Selain Disebut Pertaruhkan Namanya, Jokowi juga Disebut Main Dua Kaki di Pilkada 2018

JAKARTA (voa-islam.com)- Pilkada di tahun 2018 Pulau Jawa menurut Yandri dari PAN adalah pertaruhan bagi Joko Widodo, sebab Banten sudah kalah, atau Tangsel sudah kalah, jika Jawa Barat koalisi PAN, PKS dan Gerindra yang menang dan Jawa Tengah demikian. “Maka saya kira dia (Jokowi) akan gemetaran.

Dan kurang pede untuk memenangkan Pilpres 2019. Sebab itu semacam sinyal yang kuat, maka menurut saya akan habis-habisan memenangkan calon(nya). Misalkan Jawa Barat, bagi dia asal jangan ada PAN, PKS, dan Gerindra, walaupun kecenderungan ada di Ridwan Kamil, bukan di TB Hasan,” ujarnya, Kamis (11/01/2018), di Jakarta.

Menurut dia, Jokowi untuk Jawa Tengah jelas ke Ganjar. “Dan dia (Jokowi) pasti akan sekuat tenaga memenangjan Jawa Tengah. Yang lain saya seperti melihat semacam penyelamatan opini. Misalkan di Sumut kami sudah mengusung bersama PKS dan Gerindra. Tiba-tiba masuk itu NasDem dan Golkar,” ia menambahkan.

Jadi Pilkada di 171 daerah ini, khususnya Gubernur, menurutnya Jokowi tidak lagi seperti memperlakukan Pilkada Banten dan DKI. “Dia mulai pasang banyak kaki. Atau main dua kaki, lah. Sehingga jika jagoan utamanya tidak menang, masih ada jagoan keduanya. Kira-kira begitu. Tapi jika berhadapan head to head mungkin akan ada risiko,” ia menutupnya. (Robi/voa-islam.com)

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Berita Politik Indonesia lainnya:

• Keputusan MK adalah Keputusan Selera Penguasa
• Gejala Jokowi Otoriter? Politisi: Bukan Gejala, tapi Sudah Muncul
• Otoriter dapat Kembali Kapan Saja, Ini Peringatan untuk Jokowi sambut Mei 2018
• Pelaku Sodomi 41 Bocah di Tangerang Layak Dikebiri
• La Nyalla Tuding Prabowo?Gerindra Lakukan Pembuktian, Ridwan Kamil: Prabowo Tidak Minta Mahar
• Pemimpin Indonesia 2019 Diharapkan Mampu Akhiri Transisi yang Tak Kunjung Selesai
• MK Tetapkan PT 20 Persen, Potensi Pemilu hanya Satu Calon dengan Lawan Kotak Kosong
• Sistem Negara Sudah punya Imun Antikorupsi, Fahri: Saya Muak dengan Dramatisasi