Jum'at, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 21 Agutus 2015 15:01 wib
13.384 views
Kesampingkan Mazhab Fiqih, Bukan Mazhab Aqidah, Politik di Tangan Umat Islam
JAKARTA (voa-islam.com)- Takkan pernah tercipta apa yang dicita-citakan umat Islam bila di antara yang lain kita saja masih menunjukkan sifat dan sikap ego antar sesama. Merasa benar sendiri.
KH. Cholil Ridwan yang melihat fenomena ini kemudian ia menyentil umat-umat yang terpecah di dalam mewujudkan cita-cita yang mulia, syariat atau khilafah islamiyah di Indonesia. Bagi Kiai Cholil, umat Islam jangan pernah bermimpi menjadikan bangsa dan dunia menjadi khilafah atau sistem yang hukumnya berdasarkan syariat bila masih gemar memisahkan diri, atau berpecah belah.
“Jangan mimpi khilafah bila di setiap Negara saja masih menunjukkan pecah belah. Sebagai contoh yaitu Arab Sadudi,” kata PP Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini beberapa waktu lalu saat menghadiri peluncuran buku di Jakarta Pusat.
Ia menyatakan, bila ingin mewujudkan khilafah atau syariat Islam, hal yang perlu dilakukan oleh umat atau pemimpin muslim ialah senantiasa bersatu di dalam politik.
Selain itu, dengan mengenyampingkan perbedaan-perbedaan yang bersifat mazhab fiqih, pesrsatuan umat Islam di seluruh dunia pun akan tercipta. “Dengan mengenyampingkan perbedaan mazhab fiqih, makan kita bisa bersatu di dalam politik,” katanya.
Kecuali, lanjutnya, hal yang perlu dirisaukan itu ialah bila perbedaan mazhab aqidah. Menurutnya hal ini jelas-jelas harus ditentang. “Yang pasti bukan membenarkan mazhab aqidah,” tambahnya singkat.
Dengan syarat yang disebutkan di atas, Kiai Cholil merasa bahwa persatuan umat Islam akan segera tercapai cepat.
Di lain kesempatan, pembicara lain, yakni Adian Husaini mengatakan bahwa untuk menciptakan kekompakan di dalam politik atau menginnginkan terciptanya syariat, maka umat atau pemimpin Islam bisa mencontoh Israel yang awalnya tidak memiliki lahan dan tempat untuk sebuah Negara. "Lihat Israel. Dulu mereka tidak ada tempat di muka bumi ini (baca: Negara). Tapi kini lihat, mereka telah mempunyai 'Negara' karena persatuan dan cita-cita yang sama," katanya yang juga hadir sebagai pembiacara.
Keduanya hadir bersama dalam rangka member komentar dan pandangan terkait tulisan buku yang ditulis oleh Tohir Bawazier. Buku yang berjudul "Jalan Tengah Demokrasi, Antara Fundamentalisme dan Sekularisme". (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!