Rabu, 18 Jumadil Awwal 1446 H / 29 April 2015 09:06 wib
8.346 views
Kobarkan Revolusi Jika Kita Tidak Mau Mati!
Kaum Muslimin yang dirahmati Alloh….
Nampaknya, buah reformasi 1998 betul-betul sudah dikuasai ulat-ulat busuk yang terus menggerogoti poros kekuasaan dan rezim moralitas anak negri yang dihuni mayoritas muslim.
Bahkan bisa jadi, ulat-ulat busuk ini sebenarnya sudah merupakan hasil regenerasi dari serangga induknya. Perlahan tapi pasti, kapal Indonesia akan karam. Mungkin ia tidak hancur terpecah tapi akan masuk ke dasar kegelapan secara bersama-sama.
Bayangkan saudara, belum sepi kita dari rencana gelar pesta Bikini anak-anak SMU, sekarang kita disodorkan wacana sertifikasi para pelacur dan apartemen perzinahan yang hendak dihalalkan!
Saat dengan tegas ada kebijakan dilarangnya menjual Miras di toko-toko dekat rumah, segera muncul ide setan membangun toko khusus Miras, edaan…!
Era kebebasan tanpa batas seolah sengaja dibiarkan atas nama demokrasi dan HAM, namun pada saat yang sama hal-hal yang berlatar belakang dan nuansa nilai-nilai Islam yang dianut mayoritas penduduk negri, secara gamblang dan terang-terangan di berangus tanpa ampun!
Badan keamanan Negara juga semakin efektif dalam menggusur Islam ke sudut-sudut sepinya kuburan dan dinginnya penjara bagi para Mujahid yang konsisten membela Islam dan Ummatnya.
Sementara kelompok tokoh dan ulama pro kebijakan Negara juga sudah membuta-tuli dengan terus dieleminirnya aktivis Jihad yang tergolong dhu’afa. Bahkan mencari-cari pembenaran akan tuduhan menyimpangnya para pejuang dari jalan yang benar berdasarkan paham Islam mereka yang telah ditindihi dengan chauvinistic yang hina.
Dan itupun, ditambah lagi dengan problematika munculnya kelompok cendikia yang sibuk menggariskan jalan tengah, berusaha cari keuntungan dengan moderasi kompromistik dalam kepalsuan yang sia-sia. Mereka tampil santun dan berwajah ramah namun sejatinya, mereka tidak lebih sebagai para penghisap darah!
Peran mereka tidak menghancurkan fisik, fungsi mereka memang tidak kelihatan membusukkan bahagian tubuh ummat yang tiada lagi responsif terhadap berbagai penyakit masyarakat.
Tugas mereka justru mengkebiri semangat dan aktivitas para pejuang Syari’ah yang menuntut penerapannya pada level masyarakat dan Negara. Kerja para penggembos ini adalah menggelar karpet merah bagi paham Murji’ah.
Kerja para Mudalisin adalah membentangkan sejadah kesesatan aqidah yang di-branding sebagai ibadah. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un…!
Disisi lain, para penyesat lalu mengeksplorasi literatur Islam kemudian melahirkan konklusi yang membengkokkan arah jarum perlawanan. Mereka memuliakan apa yang lahir dari sebuah lembaga dunia yang disebut Muhammad Iqbal sebagai Parlemen Iblis.
Syari’at Rabbul ‘Alamiin akan digerinda dan dikikis agar masuk dan diakui masyarakat dunia yang dikuasai hegemoni kezhaliman.
Maka jalan Jihad ditelikung, pejuang Islam yang tengah bertempur dan berjaga di semua medan konflik peradaban dinihilkan.
Jalan kompromi diagungkan, cara-cara diplomatis dipertuhankan hingga akhirnya paham syirk demokrasi dinikmati dalam kelegalan mazhab kepartaian.
Sementara itu, ada juga kelompok yang tetap ngotot pada tujuan dan menafikkan sistem politik yang ada tapi mereka juga tidak berani mempraktekkan Manhaj Kenabian. Walhasil, ummat tetap mandul dan yang bergerak hanya berputar-putar dalam kubangan yang dibuat oleh Setan, wa’iyyadzubillah!
... segeralah berkain kafan dan menyirami diri dengan harum melati. Sebab pasti tak lama lagi aroma kebusukan akan menguasai penciuman, ulat-ulat busuk dan belatung reformasi akan juga mengganyang kita punya badan ...
Hati kita menjadi rindu saat-saat dahulu….
Berteriak lantang Merdeka atau Mati, seraya mengepalkan tangan kanan dan mengenggam senjata apapun yang bisa kita gunakan berperang. Itulah yang dimengerti kaum kebanyakan dari perkataan ibunda teladan, Asma binti Abu Bakr rodhiyallohu anha kepada Abdullah bin Zubair, sang putra yang perkasa. ‘Isy kariman au Mut syahiidan!
Kita rindu, tulisan dan ceramah pengobar semangat yang membentangkan impian akan kehidupan yang bebas namun tetap memelihara marwah dan martabat.
Kita dengar dahulu ada Koran bernama Daulah Islamiyah, kita juga membaca sejarah tentang opini radikal seorang Pejuang Ideologi Islam dalam Fajar Asia.
Kita rindu, khutbah tajam dari lisan orang seperti Muhammad Isa Anshory dan kealiman seorang Syaikhah dari Padang yang bersinar terang hingga ke negri Nabi Yusuf ‘alaihis salam.
Terlebih lagi, kerinduan kita terhadap generasi utama Ummat Islam, ummat yang bersaudara lintas benua dan zaman. Ummat yang diikat oleh ketinggian risalah dan keemasan sejarah. Ummat yang hanya memahami bahwa hidup adalah aqidah dan perjuangan. Ummat yang tidak berhenti menyebarkan pesan ketauhidan bagi pembebasan insan dari kebathilan pada kebenaran Islam.
Akhirnya, kerinduan akan hal itu semua hanya akan terbukti jika kita luruskan keyakinan, bersihkan peribadatan, reformasi hubungan manusia dalam poros Kehendak Ilahi kemudian kita terjuni ladang-ladang perlawanan dengan keseluruhan niat luhur pengorbanan.
Kita mestinya, sudah bersiaga dalam sel-sel revolusi untuk sigap bergerak merontokkan kezhaliman dan menyembelih setiap anasir pengkhianatan!
Jika kita tidak lagi bergerak, maka itu jelas indikasi kematian. Bukan mati secara fisik tapi koma dan lumpuh dalam kemampuan menyerap segala nikmat kehidupan. Mati rasa walaupun lidah masih mampu merasai berbagai sensasi makanan, Impoten ditengah gejolak libido yang menggelora.
Kalau sudah demikian, maka segeralah berkain kafan dan menyirami diri dengan harum melati. Sebab pasti tak lama lagi aroma kebusukan akan menguasai penciuman, ulat-ulat busuk dan belatung reformasi akan juga mengganyang kita punya badan.
Mumpung masih bersisa lahan di pemakaman, daripada nanti menjadi mayat yang bergeletakkan di ladang pembantaian kaum murtad dan anti Tuhan, wallohul Musta'an.
Ngruki, 10 Rajab 1436
Abu Muhammad Al Fatih
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!