Senin, 6 Jumadil Awwal 1446 H / 27 Juli 2015 08:17 wib
6.197 views
Menlu Iran Zarif Mengajak NeArab Teluk Memerangi Kelompok Militan
TEHERAN (voa-islam.com) – Iran sesudah berhasil menekuk negara-negara Barat mendukung program nuklirnya, sekarang mengajak negara-negara Arab Sunni melawan militan Islam, yang tak lain, adalah ISIS. Ini merupakan akal bulus Iran, yang sekarang ini ingin memecah negara-negara Arab Sunni dengan isu 'teoris dan militan', Minggu, 26/7/2015.
Seperti dikemukkan oleh Menteri Luar Negeri Iran mendesak negara-negara Teluk Arab bergabung dengan Teheran melawan ekstrimisme dan militansi di Timur Tengah. Selama ini yang dituduh sebagai 'evil' (setan) oleh Amerika adalah Iran, yang mengeksport teroris dan kekerasan ke seluruh dunia, sejak revolusi Iran yang dipimpin Ayatullah Khomaini.
Iran sekarang ini, sesudah berhasil mengecoh Barat dengan aqidah 'taqiyahnya' (berpura-pura), memanfaatkan ketakutan Barat dan sejumlah negara Arab, terhadap kebangkintgan Islam, dan semakin kuatnya pengaruh gerakan jihad melawan hegemoni Barat. Barat dan Iran bekerjasama menghadapi kebangkitan Islam,sejak berlangsungnya 'Arab Spring', dan jatuhnya sejumlah rezim di dunia Arab.
"Setiap ancaman terhadap satu negara adalah ancaman bagi semua ... Tidak ada negara yang bisa memecahkan masalah-masalah regional tanpa bantuan orang lain," kata Mohammad Javad Zarif pada konferensi pers di Kuwait.
Zarif tiba di Kuwait pada hari Minggu memulai kunjungan ke tiga negara yang bertujuan memperkuat hubungan dengan negara tetangga Arab setelah tercapainya kesepakatan nuklir yang bersejarah bagi Iran dengan kekuatan utama dunia (Barat).
Arab Saudi dan negara-negara Arab sekutu Barat di kawasan Teluk Persia memiliki yang mendalam tentang niat Iran di kawasan itu, dan dinilai ingin menyebarkan hegemoni, meskipun Iran menyatakan kesepakatan nuklir dengan Barat akan meningkatkan keamanan regional dengan mengurangi kemungkinan Iran akan membuat bom atom.
Zarif menerima sambautan dengan karpet merah di bandara Kuwait dari Menlu Kuwait Sheikh Sabah Khaled Al Hamad Al Sabah. Zarif akan mengadakan pembicaraan dengan Emir Kuwait, Sheikh Sabah Al Ahmed Al Sabah, yang merupakan balasan kunjungan kepala negara Kuwaitke Iran tahun lalu.
Iran setuju membatasi program nuklirnya dengan imbalan dari negara-negara Barat, berupa peancabutan sanksi secara luas yang bernilai ribuan triliun dollar. Namun, tidak ada jaminan bahwa Iran tidak terobsesi mengembangkan senjata nuklirnya, dan akan menjadi ancaman bagi Timur Tengah. Arab Saudi sangat marah dengan Amerika sesudah adanya perjanjian nuklir dengna Iran.
Zarif dijadwalkan untuk mengunjungi Qatar dan Irak. Media Iran mengatakan kunjungna Zarif fhanya akan berlangsung singkat ke tiga negara, dan akan menjelaskan tentang kesepakatan nuklir dan membahas cara-cara meningkatkan kerjasama dan memerangi terorisme.
Iran juga memiliki kerjasama yang luas dalam energi gas alam bawah laut dengan Qatar, sebuah negara yang kaya dengan cepat sedang berubah dengan kekayaan hidrokarbon. Teheran dengan Irak yang sekarang di dominasi oleh rezim Syiah, dan memiliki hubungan dekat dengan para pemimpin senior pemerintah dan kelompok-kelompok milisi Syiah, dan memainkan peran aktif dalam memerangi militan Negara Islam yang telah merebut sepertiga negara.
Sementara itu, hubungan Iran dengan Bahrain memburuk, karena Teheran melakukan campur tangna di Bahrain dan mendukung kelompok Syiah yang berjuang menggulingkan pemerintahan Sunni di Bahrain. Di mana kelompok Syiah di Bahrain sudah mencapai separuh dari jumlah penduduk itu.
Bahrain mengumumkan memanggil pulang duta besarnya di Iran untuk konsultasi berikutnya apa yang disebut "pernyataan bermusuhan lanjutan yang dibuat oleh pejabat Iran terhadap Bahrain," menurut pejabat Bahrain News Agency. Pemerintah Bahrain juga mengumumkan bahwa Iran menyelundupkan senjata, amunisi dan bahan peledak bagi kelompok Syiah di Bahrain.
Di antara mereka yang ditangkap adalah dua tersangka Bahrain 30 tahun, Mahdi Subah Abdulmohsen Mohammed dan Abbas Abdulhussain Abdullah Mohammed. Para pejabat mengatakan tersangka pertama menerima pelatihan militer di Iran pada bulan Agustus 2013 dan bahwa orang-orang mengaku menerima kiriman dari "penangan Iran di luar wilayah perairan Bahrain."
Pihak berwenang Bahrain mengumumkan telah menyita senjata selundupan dan bahan peledak di masa lalu. Sebuah gerakan oposisi Syiah di Bahrain terus menekan pemerintah Bahrain mengakomodasi kelompok Syiah dalam pemerintahan secara luas. Iran menyuarakan dukungan bagi kelompok Syiah di Bahrain yang menuntut perubahan di negara itu, namun menyangkal campur tangan langsung dalam negeri.
Bahrain pekan lalu memanggil Kuasa Usaha Iran , Mortadha Sanubari, sebagai rotes ataskomentar yang dibuat oleh pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei., yang mendukung kelompok Syiah di Bahrian yang ingin menggulingkann pemerintahan Sunni di negeri itu.
Dalam pidato yang disiarkan televisi awal bulan ini, Khamenei mengatakan Iran akan terus mendukung teman-teman regional meskipun kesepakatan nuklir baru-baru ini dengan kekuatan dunia, termasuk "bangsa Palestina yang tertindas, Yaman, Suriah, Irak (dan) Bahrain." Itulah pernyataan 'bulus' para pemimpin Syiah yang menggunakan aqidah taqiyah.
Di Yaman kelompok Syiah Houthi telah membuat negara yang didepan 'hidung' Saudi itu porak-poranda akibat peromberontakan mereka dan berkomplot dengan mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Selah. Syiah Houthi berhasil menncaplok Yaman, dan sekarang Arab Saudi nasibnya di ujung tanduk menghadapi Syiah. Karena, Saudi dan negara Arab Teluk bergantung kepada iblis 'Amerika'. Wallahu'alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!