Sabtu, 6 Jumadil Awwal 1446 H / 27 Juni 2015 20:56 wib
23.595 views
Seruan Abu Muhamad al-Adnani : Ubah Bulan Suci Ramadhan Jadi Bencana Bagi Orang Kafir
JAKARTA (voa-islam.com) - Di Perancis, tubuh seseorang dipenggal, kemudian ditutupi tulisan Arab, dan ditemukan setelah seorang penyerang menabrakkan mobilnya ke sebuah tabung gas, dan memicu ledakan yang hebat.
Di Kuwait, seorang pembom bunuh diri meledakkan dirinya di sebuah masjid Syiah, saat shalat Jumat, menewaskan lebih dari 27 orang jamaah Syiah, dan di Tunisia, sedikitnya 39 orang asing tewas. ketika seorang pria bersenjata menembaki orang-orang yang sedang berjemur di pantai sebuah hotel wisata terkenal, Sousse, Jum'at, 26/6/2015.
Tidak ada bukti tiga serangan itu sengaja terkoordinasi. Tapi waktunya sangat dekat hampir bersamaan pada hari yang sama di tiga benua yang berbeda. Mereka menyimpulkan pengaruh jauh lebih dahsyat dan cepat tumbuh dengan sangat cepat kelompok ISIS, kata pejabat intelijen dan politisi Barat.
Kelompok ISIS yang dinilai sebagai kelojmpok ultra-radikal oleh kalangan Barat mengaku bertanggung jawab langsung atas serangan di Kuwait, jelas sekarang merupakan ancaman jauh melampaui jantung di Suriah dan Irak. ISIS mendesak pengikutnya terus meningkatkan serangan terhadap orang-orang Kristen, serta Syiah dan Sunni bersedia menjadi 'begundal' dalam koalisi pimpinan AS.
Pada tanggal 23 Juni, salah satu pemimpin ISIS Abu Muhammad al-Adnani mendesak para pejuangnya (ISIS) mengubah bulan suci Ramadan menjadi bulan "bencana bagi kaum kafir ... Syiah dan Muslim murtad”, tegas Adnani. "Jadikanlah bulan suci Ramadhan menjadi bulan menaklukkan orang-orang kafir, dan mendapatkan mati syahid”, tambahnya.
Pentagon sedang mencari "apakah berbagai serangan yang terjadi di berbagai wilayah dan negara merupakan serangan yang terkoordinasi secara terpusat atau mereka serangan mereka kebetulan?", kata juru bicara Kolonel Steve Warren, tentang klaim serangan ISIS di berbagai wilayah yang waktunya bersamaan.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan tidak ada indikasi mereka dikoordinasikan pada tingkat taktis, tapi jelas semua "serangan teroris." Semua pusat kekuasaan di berbagai belahan dunia, sangat gempar atas serangan ISIS, terutama yang terjadi di Tunisia, di mana warga Eropa banyak yang menjadi korban serangan.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Jeh Johnson mengatakan polisi harus waspada dan siap, terutama menjelang liburan Hari Kemerdekaan AS pada 4 Juli. Pemerintah Inggris, mengatakan warga negaranya yang paling banyak menjadi korban serangan yang terjadi di Tunisia.
Pemerintah Inggris telah berkoordinasi dengan Perancis mengadakan rapat darurat membahas serangan ISIS, yang sangat dahsyat, dan tidak terduga, serta luput dari pengamatan intelijen.
"Ini adalah ancaman yang dihadapi kita semua, peristiwa yang terjadi hari ini di Tunisia dan Perancis, tetapi mereka dapat terjadi di mana saja - kita semua menghadapi ancaman", kata Perdana Menteri Inggris David Cameron kepada wartawan di London.
Dua sumber yang akrab dengan badan-badan intelijen AS mengatakan bahwa serangan itu tidak terkoordinasi, mereka mungkin telah terinspirasi oleh seruan jihad yang dikumandangkan ISIS atau, mungkin peringatan satu tahun deklarasi dari kekhalifahan Islam di Suriah dan Irak (ISIS), Senin lalu.
Adam Schiff, anggota DPR AS dari Partai Demokrat yang menjadi Komite Tetap Intelijen, mengatakan serangan menegaskan ISIS memiliki kemampuan "menginspirasi dan meradikalisasi pengikut mereka, dan merupakan ancaman global dan tidak ada negara di luar jangkauan berbahaya ISIS”, tegasnya.
Ed Royce, ketua Partai Republik dari DPR AS Komite Urusan Luar Negeri, mengatakan serangan menunjukkan bahwa ancaman ISIS menyebar luas sampai di luar Irak dan Suriah, dan menyerukan koordinasi regional yang lebih baik dalam memerangi ISIS dengan menggunakan serangan udara yang lebih berkoordinasi.
"Kita harus agresif memerangi ISIS yang membentangkan spanduk hitam kebencian dan kematian dan rencana serangan mereka," katanya dalam sebuah pernyataan. Partai Republik AS sangat kritis terhadap respon Presiden Barack Obama tentang ancaman ISIS. Peter Neumann, Direktur Pusat Internasional untuk Studi Radikalisasi, yang berbasis di London, juga mengatakan tidak mungkin serangan dikoordinasikan secara angsung, tegasnya.
"Saya tidak berpikir bahwa mereka berbicara satu sama lain, tahu satu sama lain, atau bahwa ada perintah pusat yang mengatakan kepada mereka melakukan serangan itu," katanya. "Tidak ada bukti bahwa mereka terkoordinasi."
Pada saat yang sama, serangan yang terjadi di Perancis, menurut Neumann disamakan dengan serangan serigala lainnya dalam satu tahun terakhir termasuk di Sydney, Ottawa dan Copenhagen, bisa saja terinspirasi oleh ISIS. "Dalam kasus serangan Perancis, itu persis jenis serangan yang ISIS ingin orang untuk melakukan sendiri tanpa konsultasi sebelumnya, koordinasi atau apa pun."
Pada September tahun lalu, Neumann mengatakan, juru bicara ISIS mendesak pengikutnya tidak "menunggu kita memberitahu anda (para pejuang ISIS) apa yang harus dilakukan. Mulai sekarang anda memiliki izin hanya menyerang di mana pun anda inginkan, membunuh orang-orang kafir di mana pun anda menemukan mereka, melakukan apa pun yang dalam kemampuan anda, dan hanya boleh bertindak.
Sementara ISIS telah mengaku bertanggung jawab langsung untuk hanya serangan Kuwait, salah seorang pejuang ISIS mengatakan kepada Reuters bahwa serangan di kedua Kuwait dan Tunisia memiliki koordinasi dan perintah dari kekhalifahan ISIS, ujarnya.
"Pidato dari salah seorang pemimpin ISIS, Abu Muhammad al-Adnani, semoga Allah melindungi dia, ia memerintahkan para pejuangnya dan para Amir untuk membuat bulan Ramadhan, bulan penaklukan dan sehingga akan berlangsung penaklukan terhadap orang-orang kafir yang sudah membuat kerusakan di muka bumi. Dengan membunuh orang-orang kafir, maka akan menghentikan kerusakan. Wallahu'alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!