JAKARTA (voa-islam.com) - Jadi antara Jokowi dan Jusuf Kalla beda "mulut" soal dukungan Indonesia tentang TPP (Trans Pacipc Partnersihip) yang menjadi kebijakan Barack Obama sebelum meninggalkan Gedung Putih. Jokowi di depan Obama sudah "berbai'at" mendukung kebijakan Obama yang akan melakukan liberalisasi perdagangan di kawasan Pasipic.
Sementara, Jusuf Kalla menanggapi keputusan Jokowi yang sudah menyatakan dukungna kepada kebijakan Obama yang akan melakukan liberalisasi perdagangan dan ekonomi kawasan Pasipic, sekarang justru di dalam negeri mendapatkan penolakan, termasuk Jusuf Kalla. "Kepastian Indonesia menjadi anggota Trans Pasific Partnership (TPP) ternyata belum jelas benar. Namun niatnya sudah ada", ungkap Jusuf Kalla.
"Kan baru bermaksud. Amerika pun belum tentu setujui tahun ini. Dibutuhkan waktu, kongres dan masa berlakunya bisa diatur," papar Wapres Jusuf Kalla di Istana Wapres, u, Rabu (28/10/2015).
Sebelumnya, Presiden Jokowi di Washington DC, Amerika Serikat menyampaikan bahwa Indonesia bergabung ke dalam TPP. TPP adalah perjanjian kemitraan ekonomi strategis antara beberapa negara di kawasan Pasifik seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, Selandia Baru, Meksiko, Cile, Peru, serta beberapa negara Asia Tenggara yaitu Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Vietnam.
Lebih lanjut, Wapres mengungkapkan sejumlah manfaat yang bakal didapatkan Indonesia bila masuk Trans Pacific Partnership (TPP). Semisal, potensi pasar bagi produk Indonesia bakal melebar bila menjadi anggota TPP. "Karena sebaran pasar bertambah," kata Kalla.
Dengan melebarnya pasar, lanjut Kalla, menambah minat investor untuk menanamkan modalnya atau membangun industri di Indonesia. "Indonesia harus bisa meningkatkan efisiensi di seluruh bidang produksi, bila ingin investasi masuk dalam jumlah besar," paparnya.
Meski demikian, Kalla menyampaikan perlunya persiapan sebelum masuk menjadi anggota TPP. Agar Indonesia bisa memetik manfaat, tidak hanya dijadikan pasar seperrti dikhawatirkan banyak pihak. "Daya saing itu ya hanya efisiensi. Ya itu juga dorongan untuk kita agar lebih efisien di banding negara lain," kata JK.
Saat ini, menurut Kalla, pemerintah telah mengkaji ulang kesempatan untuk bergabung dengan TPP. Dan, keputusannya adalah perlunya bergabung dalam kerja sama itu. Tujuannya agar pasar bagi produk Indonesia menjadi lebih luas jika bergabung dengan TPP.
Masih menurut Kalla, adanya sejumlah negara Asean masuk TPP, harus disikapi. Apabila ingin terjadi keseimbangan dalam perdagangan dunia, Indonesia juga perlu masuk TPP. "Setelah kita kaji kembali, perlunya bahwa kalau kita tidak bergabung, nanti dalam persaingan-persaingan dengan negara Asean yang bergabung dalam TPP akan tidak seimbang," jelas Kalla.
Mantan Ketum Partai Golkar ini, menyinggung adanya kekhawatiran soal Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia bakal semakin bebas. Dalam artian, kapal asing bisa leluasa masuk, dinilainya tidak benar.
"TPP tidak berarti semua orang dapat mencari ikan di wilayah ZEE Indonesia. Tapi tetap saja ada aturannya. Bahwa perdagangan menjadi lebih terbuka, itu iya," papar Kalla.
Banyak kalangan dan tokoh yang menolak keterlibatan Indonesia masuk dalam TPP, dan memang sesudah Jokowi di depan Obama "berbai'at" mendukung TPP, Jokowi mendapatkan "hadiah" berupa investasi kalangan bisnis Amerika senilai $20 miliar dolar, mereka berencana menanamkan modalnya di Indonesia. Jokowi langsung berbinar. hhh. (sasa/dbs/voa-islam.com)