Ahad, 5 Jumadil Awwal 1446 H / 27 September 2015 08:39 wib
87.421 views
Megawati : Silahkan Pengusaha Cina Perantauan Menguasai Ekonomi Indnonesia
JAKARTA (voa-islam.com) – Nampaknya Mega konsisten dengan pandangan politik-ideologisnya. Anak Bung Karno itu akan mewarisi pandangan ideologis bapaknya yang membangun poros 'Jakarta – Peking'.
Barangkali Mega konsisten dengan pandangan politik-ideologisnya. Anak Bung Karno itu akan mewarisi pandangan ideologis bapaknya yang membangun poros 'Jakarta – Peking'.
Apakah pilihan membangun poros ' Jakarta-Peking' ini, hanya melihat perubahan global? Di mana Cina semakin mendominasi kehidupan ekonomi, politik, dan militer secaara global?
Sejak Megawati menjadi presiden sudah nampak kedekatannya dengan Cina 'daratan', dan Cina 'perantauan' yang sekarang menjadi kekuatan ekonomi di kawasan Asia. Kekuatan global sekarang bergeser ke kawasan Asia-Pasific dengan episentrumnya (pusat kekuatannya) ada di Cina.
Kekuatan ekonomi Cina 'perantauan' (Chinese Oversease), GDP nya sudah melampaui Cina 'daratan'. Hampir semua negara di kawasan Asia, terutama Asia Tenggara, ekonomi dan bisnisnya sudah berada di tangan 'konglomerat' Cina. Di beberapa negara Asia, Cina 'perantauan' sudah masuk ke ranah politik, seperti di Thailand, Malaysia, Singapura, Philipine, dan Indonesia.
Kita bisa melihat sejak Orde Baru, di era Soeharto, kalangan Cina 'perantauan' sudah mempenetrasi kekuasaan Soeharto, dibawah Liem Siew Liong, dan menjadi salah satu pilar kekuasaan Soeharto, dan dia dipercaya membangun ekonomi di Indonesia.
Namun, semuanya berakhir hanya dengan malapetaka, di tahun l998, akibat krisis ekonomi. Kalangan Cina 'perantauan', semua lari ke Singapura.
Di era Abdurrahman Wahid dan Megawati, kalangan Cina 'perantauan' kembali masuk dalamm sirkulasi kekuasaan. Abdurrahman Wahid, benar-benar menjadi perpanjangan tangan kepentingan Cina 'perantauan' di Indonesia. Abdurrahman Wahid, secara politik mengakomodasi agama Kong Hu Chu, dan menjadi agama resmi di Indonesia.
Di era Megawati hanya melanjutkan pemerintahan Abdurrahman Wahid, dan semakin jauh penetrasi kalangan Cina 'perantauan' terhadap kekuasaan Mega. Intinya penguasaan atas ekonomi Indonesia semakin jauh, saat Mega berkuasa. Melalui lobi-lobi, Mega datang ke Peking (Beijing), dan menandatangai penjualan 'gas tangguh' dengan harga yang sangat murah. Sambil berdansa dengan Presiden Cina.
Mega menjual asset negara yang paling penting dan sangat strategis, yaitu Indosat kepada Singapura, yang menjadi pusat Cina 'perantauan'. Ketika Mega menjadi presiden, yang pusat pengambilan keputusan politik bukan di Jakarta, tapi di Singapura.
Hal ini berlanjut. sampai ketika Mega akan menetapkan siapa yang bakal dicalonkan sebagai calon presiden tahun 2014? Semuanya dibicarakan di Singapura. Sampai berlanjut di Jakarta, saat penetapan pencalonan Jokowi menjadi calon presiden dari PDIP. Semuanya melibatkan tokoh-tokoh Cina 'perantauan'. Termasuk menetapkan siapa yang bakal dipilih menjadi calon wakil presiden.
Sekarang di sekeliling Mega, Jokowi dan Jusuf Kalla, tak lain, para tokoh Cina 'perantauan' yang menjadi 'king maker' atas kehidupan kebijakan ekonomi, politik, dan bahkan dibidang keamanan. Di tengah krisis ekonomi yang menghebat, dan mendera Indonesia Mega mengatakan, bahwa ia tetap optimis Indonesia menjadi tujuan investor Tionghoa (Cina) dari seluruh dunia. Meski kondisi ekonomi sedang melambat.
“Indonesia masih tetap dilihat, didengar oleh banyak kalangan masyarakat dari Cina Oversesase”, tutur Mega, Sabtu, 26/9/2015.
Megawati mengutarakan hal itu, saat ia memberikan sambutan singkat dalam konferensi Penguasa Cina Dunia ke 13 di Nusa Dua, Bali, Sabtu siang. Optimisme itu karena berangkat dari banyaknya peserta konferensi yakni 3.000 delegasi yang mewakili 30 negara. Indonesia membuka pintu kepada investor Cina untuk menanamkan sahamnya di Indonesia.
Belum lama ini tiga bank terkemuka Indonesia datang ke Beijing bersama dengan Meneg BUMN Rinis Sumaro. Diantaranya, Bank Mandiri, Bank BRI, dan Bank BNI. Ketiga bank besar Indonesia itu, dicaplok Cina dengan memasukkan dananya ke bank Indonesia yang sehat-wal afiat.
Belum lama, Rini di Paris juga menandatangani kerjasama dengan BOC (Bank of Cina), senilai Rp 570 triliun. Belum termasuk perusahaan Garuda, juga menggunakan pinjaman dari BOC. Sementara Cina mendapatkan kontrak dari pemerintahan Jokowi berupa pembangunan infrastruktur, seperti jalan tol, pelabuhan, bandara, dan bahkan pembangkit tenaga listrik.
Indonesia menjadi tuan rumah pelaksanaan Konferensi Pengusaha Tionghoa Dunia ke-13 yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). Ketua Umum Perhimpunan Pengusaha Indonesia Tionghoa (Perpit) Kiki Barki dalam kesempatan itu juga mengajak para investor datang ke Indonesia untuk menanamkan sahamnya.
Kiki yang juga selaku Ketua Konferensi Pengusaha Tionghoa Dunia itu menjelaskan, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk digarap dari sejumlah sektor di antaranya tambang dan batu bara.
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan yang turut memberikan sambutan juga mempromosikan potensi Indonesia kepada investor Tionghoa. Di antaranya sektor infrastruktur dan kelistrikan.
“Datanglah ke Indonesia dan kami berjanji memberikan kemudahan investasi,” ucapnya. Begitulah para pejabat Indonesia membubakan pintiu lebar-lebar kepada para pengusaha Cina.
Sebelumnya, Puan Maharani telah berkunjung ke Beijing, dan bertemu dengan sejumlah pejabat Cina. Menurut berbagai informasi, para pimpinan Partai Komunis Cina (PKC), juga datang ke Markas PDIP di Lenteng Agung. Sebuah mutualisma-simbiosa yang kental dengan berbagai kepentingan ekonomi, politikk dan ideologi. Wallahu'alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!