Jum'at, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 22 Januari 2016 15:45 wib
8.627 views
OKI Kecam Serangan Terhadap Misi Diplomatik Saudi oleh Penganut Syi'ah di Iran
JEDDAH, ARAB SAUDI (voa-islam.com) - Organisasi Kerjasama negara-negara Islam (OKI) pada hari Kamis (21/1/2016) mengecam serangan terhadap misi diplomatik Saudi di Iran awal bulan ini dan mengecam intervensi regional Teheran.
Menteri luar negeri Organisasi Kerjasama Islam, dalam sebuah pernyataan, mengatakan "mengutuk agresi terhadap misi Kerajaan Arab Saudi di Teheran dan Mashhad."
Pernyataan itu menyusul pertemuan luar biasa yang diminta oleh Arab Saudi setelah gerombolan pengunjuk rasa Syi'ah di Iran membakar kedutaan Riyadh di Teheran dan konsulat di kota kedua Masyhad.
"Agresi" semacam itu melanggar hukum internasional serta Piagam OKI, kata komunike.
Kekerasan terhadap misi Riyadh terjadi setelah kerajaan mengeksekusi tokoh Syi'ah pembangkang Nimr al-Nimr, kekuatan pendorong di belakang protes anti-pemerintah oleh kelompok Syi'ah.
Sunni Arab Saudi dan beberapa sekutunya memutuskan hubungan diplomatik dengan Syi'ah Iran sebagai akibat dari kekerasan terhadap misi diplomatiknya.
Nimr cuma salah satu dari empat orang Syi'ah dihukum mati pada tanggal 2 Januari dibandingkan dengan 43 Muslim Sunni. Kesemuanya dihukum atas tuduhan "terorisme."
57-anggota OKI mengatakan "menolak dan mengutuk pernyataan provokatif Iran" selama eksekusi, "mempertimbangkan pernyataan-pernyataan itu terang-terangan campur tangan dalam urusan internal" dari Arab Saudi.
Mereka juga mengecam "campur tangan Iran dalam urusan internal di negara-negara dari kawasan dan negara anggota lainnya (termasuk Bahrain, Yaman dan Suriah dan Somalia) dan dukungan Teheran untuk terorisme."
Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menghadiri pertemuan tersebut tapi negaranya "menyatakan penolakannya terhadap komunike itu," kata dokumen tersebut.
Ia juga mengklaim bahwa Libanon juga "menjauhkan diri" dari pernyataan akhir pertemuan itu.
OKI menyebut dirinya suara kolektif dunia Muslim.
Ketegangan antara negara-negara Sunni dan Syi'ah terkemuka telah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia. Cina, Prancis dan Pakistan semuanya telah mencari de-eskalasi.
Serangan berkelanjutan
Pada awal pertemuan hari Kamis, Sekretaris Jenderal OKI Iyad Madani menyerukan "membangun jembatan pemahaman dan memulihkan rasa saling percaya" melalui dialog.
Ini akan mencegah konflik "yang akan membuang-buang energi dan menghambat perkembangan rakyat kita," katanya.
Ketegangan antara anggota "mengalihkan perhatian kita dari mengatasi tantangan nyata", termasuk "terorisme", yang mengancam anggota organisasi, Madani mengatakan kepada kelompok yang berbasis di kota Jeddah.
Komunike akhir menggarisbawahi "pentingnya memperkuat hubungan bertetangga yang baik" di antara para anggota.
Iran, mencari kambing hitam, memecat seorang pejabat senior keamanan atas kegagalan untuk menghentikan serangan terhadap kedutaan Riyadh, sementara pemimpin tertinggi Iran Ayatola Ali Kamenei pada hari Rabu mengatakan serangan itu bertentangan dengan Islam.
Tapi Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir pada pertemuan Kamis mengatakan bahwa Iran tidak pernah menghormati baik Islam maupun piagam OKI.
"Pentingnya pertemuan ini adalah kenyataan bahwa agresi ini bukan pertama tetapi hanya bagian dari serangkaian serangan terus menerus yang misi diplomatik telah mengalami di Iran selama 35 tahun," kata Jubeir.
"Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa agresi terhadap misi kerajaan datang sebagai bagian dari kebijakan agresif Iran dan gangguan terus-menerus dalam masalah internal negara-negara di kawasan itu."
Arab Saudi dan Iran mendukung sisi berlawanan dalam konflik di Suriah dan Yaman. Iran juga telah mengkonsolidasikan pengaruhnya di Irak dan Libanon.
Riyadh juga telah menyerukan pertemuan darurat Liga Arab setelah serangan terhadap misi diplomatik-nya.
Badan yang berbasis di Kairo itu pada 10 Januari menyatakan dukungan penuh untuk Arab Saudi dalam menangani "tindakan bermusuhan dan provokasi Syi'ah Iran." (st/AFP)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!