Selasa, 21 Rabiul Akhir 1447 H / 14 Oktober 2025 10:24 wib
205 views
Kisah Abu Hanifah dan Tetangga yang Pemabuk
Oleh: Badrul Tamam
Di sebuah masa, Imam Abu Hanifah hidup berdampingan dengan seorang tukang sepatu yang setiap malam pulang dalam keadaan mabuk. Sambil minum, ia bernyanyi dan berteriak hingga larut malam, suara itu kerap terdengar saat Abu Hanifah sedang melaksanakan salat tahajud. Namun, bukan amarah yang muncul di hati sang Imam. Setiap kali mendengar suara itu, ia justru menengadahkan tangan, berdoa agar Allah mengampuni dan memberi petunjuk kepada tetangganya.
Malam demi malam, keadaan itu terus berulang. Istri tukang sepatu sering memperingatkannya agar berhenti bernyanyi, takut mengganggu para tetangga, tetapi lelaki itu menjawab ringan, “Siapa yang terjaga di malam selarut ini? Mereka semua pasti tidur.” Ia tidak menyadari bahwa seorang alim sedang mendoakannya setiap malam.
Suatu malam, Imam Abu Hanifah heran karena tidak lagi mendengar nyanyian itu. Ia mencari tahu dan mendapat kabar bahwa tetangganya ditangkap karena mabuk, sementara istrinya sakit di rumah. Pagi harinya, Abu Hanifah meminta muridnya, Abu Yusuf, untuk menelusuri keberadaan lelaki itu. Setelah mendapat kepastian, sang Imam bergegas menemui gubernur Kufah, Isa bin Musa, memohon agar tetangganya dibebaskan.
Abu Yusuf keheranan — betapa banyak undangan gubernur yang sebelumnya tak dihiraukan Imam Abu Hanifah, namun kini ia datang demi seorang pemabuk. Abu Hanifah menjawab lembut, “Ia pernah menolongku.” Abu Yusuf tertegun, lalu Imam melanjutkan, “Ia bernyanyi sepanjang malam tanpa mengharap balasan dari siapa pun. Aku seharusnya lebih ringan untuk bangun malam, karena aku beribadah demi Allah.”
Gubernur menyambut Abu Hanifah dengan penuh hormat dan segera memerintahkan pembebasan lelaki itu tanpa bertanya panjang. Ketika dilepaskan, lelaki itu menangis di hadapan Abu Hanifah dan berkata, “Wahai Imam, apa yang harus aku lakukan sekarang?” Abu Hanifah menasihatinya, “Berjihadlah di jalan Allah.” Lelaki itu berkata, “Aku akan berjihad dan mati syahid.” Namun Imam menegaskan, “Jihadmu yang sejati adalah mengurus istri dan anak-anakmu.”
Kata-kata itu menyentuh hatinya. Sejak saat itu, ia bertobat dan berubah menjadi pribadi yang saleh. Abu Hanifah pun bersyukur, menyadari betapa luas kasih sayang Allah, bahkan kepada seorang yang dulu tenggelam dalam maksiat.
Kesabaran atas Sikap Tetangga: Kisah Imam Abu Hanifah dan tetangganya yang mabuk menggambarkan kesabaran dan kebaikan hati sang imam dalam menghadapi tetangga yang berperilaku buruk. Ketika tetangganya mabuk dan mengganggu dengan berteriak atau memukul tiang, Imam Abu Hanifah tidak merasa terganggu dan tetap sabar. Suatu hari, karena si tetangga ditangkap hisbah (polisi amar ma’ruf), ia tidak bisa lagi mabuk dan mengganggu seperti biasanya, sehingga Imam Abu Hanifah dapat beribadah dengan lebih tenang.
Perilaku tetangga: Tetangga Imam Abu Hanifah adalah seorang tukang sepatu yang sering mabuk dan mengganggu di malam hari dengan bernyanyi dan berteriak.
Reaksi Imam Abu Hanifah: Ketika murid-muridnya mengeluh dan meminta sang imam untuk menegurnya, Imam Abu Hanifah menjawab dengan tenang bahwa ia tidak terganggu karena itu adalah tetangganya. Ia tidak pernah mempermasalahkan gangguan tersebut.
Teguran dan perubahan: Suatu ketika, si tukang sepatu mabuk tidak terdengar di malam hari. Ternyata ia ditangkap polisi.
Keesokan paginya, Imam Abu Hanifah menemui gubernur untuk memohon pembebasan tetangganya, dan si tukang sepatu pun dibebaskan.
Dampak: Setelah dibebaskan, si tukang sepatu tidak lagi mengulang kebiasaan mabuknya, sehingga Imam Abu Hanifah dapat beribadah dengan lebih khusyuk di malam hari dan ia bahkan berterima kasih kepada Imam Abu Hanifah karena telah membebaskannya.
Demikianlah teladan mulia dari Imam Abu Hanifah menghadapi tetangganya yang usil dan berperilaku tidak baik. Karena statusnya sebagai tetangga, beliau tetap bersabar terhadapnya. Tidak membalas keburukan dengan serupa. Tapi, beliau tetap tunaikan hak tetangganya, yaitu berbuat baik kepadanya dan tidak menyakitinya serta bersabar atasnya. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!