Sabtu, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 1 Agutus 2015 05:53 wib
9.868 views
Dibawah Jokowi Indonesia Hanya Menjadi Provinsi Singapura
SINGAPURA (voa-islam.com) - Kunjungan Jokowi ke Singapura hanyalah mengulangi sejarah Megawati, ketika menjual Indosat. Sekarang Jokowi yang menjadi 'PETUGAS PARTAI' PDIP itu, datang ke Singapura, kemudian menandatangani kerjamasama dengan Singapura yang disebut 'e-goverment'. Ini sama dengan menyerahkan 'jerohan' Indonesia kepada Singapura.
Sebelum menjadi presiden Jokowi, pernah berjanji, seperti dalam pernyataan Jokowi saat itu; "........e-government, semuanya harus dibangun. Kalau itu dilakukan, pemerintah pusat nih gampang. Saya tinggal cari, tap satu aja, pencet daerah ini, dapat uang berapa, masuk berapa, keluar berapa. Bisa. Setiap saat bisa dilakukan. Panggil saja programer untuk melakukan itu. Nggak ada dua minggu bisa dirampungkan. Nggak masalah."
Selasa (28/7), setelaj sekian bulan Joko Widodo menjadi presiden, Indonesia dan Singapura menanda-tangani Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama bidang e-government. Presiden Jokowi dan PM Singapura Lee Hsien Long menyaksikan penandatanganan MoU yang dilakukan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN RB) Yuddy Yuddy Chrisnandi dam Menteri Komunikasi dan Informasi Singapura Yacoob Ibrahim.
Kita tidak tahu apa isi MoU itu. Pers relatif hanya mencatat pernyataan Presiden Jokowi; "Indonesia ingin menarik investor Singapura sebanyak-banyaknya. Untuk itu, kami ingin mengembangkan e-government agar mempermudah pemerintah memberikan pelayakan publik kepada investor Singapura."
Menteri Yuddy mengatakan; "MoU ini akan berdampak pada peningkatan wawasan dan perspektif dalam membangun inovasi pemerintahan berbasis informasi dan teknologi. Nantinya, akan mengarah pada perbaikan tata kelola pemerintahan dan suksesnya agenda reformasi."
Mungkin tidak keliru jika Indonesia menggandeng Singapura untuk pengembangan e-government. Dalam E-Government Survey 2014, Singapura menempati peringkat 10 dan Indonesia di urutan 106 dari 193 negara di dunia dalam hal pengadopsian pemerintahan berbasis digital.
Singapura, seperti disebutkan dalam egov.gov.sg, mengawali pembangunan e-government awal 1980-an. Pembangunan dimulai dengan Civil Service Cumputerisation Programme (CSCP), yang mengurangi penggunaan kertas sebagai bagian efisiensi operasi pemerintahan.
Tahun 1990-an, sesuai perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi, Singapura meluncurkan e-Government Action Plan I dan II antara 2000 sampai 2006. Dilanjutkan dengan iGov2010 Masterplan (2006-2010), dan eGov2015 Masterplan (2011-2015.
Kedua masterplan memiliki pendekatan berbeda. Jika yang pertama Government to you, yang kedua Government with you.
Bagaimana dengan Indonesia? Hammam Riza, deputi ketua BPPT bidang Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM), mengatakan; "Meski selama dua dekade mengembangkan e-Government, peringkat kita secara global masih jauh."
Salah satu isu utama persoalan ini adalah tidak adanya sistem e-Government yang merata di setiap daerah. Akibatnya, kesenjangan antardaerah cukup besar. Lainnya, tidak tersedinya jaringan internet sampai ke tingkat desa.
Pertanyaannya, apakah setelah menggandeng Singapura, Indonesia akan bisa membangun e-Government dalam dua minggu?
Mungkin hanya bapak presiden yang tahu. Yang pasti, pernyataan Presiden Jokowi menyiratkan kerjama e-government dengan Singapura adalah "agar mempermudah pemerintah memberikan pelayakan publik kepada investor Singapura."
Hingga hari ini antara Indonesia - Singapura belum ditandatangi kerjasama 'ekstradisi', sehingga Singapura menjadi surga para 'bandit' Indonesia, khususnya orang-orang Cna yang sudah merampok kekayaan Indonesia, karena Singapura sejak tahun l974, selalu menolak perjanjian ekstradisi. Singapura juga menjadi pusat yang disebut : Chinese overseas', yang dipimpin Lee Kuan Yew, sekarang digantikan oleh anaknya.
Tak kurang dari Rp 4.000 triliun uang Indonesia yang sekarang ngendon di Singapura. Belum dana BLBI yang dikeruk cukong Cina, dan sekarang disimpan di Singapura.
Selain itu, banyak cukong Cna yang melakukan aktifitas usaha ekonomi, tapi uangnya di parkir di Singapura, sehingga semakin menggerogoti ekonomi Indonesia.
Kalaupun terjadi huru-hara itu tidak terlalu berdampak bagi para cukong Cina, karena yang ditinggal di Indonesia hanya tinggal 'kolor' yang sudah butut. Itu tidak pernah disentuh oleh para presiden Indonesia, ketika bertemu dengan pejabat Singapura. (dita/dbs/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!