Selasa, 18 Jumadil Awwal 1446 H / 12 Mei 2015 10:13 wib
15.836 views
Progres 98 Bertekad Turunkan Jokowi 20 Mei Nanti, Mahasiswa yang Tidak Ikut adalah Pecundang
JAKARTA (voa-islam.com) - Tanggal 20 Mei nanti bisa menjadi hari bersejarah, bisa juga menjadi hari biasa saja seperti lainnya. Di Hari Kebangkitan Nasional tersebut sejumlah tokoh yang tergabung dalam Progres 98 berencana lakukan demonstrasi besar-besaran yang tujuannya adalah menurunkan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dari istana kepresidenan.
Ketua Progres 98, Faizal Assegaf menyatakan bahwa Gerakan 20 Mei bukanlah gerakan tunggal, melainkan suatu gerakan yang dirancang berkelanjutan, berpuncak di bulan November nanti.
Gerakan ini tidaklah terfokus pada kuantitas massa, tapi lebih pada kualitas gerakan yang diharapkan akan mampu menggerakkan mahasiswa dan masyarakat untuk ikut serta dalam pergerakan tersebut.
Faizal juga menjanjikan bahwa gerakan 20 Mei akan memberikan kejutan bagi publik. Gerakan ini dianggap bukanlah gerakan demonstrasi biasa. “Nanti akan ada kejutan-kejutan. Indikasi-indikasi itu akan membuat semua orang terhentak,” kata mantan aktivis pengguling Soeharto ini, sebagaimana dilansir Berita Tama.
Walaupun yang ikut serta mungkin tidaklah banyak, akan tetapi Faizal yakin bahwa gerakan ini akan mampu memicu mahasiswa-mahasiswa lainnya untuk turut serta dalam usaha penjungkalan pemerintahan Jokowi-JK tersebut. Sebagaimana yang terjadi waktu jatuhnya mantan Presiden Soeharto yang juga berawal dari demonstrasi kecil yang kemudian membesar.
Faizal menganggap bahwa mahasiswa yang tidak ikut serta dalam gerakan ini adalah mahasiswa pecundang. Karena itu ia mengajak mahasiswa dari semua elemen untuk menjadikan 20 Mei nanti sebagai momentum persaudaraan nasional.
“Tanggal 20 adalah momentum kembali untuk persaudaraan anak bangsa. Momentum ini tidak dua kali, datang dengan nurani dan kesadaran intelektual untuk mengatakan tidak terhadap rezim pembohong.
Itu momentum kalian. Jadilah calon-calon pemimpin besar. Jangan menjadi pecundang, jadi penonton. Jadilah pelaku perubahan,” jelas Faizal. Dan menurutnya gerakan penurunan Jokowi-JK merupakan sebuah bentuk ibadah yang berpahala.
Karena membiarkan Jokowi-Jk terus memerintah adalah sama dengan membiarkan kejahatan dan kepalsuan dalam bernegara.
“Menurunkan Jokowi dan JK itu adalah ibadah. Dikerjakan mendapat pahala, ditinggalkan itu berarti kita lalai terhadap kondisi demokrasi untuk mengoreksi kekuasaannya,” terang Faizal. (BT/ABP/ARB/Aryo)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!