Sabtu, 28 Rabiul Akhir 1446 H / 29 Agutus 2020 20:45 wib
3.886 views
UEA dan Israel Akan Dirikan Pangkalan Mata-mata di Pulau Socotra Yaman
UNI EMIRAT ARAB (voa-islam.com) - Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel sedang mengerjakan rencana untuk mendirikan pangkalan mata-mata di Pulau Socotra Yaman, menurut JForum, situs resmi komunitas berbahasa Yahudi dan Prancis. Kedua negara, yang menormalisasi hubungan awal bulan ini, telah melakukan langkah-langkah untuk memasang pangkalan mata-mata di pulau yang secara strategis terletak di Laut Arab sekitar 350 kilometer selatan Yaman.
Israel dan UEA sedang membuat semua persiapan logistik untuk mendirikan pangkalan intelijen guna mengumpulkan informasi di seluruh Teluk Eden dari Bab Al-Mandab di pulau Socotra, di selatan Yaman, yang berada di bawah kendali Uni Emirat Arab, lapor JForum mengutip Sumber Yaman. Diperkirakan bahwa kerja sama untuk membangun pangkalan mata-mata terjadi setelah normalisasi hubungan kedua negara.
Menurut laporan itu, delegasi perwira intelijen Israel dan UEA tiba di Pulau Socotra baru-baru ini dan memeriksa berbagai lokasi untuk mendirikan pangkalan intelijen yang direncanakan. Tujuan dari pangkalan tersebut adalah untuk mengumpulkan intelijen di seluruh wilayah, khususnya dari Bab Al-Mandab dan selatan Yaman, bersama dengan Teluk Eden dan Tanduk Afrika.
Laporan tersebut mengatakan bahwa pusat pengawasan Tel Aviv memantau tindakan pemberontak Syi'ah Houtsi di Yaman dan pergerakan angkatan laut Iran di wilayah tersebut, serta memeriksa lalu lintas laut dan udara di wilayah selatan Laut Merah.
Pertimbangan keamanan telah dikutip sebagai salah satu alasan utama UEA memutuskan hubungan dengan tetangga Arabnya untuk menormalkan hubungan dengan Israel, yang mengarah ke tuduhan bahwa penguasa Uni Emirat Arab telah berkolusi dengan negara Zionis dan AS dalam agresi diplomatik terhadap saudara Palestina mereka.
Terlepas dari klaim UEA bahwa kesepakatan normalisasi mencegah aneksasi lebih lanjut atas wilayah Palestina, para kritikus menyatakan bahwa kesepakatan itu tidak mengurus hal semacam itu dan sebaliknya membantu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan hak Israel untuk memperkuat posisi mereka. Pemimpin Likud selalu menegaskan bahwa dia bisa memaksa negara-negara Arab untuk membalikkan formula "tanah untuk perdamaian" - yang telah menjadi landasan solusi apapun - dengan menormalkan hubungan dengan otokrat Arab tanpa memberikan satu inci pun tanah yang diduduki kembali kepada Palestina. (MeMo)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!