Senin, 17 Jumadil Awwal 1446 H / 1 Juni 2015 09:41 wib
10.974 views
Apakah Para Pemimpin Indonesia Masih Percaya Pancasila?
JAKARTA (voa-islam.com) - Masih ingatkah Pancasila yang diagung-agungkan sebagai ideologi 'Sakti', setiap 1 Juni itu? Sejatinya, Pancasila tak pernah bisa memberikan solusi apapun atas kehidupan bangsa Indonesia.
Bahkan, ironinya para pemimpin, termasuk penggali Pancasila, yaitu Soekarno, justru mengkhianatinya. Ibaratnya, sama seperti berhala yang disembah kaumnya Nabi Ibrahim, tapi tak memberi manfaat apapun bagi kehidupan.
Ambil contoh, Soekarno yang menggali Pancasila, justru memreteli Pancasila, ideologi yang diagung-agungkan itu oleh Soekarno diperas menjadi 'eka sila', dan diperas lagi menjadi 'gotong royong'. Soekarno sendiri jatuh ke dalam pelukan PKI, dan kebijakan politiknya berkiblat ke Cina dan Moskowi, yang menjadi pusat komunisme, sampai Soekarno lengser. Sesudah pemberontakan PKI, tahun l965.
Soeharto dedengkot 'Orde Baru' (Orde Bau), yang mengagung-agungkan Pancasila, bahkan Soeharto mensejajarkan Pancasila dengan 'agama', dan mendudukan Pancasila sebagai 'way of life'.
Tapi, kenyataannya para pemimpin Indonesia tidak pernah ada yang memperaktekan Pancasila secuilpun dalam kehidupan bernegara. Di bidang apapun. Politik, ekonomi, budaya, sosial, dan lainnya. Pancasila hanya digunakan menggebuk terhadap orang dan golongan yang menentang para penguasa.
Jadi Pancasila itu hanyalah kedok 'bathil', yang digunakan penguasa menutupi boroknya yang bau busuknya menyengat. Soeharto yang mengaku Pancasilais sejati, dan melakukan indoktrinasi nilai-nilai Pancasila terhadap rakyat melalui P4, tapi kenyataannya kebijakan berkiblat ke Washington, dan menjadikan Amerika sebagai 'majikan alias tuannya'. Tidak pernah ada yang namanya ekonomi Pancasila.
Sesudah Soeharto, Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, dan SBY, semuanya 'sami mawon' (sama saja). Tidak ada yang berbeda. Justru di era SBY korupsi menggurita, dan digantikan Jokowi, sekarang juga 'sami mawon', dan kekuatan 'Asing dan A Seng', sudah menjarah dan menguasai seluruh sektor dan oleh Jokowi sengaja diserahkan.
Di zaman Taufik Kemas, mencanangkan 'empat pilar' negara, yaitu Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Semuanya hanya menjadi 'pepesan kosong'. Karena tidak pernah dipraktekan dan diberi tauladan.
Pantas mantan menteri keuangan yang pertama Syafruddin Prawiranegara, memplesetkan Pancasila menjadi 'Pancagila', dan sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, diplesetkan menjadi 'keuangan yang maha kuasa'. Kalau ini sudah terbukti, di mana nilai-nilai luhur bangsa ini sudah dikalahkan oleh uang. Sehingga, nampak dengan jelas tabiat dan karakter para pejabat, yaitu karakter 'maling dan rampok'.
Sekarang, Puan Maharani berharap peringatan Hari Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni bisa diakui pemerintah. Puan mengundang Presiden Joko Widodo dan pejabat tinggi negara ke Blitar menghadiri peringatan besok.
Ditemui usai berziarah di makam Bung Karno, Blitar, Jawa Timur, Puan mengatakan peringatan 1 Juni ini sangat penting bagi perjalanan Bangsa Indonesia. Ini adalah hari dimana Bung Karno melahirkan Pancasila yang menjadi dasar negara. "Saya berharap 1 Juni bisa diakui pemerintah," katanya, Minggu 31 Mei 2015.
Selama ini Puan memandang peringatan 1 Juni masih sebatas seremonial belaka. Masyarakat belum mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu melalui peringatan kali ini, dia ingin mengajak masyarakat lebih mengenal nilai Pancasila dengan baik dan benar.
Peringatan Hari Pancasila besok, menurut Puan akan berlangsung semarak. Tak hanya dihadiri Megawati, Presiden Joko Widodo juga dipastikan hadir di Blitar. Selain itu sejumlah pejabat tinggi negara juga turut memastikan tiba di Blitar. "Presiden dan pejabat tinggi negara akan hadir besok," katanya.
Sementara itu perayaan Hari Pancasila yang digelar rutin tiap tahun di Kota Blitar terlihat semarak. Saat ini seluruh warga Blitar telah memenuhi jalanan utama kota bersama penjaja makanan dadakan. Mereka menunggu pawai lampion yang akan diarak keliling kota.
Megawati sendiri di depan Lemhanas beberapa waktu lalu, sudah mengeluarkan pikirannya, ingin menjadikan Pancasila menjadi sosialisme gotong royong. Apakah mirip dengan gagasan Soekarno dulu? (dita/dbs/voa-islam.co)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!