadapi ISIS, hanyalah akan sia-sia. Wallahu’alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!