Senin, 5 Jumadil Awwal 1446 H / 31 Agutus 2015 07:40 wib
10.674 views
Perdana Menteri Jerman Angela Merkel Mendukung Para Imigran Masuk Jerman
DRESDEN (voa-islam.com) - Perang di Suriah, Irak, Yaman, Libya dan sejumlah negara lainnya mengakibatkan tragedi kemanusiaan yang sangat luar biasa.
Ratusan ribu imigran pergi ke sejumlah negara Eropa demi menghindari perang. Tidak terhitung jumlah mereka yang tewas di tengah gelombang laut Mediterania.
Sejumlah negara menolak kedatangan para imigran dan mengusir mereka dari negaranya. Bahkan sejumlah kelompok sayap kanan di Eropa melakukan aksi demonstrasi menentang kedatangan para imigran.
Satu demonstrasi mendukung para pengungsi digelar secara damai di bagian timur Jerman di Kota Dresden. Beberapa waktu terakhir, Kota Dresden menjadi lokasi protes anti-migran yang diselenggarakan oleh kelompok sayap-kanan yang berakhir dengan kekerasan.
Kanselir Jerman Angela Merkel mendapatkan ejekan ketika dia mengunjungi sebuah pusat pengungsian di dekat kota Heidenau, pekan lalu. Negara ini diperkirakan akan menerima lebih dari 800.000 pencari suaka pada tahun ini - lebih banyak dibandingkan negara-negara lain di Uni Eropa.
Polisi mengatakan 1.000 orang terlibat dalam protes yang dilakukan oleh kelompok Anti-Nazi Alliance, tetapi penyelenggara mengatakan sekitar 5.000 orang ikut dalam demonstrasi tersebut. Dresden telah menjadi pusat gerakan "anti-Islamisasi" Pediga, yang membawa ribuan orang untuk menggelar protes di jalanan sejak Oktober 2014 lalu.
Lebih dari 25.000 orang ikut dalam protes yang digelar Pediga sejak awal tahun ini. Imigrasi menjadi topik panas di Jerman pada tahun ini, di tengah peningkatan jumlah pencari suaka akibat perang di Suriah dan Irak. Para demonstran berjalan di tengah kota dengan meneriakkan "Katakan dengan keras, katakan dengan jelas, pengungsi disambut di sini".
Laporan menyebutkan para pengungsi juga terlibat dalam aksi di sebuah tempat untuk pencari suaka. Kanselir Merkel mengatakan tidak ada toleransi bagi mereka yang terlibat dalam kekerasan anti imigran.
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga penyiaran publik ZDF menunjukkan bahwa opini publik mendukung Merkel, dengan jumlah 60% warga Jerman menyatakan bahwa negara dengan ekonomi terbesar di Eropa itu mampu menerima lebih banyak pengungsi.
Walikota Dresden Helma Orosz pada awal tahun ini mengatakan bahwa sebagai kota yang hancur dalam perang melawan fasisme di Perang Dunia Kedua, Dresden merupakan kota modern yang mengutamakan nilai-nilai keterbukaan terhadap dunia dan toleransi
Tragedi kemanusiaan yang sekarang terjadi dengan adanya fenomena imigran yang mengalir ke negara-negara Eropa, tak lain merupakan dampak langsung dari kejahatan negara-negara Barat yang memporak-porandakan negara-negara Arab dengan perang. Mereka ingin menguasai kekayaan minyak dan menjadikan negara Arab mereka sebagai jajahan. Ini adalah sebuah tragedi kemanusiaan yang tiada tara.
Tragedi ini berlangsung usai yang disebut 'Arab Spring', yaitu revolusi Arab yang menghancurkan para sekutu Barat di dunia Arab. Mereka jatuh seperti 'pepaya' yang busuk, dan runtuh dari kekuasaannya yang sudah berpuluh tahun.
Tapi, kemudian Arab Spring itu menghadapi 'counter revolution', di mana Barat, Zionis-Israel dan sejumlah pemimpin Arab, menghancurkan kembali kekuatan baru di Timur Tengah, yagn tumbuh pasca 'Arab Spring', dan mengembalikan rezim-rezim totaliter yang kemudian menjadi sekutu mereka.
Akibat konflik dan perang yang berlangsung di Suriah, tak kurang 16 juta penduduknya meningngalkan negaranya. Sekarang sebagian di antara mereka mengungsi dan menjadi imigran di Eropa. Belum lagi Irak, Libia, Somalia, Afghanistan, dan sejumlah negara lainnya yang sekarang ini berbondong ke Eropa demi menyelamatkan nyawa mereka dari tragedi perang.
Sikap Amerika, Eropa, Rusia dan sejumlah negara lainnya, yang membiarkan bercokolnya rezim Syiah Bashar al-Assad, semakin memperpanjang tragedi kemanusiaan. Bashar al-Assad yang sangat keji terus dibiarkan berkuasa oleh Amerika, Rusia, Eropa dan Iran padahal kejahatannya sudah tanpa tara. Rezim Bashar melakukan pemboman dengan menggunakan senjata pemusnah massal atas Aleppo, Hamaa, dan wilayah-wilayah lainnya yang dikuasai pejuang Islam.
Eropa harus menanggung segala akibat dari kebijakan mereka sendiri yang mendukung rezim-rezim di Timur Tengah yang terkenal keji karena membunuhi rakyat sendiri. Padahal seharusnya mereka bertindak dengan tegas terhadap rezim-rezim yang sudah dengan brutal membunuhi rakyatnya.
Amerika, Uni Eropa dan PBB berdiam diri ketika terjadi tragedi kemanusiaan. Negara-negara yang paling lantang meneriakkan tentang hak asasi manusia, mereka membisu, ketika terjadi tragedi kemanusiaan di negara-negara Arab. Amerika, Eropa, Rusia dan PBB sejatinya jauh lebih jahat dibanding dengan rezim Bashar al-Assad, yang membunuhi rakyatnya. Karena mereka membiarkan penjahat kemanusiaan itu tetap berkuasa.
Siapapun yang memiliki hati nurani, pasti tidak akan tega melihat penderitaan yang begitu hebat oleh para pengungsi dan keluarga mereka.
Para imigran menyeberangi laut Mediterania masuk Italia, Yunani, kemudian berjalan kaki melintasi perbatasan negara-negara Eropa. Di antara mereka ada yang pergi menuju Jerman. Angela Merkel hanya sedikit di antara pemimpin Eropa yang bisa menerima kedatangan imigran meskipun harus menghadapi gelombang aksi protes rakyatnya yang menolak imigran. Wallahu'alam. dta
Editor: RF
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!