Rabu, 14 Jumadil Awwal 1446 H / 23 Desember 2015 17:06 wib
9.241 views
Tentara Lesbi AS Pertama Tewas Akibat Bom Jibaku Taliban di Baghr
AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Seorang perwira wanita Angkatan Udara AS, yang merupakan anggota gay dari militer AS, telah diidentifikasi sebagai salah satu dari enam tentara Amerika yang tewas dalam serangan di Afghanistan.
Dalam salah satu serangan paling mematikan terhadap pasukan pendudukan NATO di Afghanistan tahun ini, seorang pembom Taliban menargetkan konvoi militer di dekat Pangkalan Udara Bagram, yang terletak sekitar 40 kilometer utara Kabul, hari Senin, menewaskan enam orang dan melukai tiga tentara AS lainnya.
Di antara yang tewas adalah Mayor Angkatan Udara Adrianna Vorderbruggen, Departemen Pertahanan resmi mengatakan kepada situs berita Daily Beast, Selasa (22/12/2015).
Vorderbruggen, 36 tahun, adalah yang tentara wanita Lesbi pertama AS yang tewas dalam aksi, kata laporan itu.
Menurut juru bicara Angkatan Udara Linda Card, Vorderbruggen bekerja dengan Kantor Investigasi Khusus (OSI) Angkatan Udara, yang merupakan cabang penegakan hukum utama dari Angkatan Udara AS.
Detektif Joseph Lemm, 45, seorang detektif polisi New York yang bertugas di Garda Udara Nasional, dan Sersan Louis Bonacasa, 31, juga tewas dalam serangan hari Senin.
Tiga lainnya yang tewas adalah Michael Cinco, 28, Peter Taub, 30, dan Chester McBride, 30, Angkatan Udara mengatakan. Mereka semua bertugas dengan Vorderbruggen di OIS.
AS dan sekutunya menginvasi Afghanistan pada 7 Oktober 2001 sebagai bagian dari apa yang disebut perang Washington melawan teror(baca;Islam). Serangan itu menghapus rezim Taliban dari kekuasaan mereka yang sah, tapi setelah lebih dari 14 tahun, pasukan asing masih belum mampu membangun keamanan di negara itu.
Pada bulan Oktober, Presiden Barack Obama mengumumkan rencana untuk menyimpan sekitar 9.800 tentara AS di Afghanistan sampai 2016 dan 5500 pada tahun 2017, mengingkari janjinya untuk mengakhiri perang di sana dan membawa pulang pasukan Amerika paling akhir dari negara Asia itu sebelum ia meninggalkan kantor.
Menurut pejabat AS, Washington juga akan mempertahankan alat tempur pesawat tanpa awak drone dan pasukan Operasi Khusus untuk memerangi mujahidin di Afghanistan.
Dalam sebuah wawancara dengan Press TV awal tahun ini, seorang aktivis anti-perang di Chicago mengatakan, militer AS berencana untuk tetap berada di Afghanistan "tanpa batas" dan melakukan operasi militer di dalam negeri untuk "tahun-tahun mendatang".
"Perang [di Afghanistan] tidak akan berakhir dalam waktu dekat," kata Rick Rozoff, anggota Stop NATO Internasional. (st/PTV)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!