Sabtu, 6 Jumadil Awwal 1446 H / 27 Februari 2016 16:30 wib
7.882 views
Milisi Syi'ah Hizbullaat Libanon Latih Pemberontak Houtsi di Yaman untuk Serang Saudi
RIYADH, ARAB SAUDI (voa-islam.com) - Pemerintah Saudi telah merilis sebuah video yang menunjukkan seorang agen lapangan Syi'ah Hizbullaat Libanon melatih pasukan pemberontak Syi'ah Houtsi di Yaman tentang bagaimana merencanakan serangan di Arab Saudi, alaraby.co.uk melaporkan hari Jum'at (26/2/2016).
Para pejabat Saudi memberikan rekaman itu kepada media dalam negeri, dan mengatakan itu menunjukkan anggota Hizbullaat bernama Abu Saleh al-Lubnani duduk di tenda mengajarkan taktik militer bagi para pemberontak Syi'ah Houtsi musim panas lalu.
Lebih dari 90 warga sipil dan tentara tewas dalam penembakan serampangan Syi'ah Houtsi dan sekutunya serta pertempuran antara pemberontak Yaman itu dengan pasukan kerajaan di sepanjang perbatasan Saudi dengan Yaman sejak Maret 2015, ketika sebuah koalisi yang dipimpin Saudi meluncurkan kampanye militer di Yaman melawan pemberontak Syi'ah Houtsi.
"Jika kita memiliki sebuah operasi untuk membunuh seorang komandan militer di perbatasan Saudi. Sebuah unit operasi khusus akan masuk ke [Arab Saudi] dan kemudian membunuh, membunuh atau menanam alat peledak besar," pria yang diidentifikasi oleh Riyadh sebagai Abu Saleh mengatakan, dengan aksen Libanon yang berbeda.
Seorang pria yang tak terlihat di kamera kemudian bertanya apakah itu akan menjadi serangan bunuh diri, ia menjawab: "Ini bisa jadi operasi martir, kita menyebutnya operasi martir."
The New Arab tidak bisa secara independen memverifikasi isi video atau identitas pria bernama Abu Saleh tersebut.
Perilisan video itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara negara-negara Teluk dan Libanon karena posisi "bermusuhan" Syi'ah Hizbullaat.
Arab Saudi telah lama mengatakan Syi'ah Hizbullaat dan Iran mendanai para pemberontak di Yaman dan menyediakan mereka dengan senjata militer.
Pada hari Selasa, Riyadh mendesak warga Saudi untuk meninggalkan Libanon "demi keselamatan mereka", setelah kerajaan menghentikan program pendanaan perlengkapan militer senilai 4 miliar USD untuk Beirut.
Qatar dan Kuwait menyusul dengan peringatan perjalanan yang sama. Tapi Uni Emirat Arab melangkah lebih jauh, melarang warga negaranya melakukan perjalanan ke Libanon dan mengurangi perwakilan diplomatik di sana.
Mengumumkan blok bantuan Saudi sepekan yang lalu, seorang pejabat mengatakan kerajaan telah melihat "posisi Libanon yang bermusuhan yang dihasilkan dari cengkraman Hizbullah (baca; Hizbullaat) di negara itu". (st/alaraby)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!