BERLIN (voa-islam.com) - Di Jerman berlangsung aksi demonstrasi yang menolak imigran yang mencari suaka di berbagai negara Eropa. Sekarang hampir 1.000.000 imigran dari berbagai negara, terutama wilayah konflik -perang, seperrti Syria, Irak, Libya, Somalia, dan sejumlah negara lainnya, pergi ke berbagai negera Eropa mencari suaka.
Dibagian lain, Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengecam unjuk rasa dengan kekerasan di luar sebuah rumah pencari suaka sebagai suatu tindakan yang memalukan. Milisi kelompok kanan melempar botol dan mercon dalam unjuk rasa yang berlangsung berhari-hari menentang tempat perlindungan pengungsi di kota Heidenau di timur.
Lebih 30 perwira polisi dilaporkan cedera karena kejadian tersebut. Juru bicara kanselir mengatakan cara kelompok ekstremis sayap kanan dan neo-Nazi berusaha menyebarkan kebencian adalah memuakkan. Pemerintah Jerman memperkirakan sampai sekitar delapan 800.000 mencari susaka di Jerman tahun ini.
Negara tersebut mendesak rekan-rekannya sesama anggota Uni Eropa untuk memberikan lebih banyak bantuan. Kanselir Merkel dijadwalkan akan membicarakan masalah ini dengan Presiden Prancis Francois Hollande hari Senin (24 Agustus).
Jerman menghadapi gelombang migrasi dari Suriah dan Balkan.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Antonio Guterres mengatakan seharusnya lebih banyak negara di Eropa yang turut menanggung beban. "Untuk jangka panjang tidak akan mungkin bertahan bahwa hanya dua negara Uni Eropa, Jerman dan Swedia, yang menanggung sebagian besar pengungsi," katanya kepada koran Jerman Die Welt beberapa waktu lalu.
Lebih dari empat juta penduduk Suriah telah meninggalkan negara itu untuk lari dari konflik bersenjata yang terjadi di negara mereka, demikian menurut PBB. Jumlah ini mencapai seperenam dari seluruh penduduk negeri itu sebelum terjadinya konflik.
Lonjakan terjadi pada jumlah orang yang melintasi perbatasan Turki hingga total satu juta orang hanya dalam sepuluh bulan. Sementara itu lebih dari tujuh juta harus meninggalkan tempat tinggal mereka sejak terjadinya konflik bulan Maret 2011.
Kepala Badan PBB yang mengurusi pengungsi, Antonio Guterres, menyebutnya 'krisis kemanusiaan terburuk pada generasi kita', sebagai yang terbesar yang berasal dari satu konflik di satu negara dalam seperempat abad terakhir.Ini adalah drama kemanusiaan. Ini situasi yang buruk tapi menjadi sesuatu yang Eropa diminta untuk sepenuhnya menjalankan tanggung jawab mereka.
Drama kemanusiaan
Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) menyatakan Turki saat ini menjadi tempat penampungan terbesar pengungsi Suriah -sebanyak 1,8 juta jiwa- dan dilaporkan sedang bersiap menghadapi gelombang masuk baru sesudah konflik meningkat di dekat perbatasan kedua negara.
Sebanyak 1,2 juta orang mengungsi ke Lebanon dan sebanyak 629.000 ke Yordania. Banyak pula yang mencoba menggunakan perahu menyebrang ke Eropa. Sekitar sepertiga dari 137.000 pengungsi yang melintasi Laut Tengah pada semester pertama 2015 berasal dari Suriah. Secara keseluruhan, sebanyak 270.000 orang Suriah mencari suaka di Eropa.
Guterres menyatakan bahwa Eropa membutuhkan bantuan karena krisis yang memburuk ini. "Kami putus asa karena tak tahu apa yang harus dilakukan dengan lebih banyak lagi orang-orang sipil yang mempertaruhkan hidup mereka untuk datang kemari," katanya.
"Ini adalah drama kemanusiaan. Ini situasi yang buruk tapi menjadi sesuatu yang Eropa diminta untuk sepenuhnya menjalankan tanggung jawab mereka."
UNHCR menyatakan jika penduduk Suriah terus mengungsi dengan kecepatan konstan, maka diharapkan jumlah pengungsi di negara sekitar mereka akan mencapai 4,27 juta di akhir 2015.
Lembaga ini telah menerima kurang dari seperempat dari US$5,5 miliar (sekitar Rp73 triliun) yang mereka butuhkan untuk menolong pengungsi Suriah dan negara-negara yang menampung mereka.
Imigran yang sekarang mengalir secara bergelombang ke daratan Eropa, hanya dampak dari perang yang di wilayah negara-negara Islam, mereka harus menanggung atas segala kebijakan dan tindakan yang mereka lakukan. Perang yang mereka sulut, akhirnya melahirkan generasi imigran yang sekarang menyerbu daratan Eropa. (dita/aby/voa-islam.com)