Selasa, 5 Jumadil Awwal 1446 H / 29 Maret 2022 14:50 wib
4.699 views
Afiliasi Islamic State Di Sinai Tingkatkan Serangan Ke Militer Mesir Di Bawah Kepemimpinan Baru
SINAI, MESIR (voa-islam.com) - Otoritas keamanan Mesir secara dekat menindaklanjuti situasi di Semenanjung Sinai menyusul penunjukan Abu al-Hassan al-Hashimi al-Qurashi sebagai komandan baru Islamic State (IS) setelah afiliasi IS Wilayat Sinai berjanji setia kepada pemimpin baru tersebut.
Pada 17 Maret, IS mempublikasikan di corong medianya, Amaq, foto dari jihadis Wilayat Sinai yang berjanji setia kepada Al-Quraishi.
Wilayat Sinai sebelumnya dikenal sebagai Ansar Baytul Maqdis, sebelum berjanji setia kepada Islamic State pada November 2014, ketika organisasi itu dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghdadi pada saat itu.
Pada 11 Maret, Reuters mengungkapkan bahwa pemimpin baru IS adalah saudara laki-laki Al-Baghdadi, yang terbunuh dalam serangan AS di Suriah utara pada 2019.
Pada 10 Maret, Islamic State mengkonfirmasi kematian pemimpinnya Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi, yang diyakini telah meledakkan dirinya pada 3 Februari dalam serangan AS di kota perbatasan Atmeh di barat laut Suriah.
Sementara itu, media Mesir sibuk menyoroti pemimpin baru IS. Berita Al-Bawaba melaporkan 10 Maret bahwa pemimpin baru Islamic State adalah orang Irak dan merupakan salah satu komandan terkemuka yang dekat dengan pendiri IS, Al-Baghdadi.
Dalam laporannya 11 Maret, Reuters mengutip seorang pejabat keamanan Irak yang mengatakan bahwa pemimpin baru itu "adalah seorang radikal yang bergabung dengan kelompok jihad Salafi pada tahun 2003 dan diketahui selalu menemani Al-Baghdadi sebagai pendamping pribadi dan penasihat hukum Islam."
Sumber tersebut mencatat bahwa Abu Al-Hassan Al-Hashimi Al-Qurayshi (pemimpin baru) “telah lama menjadi kepala Dewan Syura ISIS, sebuah kelompok kepemimpinan yang memandu strategi dan memutuskan suksesi ketika seorang khalifah terbunuh atau ditangkap.”
Tampaknya penunjukan pemimpin IS yang baru mendorong Wilayat Sinai untuk meningkatkan serangannya di Sinai utara, seperti yang dikonfirmasi oleh Mada Masr dalam sebuah laporan yang diposting di halaman Facebook-nya pada 22 Maret. Mengutip sumber lokal, outlet media mengatakan, “Tiga hari setelahnya. Wilayat Sinai mengumumkan kesetiaannya kepada pemimpin ISIS yang baru, seorang warga sipil bersenjata milik suku Sinai yang bekerja sama dengan tentara Mesir tewas dan satu lagi terluka dalam ledakan di selatan Sheikh Zuweid.”
Suku-suku di Sinai baru-baru ini berperang melawan Wilayat Sinai di bawah payung yang disebut Serikat Suku Sinai, pada saat tentara Mesir menahan diri untuk tidak mempublikasikan informasi apapun tentang konfrontasinya dengan organisasi radikal.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan 23 Desember 2021, Mada Masr mengatakan, “Persatuan Suku Sinai, yang dipimpin oleh suku Tarabin, yang terbesar di Sinai, dengan dukungan angkatan bersenjata dan dinas keamanan, terlibat dalam kampanye ekstensif di daerah-daerah di mana Wilayat Sinai sangat hadir.”
Ia melanjutkan, “Juru bicara militer angkatan bersenjata tidak menyebutkan [baru-baru ini] operasi militer apa pun yang melibatkan Persatuan Suku Sinai, baik itu resmi atau didukung, di Sinai utara.”
Menurut halaman Facebook serikat suku, organisasi tersebut terdiri dari front suku terpadu yang mencakup sebagian besar suku Sinai dengan tujuan menghadapi organisasi ekstremis dan memberikan dukungan logistik kepada angkatan bersenjata Mesir di Sinai.
Pada 22 Maret, Persatuan Suku Sinai mengumumkan pembunuhan dua anggota suku selama bentrokan langsung dengan jihadis di timur Rafah di Sinai utara, yang juga menyebabkan terbunuhnya tiga elemen radikal.
Al-Araby al-Jadeed melaporkan 14 Maret, “Wilayat Sinai melancarkan serangan berturut-turut di berbagai bagian utara Sinai dalam 72 jam terakhir, yang menewaskan dan melukai 10 tentara [Mesir] dan tujuh anggota kelompok suku yang mendukung tentara.”
Maher Faraghli, peneliti lepas dalam urusan gerakan jihad, mengatakan kepada Al-Monitor, “Pemimpin ISIS yang baru adalah simbol bagi anggota Wilayat Sinai karena dia adalah saudara laki-laki Abu Bakar al-Baghdadi.”
Dia berkata, "Pemimpin baru adalah tokoh terkemuka dalam organisasi, dan berpengaruh ketika saudaranya menjadi pemimpinnya."
Faraghli mencatat, “Pemimpin baru ISIS dan anggota kelompok itu ingin melanjutkan operasi jihad mereka di Mesir, mengingat pentingnya Kairo di wilayah tersebut. Oleh karena itu, Qurayshi mungkin tertarik untuk mempertahankan operasi jihad di Mesir, tetapi ia akan menghadapi kendala, yaitu keamanan dan kontrol tentara Mesir yang ketat.”
Dia berkata, “Pada tahap berikutnya setelah kesetiaan Wilayat Sinai kepada pemimpin ISIS yang baru, organisasi tersebut dapat memperkuat kehadirannya di Sinai, dengan melakukan lebih banyak operasi bersenjata. Wilayat Sinai mengandalkan operasi sporadis dan terbatas mengingat keamanan yang ketat dan kontrol militer. Tidak diragukan lagi bahwa operasi ini tidak akan berhenti, tetapi tidak lagi berpengaruh dan menyakitkan seperti tahun-tahun sebelumnya.”
Dia menjelaskan, “Partisipasi Serikat Suku Sinai dalam perang melawan Wilayat Sinai telah melemahkan kelompok radikal tersebujt, yang mengeksploitasi alam pegunungan gurun di Sinai dan mengarahkan serangan mereka terhadap pasukan tentara Mesir. Anggota suku sangat akrab dengan lingkungan Sinai dan dengan demikian mampu mengusir serangan organisasi ituu.”
Faraghli menambahkan, “[tentara] Mesir berhasil mengepung ISIS dalam beberapa tahun terakhir, dand Negara-negara Barat menyambut baik keberhasilan tentara Mesir dalam menghadapi serangan organisasi radikal dan membatasi kemampuan organisasinya.”
Dalam laporan Februari, Dewan Keamanan PBB memuji peran Mesir dalam menghadapi organisasi jihadis, dan menegaskan bahwa “aktivitas jihad menurun drastis di Mesir, terutama yang dipimpin oleh Wilayat Sinai yang berafiliasi dengan IS pada 2019." (Almntr)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!