Senin, 19 Jumadil Awwal 1446 H / 13 April 2015 20:56 wib
11.667 views
Antara Mega dan Jokowi Menuju Kebangkrutan Indonesia?
JAKARTA (voa-islam.com) - Betapapun Jokowi seorang presiden, dan datang ke Kongres PDIP di Bali dengan menumpang pesawat keprisidenan RI I, tapi di acara Kongres itu, Jokowi hanya bisa duduk manis, dan harus mendengar kata-kata pahit Megawati dari panggung. Betapa Jokowi telah dihinakan oleh Mega.
Sekarang kita bahas tentang PDIP. Konstelasi terkini yang berlangsung di PDIP. Dua hari lalu Ketum PDIP terpilih Megawati mengumumkan susunan baru DPP PDIP 2015-2020 hasil kongres IV Bali. Ada yg menarik disini.
Menarik karena Megawati tetap mempertahankan tradisi jumlah 27 orang pengurus harian DPP PDIP. Mengacu insiden Kudatuli 27 Juli 1997. Komposisi dari Jumlah 27 personil DPP PDIP juga dipertahankan. 13 Muslim dan 13 non muslim plus 1 Megawati. Tradisi legacy (warisan) Taufik Kemas.
Formulasi DPP PDIP 13+13+1 itu memang dimaksudkan sebagai kado TK untuk menegaskan PDIP sebagai rumah besar rakyat RI yang multi agama dan suku.
Hal kedua yg menarik adalah terpentalnya beberapa nama yang selama ini dikenal sangat dekat dgn Megawati. Mereka tidak masuk susunan DPP PDIP. Maruar Sirait politisi putra Sabam Sirait tokoh Parkindo partai fusi PDIP dan Effendi Simbolon terlempar dari DPP PDIP. Why?
Tersingkirnya Ara yg sangat dekat sama James Riady dan Jokowi merupakan ekses kejadian prapilpres 2014 kemarin. Ara sempat ancam kudeta. Sejak sebelum pemilu, Ara terus mendesak Mega capreskan Jokowi.
Mega bergeming, Ara ancam kudeta Mega dari Ketum PDIP. Mega tersinggung. Tekanan terhadap Mega untuk segera capreskan Jokowi sebelum pemilu memang sangat kuat.
Mega diserang dari segala penjuru oleh kader. Mega sempat frustasi. Desakan itu berpuncak pada 'ancaman kudeta' terhadap Megawati dari jabatan Ketum PDIP yag disampaikan Maruarar Sirait via Puan di Imam Bonjol.
Ancaman Ara itu tdk main-main. Usaha menggerogoti legitimasi Mega melalui de-soekarnoisme sudah gencar disebarkan lewat film-film Sukarno & Jokowi. DPD dan DPC PDIP se-Indonesia sudah digalang, plus bonus uang untuk para pengurus agar dukung rencana Ara cs ini. Mega pun marah. Tersinggung.
Kini Megawati berhasil pegang kendali penuh PDIP melalui kongres PDIP yang dipercepat.
Megawati memang harus cepat-cepat memperbaruhi posisinya sebagai ketum PDIP. Ada rencana menggusur Mega demi perkuat posisi presiden Jokowi.Tanpa dukungan partai (PDIP), Presiden Jokowi kapan saja bisa dilengserkan via impeachment. Dan Jokowi kini tak punya partai pendukung.
Megawati memang kecewa berat dengan Jokowi karena banyak hal. Banyak permintaannya ditolak Jokowi karena ada yang lebih didengar Jokowi daripada Mega. Posisi di Kabinet, PDIP hanya meraih 4 kursi. Nasdem saja dapat 6 kursi dan Golkar bisa titip 2 kursi menteri. Mega terpaksa dicuekin Jokowi.
Selama @Pak_JK tidak bisa yakinkan @aburizalbakrie bahwa beliau tidak akan rebut Golkar, posisi ARB pasti back up Jokowi penuh.
kekhawatiran @aburizalbakrie jika @Pak_JK naik jadi presiden, Golkar mudah direbut dari tangan ARB. Maka ARB kemungkinan tetap pertahankan Jokowi sebagai Presiden. Kecuali jika terjadi perubahan di internal Golkar.
Politic is all about interest. Cair dan selalu berubah. Tidak ada janji dan komitmen abadi. Semua tergantung interest, sikon & konstelasi. Dalam kongres PDIP di Bali kemarin mencuat wacana @Pak_JK presiden, Puan wapres. Mega dan kader PDIP antusias sambut wacana itu!
Sekarang tinggal bagaimana @Pak_JK bisa meyakinkan ARB dan SBY agar KMP dukung ide itu dan KMP - PDIP nantinya bersatu dalam koalisi besar. Bagaimana jika ARB dan SBY tidak setuju?
Mungkin Jokowi akan terus jadi presiden dengan back up KMP. PDIP akan jadi oposisi lagi. Namun, kita percaya dengan kehebatan @Pak_JK dalam bermanuver politik dan melobi. JK punya bakat alami luar biasa sebagai lobbiest. Sama ketika peluang @Pak_JK hampir habis untuk jadi cawapres Jokowi dulu.
Ada Samad dan Luhut B.Panjaitan calon kuatnya. Pak JK sukses menerobos via CSIS dan Budi Gunawan. Pak JK via CSIS berhasil gerakan Paus Fransiskus melobi Obama dan Gedung Putih. Jebol. Pak JK direstui meski dengan banyak syarat.
Syarat dari Gedung Putih saja bisa diterima JK, masak syarat dari SBY - ARB ga bisa? Gerak dan bahasa tubuh Megawati saat Jokowi hadiri Kongres PDIP sudah jelas mengungkap sikap Mega terhadap Jokowi. Mega sudah tidak nyaman lagi dengan Jokowi.
Wacana JK-Puan mencuat. Bagaimana Prabowo? Dijamin ikut sikap SBY-ARB. Ada 3 opsi : Jokowi dipertahankan KMP tanpa PDIP, KMP koalisi dengan PDIP, KMP-PDIP gusur Jokowi. Inilah yang bakal terjadi dalam beberapa bulan ke depan.
Yang pasti Megawati kini sudah berhasil menghilangkan ancaman kudeta terhadap dirinya melalui Kongres PDIP yang dipercepat. Momentumnya tepat. Yang kasihan ya Presiden Jokowi. Dia tidak punya partai. Lemah. Setiap saat dapat di depak dari Istana dan dijatuhkan. Sekarang, dia terpaksa harus bagi-bagi konsesi sebanyak-banyaknya untuk mempertahankan posisinya.
Jika Presiden Jokowi ingin terus bertahan, ia terpaksa jadi 'kuda beban' para elit partai. Kasihan rakyat, hanya dapat ampasnya doank dan penderitaan yang panjang. Kekuatan nonpartai yang sebelumnya telah sukses mengantar Jokowi jadi Presiden: yaitu asing, konglomerat-cina, dan media, sekarang harus siapkan uang besar untuk menjaga Jkwi.
Namun keadaan sudah berubah. Tidak lagi seperti sebelum pilpres di mana mayoritas rakyat mudah dibohongi media bayaran dan opini palsu.
Pilihan rakyat Indonesia sekarang adalah apakah tetap pertahankan Presiden Jokowi, dengan konsekwensi kepentingan rakyat dinomor buncitkan? Rakyat harus makan 'ampas' busuk dari kerja Jokowi.
Atau sebaliknya setuju menggusur Presiden Jokowi dan @Pak_JK naik dengan siapapun cawapresnya? Sekalian koreksi atas pilihan rakyat yang keliru pada pilpres, dan menggusurnya dari tahta. Ibaratnya Jokowi seperti 'Petruk menjadi raja'. Jokowi jadi raja hanya sehari. Cukup.
Mengenai dasar impeachment/pemakzulan memang nggak usah dipikirkan.. Parlemen punya 1001 cara kalau mau ajukan HMP ke MPR. MK juga tinggal aminkan.
Jika gonjang ganjing politik sekarang tidak segera diakhiri, instabilitas nasional akan lahirkan krisis ekonomi dan menurunnya kesejahteraan rakyat. Dalam sistem demokrasi liberal heavy parlementer yang dianut RI saat ini, dukungan partai mutlak dimiliki Presiden. Jokowi nihil partai.
Sistem politik RI saat ini sudah hampir menjurus ke OLIGARKHI. Kekuasaan negara berada di tangan elit tertentu cq ketum2 partai. Mau bilang apa? Mau kembali ke UUD45 yang asli? Nggak bisa kecuali via revolusi. Memang hanya dengan revolusi bisa menyelamatkan dari Indonesia dari oligakhi!
Tapi dipikir-pikir, ada baiknya juga sekalian revolusi. Agar politik, hukum, ekonomi dan lain-lain yang sudah rusak parah dapat dirombak total. Agar pribumi dapat jadi tuan di negeri sendiri. Tak melulu jadi kesetnya: CINA DAN ASING.
Tersingkir kaum pribumi sejak awal kemerdekaan. Di mana kaum Cina dan asing berkolaborasi dengan berbagai kekukatan inernasional membuat kaum pribumi kita tidak berkutik. Mungkin melakukan perbaikan terhadap nasib pribumi? Mudah. Bisa meniru Malaysia. Caranya bagaimana Malaysia sejahterakan rakyat bumiputera / pribuminya.
Indonesia butuh Mahatir, yang dipenjara karena buku Malay Dilemma yang ditulisnya. Lalu jadi PM karena rakyat Malaysia sadar : Mahatir benar.Jika Indonesia tidak melahirkan Mahatir, RI harus angkat Mahatir sebagai penasihat negara RI, demi kebangkitan rakyat pribumi.
Kalau tidak ada jalan lain, maka ambil langkah seperti Vietnam membasmi orang-orang Cina yang sudah menjadi parasit, dan menghisap darah kaum pribumi. Vietnam menggusur Cina dari negara. Sampai habis. Seperti juga dilakukan oleh Fiji. Sehingga tidak ada lagi parasit yang menggerogoti hidup bangsa Indonesia.
Kaum pribumi sudah tidak tahan hidup dibawah telapak kaki Cina. Bukan hanya rakyat yang menjadi keset Cina, tapi para OLIGARKHI juga sudah menjadi kesetnya CINA. Mereka menggantungkan hidup mereka kepada Cina, dan menikmati rente dari para 'taoke' Cina.
Rakyat terus hidup sengsara berada di bawah oleh oligarkhi yang menjadi kesetnya Cina. Mereka terus memperbudak pribumi. Sekarang kaum pribumi dan rakyat didera dengan berbagai penderitaan, akibat kenaikan berbagai kebutuhan pokok. Ini merupakan 'kongkalingong' antara kaum oligarkhi dengan Cina. (jj/abimantrono/dbs/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!
