Senin, 28 Rabiul Akhir 1446 H / 16 Juni 2014 09:38 wib
16.295 views
Jangan Menunda Beramal Shalih Sampai Ramadhan!
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Setiap muslim haruslah bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan yang mulia. Karena di dalamnya Allah sediakan karunia dan keberkahan melimpah untuk hamba beriman. Bagaimana tidak, pahala shiyamnya dilipatgandakan sampai pada bilangan yang tak terhitung. Amal-amal shalih di dalamnya pun juga demikian. Terlebih lailatul qadar -satu malam yang ada padanya- nilainya lebih baik daripada seribu bulan. Belum lagi ampunan atas dosa dan kesalahan.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepada para sahabatnya,
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah. Bulan yang Allah jadikan puasa di dalamnya fardhu (kewajiban). Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dibelenggu pemimpin setan, dan di dalamnya Allah memiliki 1 malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang diharamkan dari kebaikannya maka sungguh dia telah-benar-benar diharamkan kebaikan.” (HR. Al-Nasai dan al-Baihaqi, Shahih al-Targhib, no. 985)
Imam Ibnu Rajab berkata: Hadits ini dasar dalam tahniah dari sebagian manusia kepada sebagian yang lain dengan datangnya bulan Ramadhan, bagaimana seorang mukmin tidak bergembita dengan dibukakanya pintu-pintu surga? Bagaimana tidak seorang pendosa tidak bergembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Bagaimana orang berakal tidak bergembira dengan masa yang syetan dibelengg di dalamnya?.
Karenanya, seorang mukmin yang bergembira dengan datangnya Ramadhan ia bertekad bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal shalih di dalamnya. Ia bergembira dengan kedatangannya sebagaimana Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyampaikan kegembiraan kepada sahabatnya dengan kedatangan bulan mulia ini.
Tanda seseorang gembira dengan kedatangan Ramadhan adalah ia menyiapkan bekal terbaik untuk menjalaninya. Ibarat safar yang jauh dan berat, persiapan dan perbekalan sangat menentukan keselamatan dan kesuksesan dalam menjalaninya. Khususnya bekal iman dan ketakwaan berupa mengerjakan ketaatan dan menjauhi maksiat, mengagendakan program amal shalih dan amal sosial, dan semisalnya.
Satu sikap menggejala di sebagian masyarakat dalam menyambut Ramadhan, mereka menyiapkan agenda amal shalih dan persiapan ibadah siang-malam untuk Ramadhan namun tidak lekas mengerjakannya di bulan Sya’ban. Seolah dirinya pasti mendapati Ramadhan dan mampu merampungkannya dengan baik. Padahal, ajal kematian seseorang adalah misteri baginya dan orang-orang disekitarnya; tidak ada yang tahu kapan datangnya. Dirinya dan orang-orang di sekitarnya tak bisa memastikan dirinya bisa sampai ke bulan yang mulia tersebut. Maka alangkah ruginya orang yang ajalnya sebelum Ramadhan namun amal shalih dan ketaatan tidak lekas dijalankan pada bulan Sya’ban sebelum Ramadhan.
Lihatlah bagaimana teladan Nabi kita Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam menyambut Ramadhan. Beliau mengisi Sya’ban dengan memperbanyak shiyam dan amal ketaatan.
Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu 'Anhuma, beliau berkata, “Wahai Rasulullah!aku tidak pernah melihatmu berpuasa pada satu bulan dari bulan-bulan yang ada sebagaimana puasamupada bulan Sya’ban.”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan.Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam.Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. Al-Nasa’i. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat: Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 1012)
Dalam hadits di atas, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan sebab beliau memperbanyak puasa di bukan Sya’ban: pertama, karena banyak orang lalai dari amal shalih dan ketaatan di dalamnya. Artinya, mereka tidak memperbanyak amal shalih dan ketaatan di bulan Sya’ban. Maka siapa yang menunda beramal shalih dan menjalankan ketaatan di bulan ini, maka ia termasuk bagian manusia yang lalai.
Kedua, pada bulan Sya’ban amal-amal hamba diangkat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Ibnu Rajab menambahkan alasan yang ketiga, “Dikatakan juga makna lain (hikmah,-red) tentang puasa Sya’ban, bahwa puasa Sya’ban seperti latihan puasa Ramadhan agar saat dirinya masuk puasa Ramadhan tidak menjalankannya dengan berat dan beban, tapi ia telah terlatih dan terbiasa berpuasa sehingga ia merasakan manis dan enaknya puasa Sya’ban sebelum Ramadhan, sehingga ia memasuki puasa Ramadhan dengan kuat dan semangat,” (Latha-if al-Ma’arif, hal. 252)
Ringkasnya, jangan tunda menjalankan ketaatan dan amal shalih ke bulan Ramadhan, sementara Sya’ban kosong darinya. Karena kita tidak bisa memastikan sampai kepada Ramadhan yang tinggal beberapa hari? Jikapun kita mendapatkan Ramadhan, kita tak bisa memastikan kondisi diri tetap sehat wal’afiat seperti sekarang sehingga mampu mengisi Ramadhan dengan sempurna? Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!