Sabtu, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 7 November 2015 21:47 wib
8.678 views
Jokowi Bisa Bertemu Obama Membayar Konsultan $80.000 Dolar?
WASHINGTON (voa-islam.com) - Indonesia negara "jembel' utang luar negerinya berjibun, dan rakyatnya masih banyak yang mlarat. Anehnya, seorang kontributor bernama Dr Michael Buehler, seorang dosen politik Asia Tenggara dari School of Oriental and African Study yang menulis artikel Waiting in The White House Lobby, Jumat (6/11).
Buehler mengatakan, pertemuan Jokowi dan Barack Obama dilakukan melewati perusahaan konsultan. Buehler menyebut, Indonesia menggandeng perusahaan konsultan Singapura bernama Pereira International Pte Ltd. Perusahaan ini lalu mengontrak perusahaan PR asal Las Vegas, R&R Partners Inc senilai US$ 80.000 untuk bisa masuk ke Washington.
Buehler juga menyodorkan lampiran kontrak tersebut. Disebutkan, untuk jasa lobi senilai US$ 80.000, R&R akan dibayar dalam empat kali antara 15 Juni dan 1 September. Dalam kontrak disebutkan, Partners bersedia dikontrak sebagai konsultan oleh executive branch dari pemerintah Indonesia. Tapi tak dijelaskan siapa tangan dari Indonesia yang menyewa konsultan ini.
Dalam artikelnya, Buehler juga menyebut kedekatan Derwin Pereira, perwakilan Pereira International dengan Luhut Panjaitan, yang kini menjabat Menteri Koordinator bidang politik, hukum, dan HAM. Namun, dia mengakui, tidak ada bukti Luhut yang menyewa jasa Pereira.
Buehler mempertanyakan alasan Indonesia menggunakan jasa konsultan untuk bertemu dengan Obama. "Apakah ini sudah dikoordinasikan dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi? Atau terlalu banyak kepentingan bersaing di dalam lingkar dalam presiden untuk mendorong agenda luar negeri?" tulisnya dalam artikel tersebut.
Dibantah
Namun, Menlu Retno menyesalkan adanya artikel tersebut. "Artikel Menunggu di Lobi Gedung Putih" sangat tidak akurat, tidak berdasar, dan sebagian mendekati ke arah fiktif," kata Retno dalam konfirmasi Sabtu (7/11) di situs resmi Kementerian Luar Negeri.
Dia menyebutkan, kunjungan Presiden Jokowi ke AS adalah atas undangan Presiden Obama yang disampaikan di sela KTT APEC 2014 di Beijing pada 10 November 2014. Undangan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan udangan tertulis yang disampaikan melalui saluran diplomatik.
Bagaimana kalau benar? Begitu pentingnya bertemu dengan Barack Obama, dan harus menggunakan jasa konsultan dengan bayaran yang sangat fantastis $80.000 dolar? Mengapa semua itu berlangsung?
Pertemuan antara Jokowi dan Obama itu, hanya berlangsung singkat, tidak ada yang penting, kecuali Jokowi didepan Obama menyatakan "bai'at" mendukung TPP (Trans Pasific Partnership),yaitu kerjsama liberalisasi sektor ekonomi yang digagas Obama. (sasa/dbs/vaoa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!