Sabtu, 5 Jumadil Awwal 1446 H / 17 Oktober 2015 14:03 wib
35.386 views
Suriah Jadi Ladang Pembantaian "Killing Field" Bagi Para Jenderal Iran dan Pasukannya
DAMASKUS (voa-islam.com) - Di Suriah, menjadi ladang pembantaaian bagi para jenderal dan anggota. Benar-benar Suriah menjadi tempat 'killing field' bagi pasukan Syiah, yang sekarang mempertahankan Presiden Bashar al-Assad.
Setiap hari kerugian difihak Syiah semakin besar. Suriah yang menjadi ajang perang itu, berubah menjadi tempat 'killing field' bagi milisi Syiah, dan para jenderalnya. Kerugian fihak Syiah bertumpuk-tumpuk. Kerugian manusia bagi rezim Iran dan Hesbullah sangat luar baisa. Rezim Syiah Iran dan Hesbulah harus membayar sangat mahal, mempertahankan Bashar al-Asssad.
Sekalipun sudah didukung dengan serangan udara Rusia, dan ratusan rudal, dan rudal balistik yang ditembakan oleh Rusia, tapi tidak bisa cepat mengalahkan dan menguasi kembali kota-kota yang sudah jatuh ke tangan pejuang Islam. Ambisi Teheran harus dibayar mahal. Ambisi Teheran yang ingin mencengkeram Suriah dan Irak, tidak seperti membalikan tangan.
Tentu, Iran merasa kehilangan yang sangat berharga, tokoh milliter Iran, sangat disegani dalam perang, yaitu Jenderal Farshad Hassouni Zadeh dan Hamid Mukhtar Band. Mereka adalah dua tokoh utama dalam Garda Revolusi yang tewas di Suriah.
Menurut laporan dari pejabat milite rIran menunjukkan bahwa Jenderal Zadeh tewas saat melakukan penetrasi ke wilayah yang dikuasai oleh para pejuang Islam di Aleppo. Zadeh merupakan penasehat utama militer rezim Syiah Alawiyyin Bashar al-Assad.
Terbunuhnya dua jenderal Iran itu, bersamaan dengan tewasnya pemimpin Garda Revolusi Iran, Jenderal Hussein Hamdani. Menurut sebuah sumber yang mengkonfirmasi bahwa Jenderal Hussein Hamedani adalah orang kedua di jajaran pasukan elit al-Quds setelah Jenderal Qasem Soleimani.
Kerugian yang sangat menyakitkan bagi Teheran itu, tewasnya para jenderal Iran, dan waktu bersmaan Iran juga kehilangan ratusan pasukan yang tewas di medan perang di Suriah. Iran mengirimkan ribuan pasukan Garda Revolusi yang terlibat dlam perang darat memperebutkan di Aleppo. Serangan udara Rusia tidak dapatr menolong pasukank Gardad Revolusi Iran, dan Iran menderita kerugian yang sangat besar dalam memperebutkan Aleppo.
Milisi Hesbullah yang ikut menceburkan diri dalam perang di Suriah, dan menghadapi kekalahan yang tidak sedikit. Suriah menjadi tempat 'killing field' bagi milisi Hesbullah. Hesbullah seperti Iran, juga menderita kerugian besar.
Milisi Hesbullah mengirimkan lebih 5.000 pasukan milisi, dan terlibat dalam perang. Menurut sumber yang dapat dipercaya, Hesbullah sudah kehilangan lebih 1.500 anggota milisinya yagn tewas di medan perang di Suraih.
Iran seperti dikuti oleh Majalah Dier Spiegel, bulan Juni, Presiden Bashar al-Assad, mengeluh, karena Iran yang mengirimkan jenderal dan pasukannya dalam perang darat, tujuannya bukan untuk mempertahankan Bashar al-Assad, tapi Iran ingin menancapkan hegemoninya di kawasan Timur Tengah. Iran ingin mencaplok seluruh Timur Tengah. Iran ingin melakukan 'Syiahisasi' seluruh kawasan Timur Tengah. Itulah ambisi Iran.
Menlu Arab Saudi, Adel al-Zubeir, menegaskan tidak ada tempat bagi rezim Bashar al-Assad, dan tidak ada negosiasi dengan Bashar al-Assad. Tidak ada tempat bagi rezim al-Assad yang sudah begitu banyak menumpahkan darah rakyatnya. Semua negara Arab Teluk dan koalisi, bersepakat menolak keberadaan al-Assad, yang sekarang ini dipertahankan oleh Teheran, sebagai boneka.
Perang di Suriah benar-benar brutal dan kejam. Sudah ribuan yang tewas dan terbunuh. Tapi, belum ada tanda-tanda, perang berakhir. Tapi, Iran mengorbankan pasukannya, ikut dalam perang darat, dan berdalih ingin membebaskan Suriah dari 'teroris'. Sejatinya siapa yang disebut 'teroris' oleh Teheran? Teheran dengan sangat 'enteng', mengatakan ingin menyelamatkan Bashar al-Assad, dan memerangi 'teroris' melakukan intervensi militer ke Suriah.
Sekarang, Iran mendapatkan apa yang diinginkannya, bukan terwujudnya ambisi Iran, menguasai Timur Tengah, dan 'Syiahisasi' terhadap kawasan yang luas dan kaya minyak itu, tapi Suriah menjadi ladang pembantaian “killing field” bagi para jenderal Iran, termasuk bagi pasukan Garda Republik, Garda Revolusi, dan Hesbullah. Suriah akan menjadi pamungkas mengakhiri ambisi Iran dan kaum Syiah. Wallahu'alam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!