Kamis, 28 Rabiul Akhir 1446 H / 30 April 2020 17:44 wib
4.323 views
Materialisme Runtuh Di Saat Wabah Virus Corona
Oleh: Abdurrahman Anton M
(Dai Muda Pasundan & Direktur Empathy Foundation)
Hegemoni materialisme runtuh saat wabah ini. Penguasa dunia Amerika Serikat, Cina, Eropa dan negara adi kuasa lainnya ambruk dengan segala macam kekuatan materinya.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tidak mampu menyelesaikan berbagai dampaknya. Yang bisa dilakukan adalah mengurangi penyebaran dan berharap semoga wabah ini cepat berlalu. Padahal makhluk Nya sangat kecil bahkan tidak terlihat mata biasa.
Allahu A'lam apakah muncul lagi neo materialisme ketika wabah ini sudah diangkat.
Tapi yang jelas sifat takabbur nya masih bercokol. Nampak para penguasa itu belum juga mau beriman kepada Yang Menciptakan makhluk yang dinamai corona.
Jargon-jargon seperti:
"Lawan corona" bukannya "Minta Ampun kepada Yang Menciptakan Corona".
"Obat Corona segera ditemukan" bukannya "Minta Syifa dari Yang Maha Menyembuhkan".
"Hidup Bersih" secara fisik tapi ruhani dibiarkan kotor dengan masiat, riba, ujub takabbur dengan ilmu dan teknologi.
"Pakailah masker" tapi aurat kemana-mana.
Memohon ampunan kepada ALLAH SWT., tapi masih memilah milih perintah ALLAH SWT., mana Syari'at Nya yang secara pragmatis menguntungkan dijalankan dan mana yang dianggap beresiko berat diabaikan bahkan dianggap bahaya kalau dilaksanakan.
Mari kita analisa ayat berikut ini,
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْراً أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالاً مُّبِيناً
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan , akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata ” (QS. Al Ahzab:36).
Sebagian ummat dengan sangat mudah berdalil dengan prinsip Usul Fiqih yang jadi rujukan suci, padahal ternyata mungkin bukan untuk tujuan yang sesungguhnya tapi untuk membela pragmatisme nya yang fana :
درأ المفاسد مقدم على جلب المصالح
“Menghilangkan mafsadat (bahaya) lebih didahulukan daripada mengambil manfaat.”
Mana yang lebih bahaya , apakah berMuamalah Syar'i yang Halal, Adil dan berPahala ataukah melakukan Riba yang dosa minimalnya seperti menzinahi ibu kandung nya sendiri ?
Mana yang lebih berbahaya apakah meninggalkan daging babi, bangkai, marus, dan minuman alkohol yang jelas bahaya, kotor, tidak sehat dan merusak kesehatan ataukah membolehkannya demi pajak?
Mana yang lebih berbahaya antara menganjurkan Nikah Muda dengan Zina yang pengaruhnya menyebar sampai ke anak remaja, penyakit yang diderita dan azabnya menyeruak ke seluruh tubuh pelakunya ?
Manakah yang lebih bahaya apakah menyuburkan Zakat, Infaq, Shodaqah yang membersihkan harta dan jiwa, membuat pemerataan kesejahteraan warga dan menentramkan jiwa ataukah mengambil pajak dari ummat Islam untuk membiayani negara yang jelas ancamannya Neraka?
Manakah yang lebih bahaya apakah memberikan pengelolaan sumber daya alam, bidang strategis dan aset ummat kepada asing yang eksploitatif yang membuat rakyat tergantung pada mereka dan pada saat tertentu atau emergency mereka bawa aset dan keuntungannya sekaligus ke luar negeri ataukah negara mengelolanya dengan amanah untuk kepentingan ummah?
Manakah yang lebih berbahaya hukum Potong Tangan bagi para pencuri yang dapat membersihkan dosa dan membuat pelakunya jera ataukah hukuman penjara yang tidak ada jaminan taubat, pengampunan dosa, bahkan menambah beban anggaran negara?
Manakah yang lebih bahaya antara hidup integral berpanduan Al Qur'an dan As-Sunnah yang selamat dan menyelamatkan, sejahtera dan mensejahterakan ataukah hidup sekuler yang terus-menerus mengandalkan logika dan materi yang terus-menerus memproduksi kemunkaran dan fahsya jauh dari nilai Ilahi dan menghalangi kesejahteraah ukhrowi ?
Semoga kita lebih objektif untuk kepentingan duniawi dan ukhrowi ????
Yang dapat kita lakukan saat ini adalah membuka hati pada sang Penguasa Alam dunia dan akhirat untuk mengabdi sepenuhnya kepada Nya dengan Ubudiyyah dan Muamalah Syar'i, lebih menjaga Kebersihan jasmani dan Ruhahi, berbagi dengan sesama dengan Zakat, Infaq, Shodaqoh, memperbaiki sistem yang tidak Syar'i, memohon perlindungan kepada Nya dan berharap wabah ini segera dihilangkan. Allahu A'lam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!