Jum'at, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 25 Juni 2021 06:28 wib
3.515 views
Kala Sekulerisme Merajai Dunia
Oleh:
Ayu Mela Yulianti, SPt || Pemerhati Generasi
SEKULERISASI diseluruh dunia, tak terkecuali dinegeri-negeri muslim, berjalan mulus tanpa hambatan. Agama dan aturannya dipinggirkan dari kehidupan publik. Akibatnya, publik hidup dalam tata aturan yang dibuat berdasarkan hawa nafsu manusia semata. Tuhan dihilangkan peranannya dalam ranah kehidupan. Manusia membuat aturan sesuai dengan keinginannya sendiri. Wajar saja jika selalu berbenturan dan hanya menciptakan masalah demi masalah saja dalam kehidupan manusia, tanpa penyelesaian yang sempurna.
Berseliweran berita begitu bebasnya seseorang keluar masuk sebuah agama, seolah agama hanya dijadikan stempel pelengkap identitas diri saja dan berakhir sebagai bahan senda gurau, permainan, bahkan pelecehan. Sadis. Padahal agama adalah tonggak selamat tidaknya kehidupan seseorang kelak dialam akhirat. Belum lagi berita tentang untung rugi menikah siri, seolah mewacanakan jika dunia pernikahan hanya sekedar kesenangan jasmani semata, kosong dari nilai ruhiah. Dan seabreg pemberitaan yang miris mengiris hati.
Betapa manusia berbuat seenak perut, tanpa mempertimbangkan keselamatan kehidupannya diakherat kelak. Padahal dunia adalah pintu masuk menuju akhirat. Keselamatan hidup diakherat ditentukan oleh perilaku manusia didunia. Belum lagi bencana wabah Covid-19 yang belum juga menunjukan titik terang penyelesaiannya sampai hari ini, padahal korban jiwa akibat wabah ini telah menelan ratusan bahkan ribuan jiwa diseluruh dunia.
Ya, semua terjadi sebab manusia telah hilang kendali, sebab melupakan aturan agama dalam kehidupan publiknya. Inilah pil pahit nan beracun yang harus ditelan manakala manusia hidup di alam sekulerisme. Agama benar-benar hilang dalam kehidupan bermasyarakat. Dipakai hanya diranah privat tak berbekas.
Wajar saja jika pada akhirnya kehidupan publik menjadi kacau balau. Bencana wabah dimana-mana, menyebar liar tak terkendali, akhirnya menyibukkan dan menyulitkan kehidupan semua orang, akibat solusi dibuat dan diraba-raba sendiri oleh manusia. Padahal Allah Swt, Tuhan semesta alam telah memberikan panduan kepada manusia akhir zaman bagaimana cara menghadapi setiap masalah, melalui Rasullah Muhammad Saw pilihan-Nya. Termasuk panduan ketika manusia mengalami serangan wabah penyakit.
Semua telah dicontohkan dan dipraktekkan oleh Baginda Rasul Saw dan para sahabatnya. Dan terbukti jika seluruh contoh dan praktek yang diberikan oleh Baginda Rasul Saw saat menghadapi masalah sosial, politik, ekonomi, budaya hingga kesehatan berupa serangan wabah penyakit terbukti berhasil dan mampu kembali menstabilkan, mensejahterakan mengamankan dan menyehatkan kehidupan masyarakat yang dipimpinnya. Dan menyejahterakan kehidupan seluruh rakyatnya. Demikianlah jika hidup mau diatur oleh tuntunan agama yang Allah Swt turunkan, berkah hidup dilangit dan dibumi akan Allah Swt buka.
Maka tidak ada kata terlambat bagi kita untuk kembali hidup sehat, aman, tenteram, sejahtera. Adalah dengan kembali pada aturan yang telah Allah Swt buat dan turunkan untuk dilaksanakan oleh seluruh umat manusia akhir zaman. Bukan malah berkutat dan bertahan dengan kehidupan sekuler yang membinasakan. Sebab pada fitrahnya, manusia butuh pada Allah Swt, Tuhan semesta alam, pemilik kehidupan.
Karenanya, saatnya manusia membuang sistem hidup sekuler yang tidak manusiawi, sebab hanya menciptakan kehidupan binatang dan hukum rimba. Yang kuat menguasai yang lemah, sehingga yang lemah dianggap sampah dan tidak layak hidup. Padahal sunatullahnya kehidupan adalah ada yang kuat dan ada yang lemah. Sunatullahnya kehidupan adalah yanng kuat melindungi yang lemah. Sunatullahnya kehidupan adalah yang kuat dan yang lemah saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, sehingga dihasilkan kehidupan yang harmonis bukan kehidupan yang saling membinasakan dalam iklim persaingan bebas.
Sebab sunatullahnya kehidupan manusia adalah berbeda dengan kehidupan hewan. Pun dengan aturan kehidupannya, pastilah berbeda antara manusia dengan hewan.
Karena itu, jika kehidupan sekuler yang saat ini merajai dunia, hanya menghasilkan hukum rimba, tidak ada faedah dan manfaatnya sama sekali bagi kehidupan manusia, maka manusia layak membuang hukum rimba ini. Karena hukum rimba pasti hanya layak bagi kehidupan binatang, bukan kehidupan manusia. Namun jika manusia ingin sama hidupnya dengan binatang maka wajar saja dia menerima hukum rimba ini, dengan bayaran hancurnya peradaban mulia manusia.
Hanya saja hati manusia yang berakal tidak akan mampu menerima dengan ikhlas hati hukum rimba yang diciptakan sistem sekuler ini, sebab bertentangan dengan fitrah penciptaan manusia, tidak mampu memuaskan akal manusia dan tidak bisa menentramkan hati manusia. Benak manusia akan senantiasa diliputi kegalauan dan kegelisahan hidup dalam sekulerisme.
Karena itu kala kehidupan sekuler merajai kehidupan manusia, sungguh hanya mengantarkan kebinasaan bagi kehidupan dan peradaban tinggi manusia. Maka wajib bagi manusia untuk menghempaskan dan membuang jauh ide sekuler. Dan saatnya manusia kembali kepada identitas dirinya sebagai hamba Allah Swt, Tuhan semesta alam, dengan kembali mengambil dan menerapkan aturan yang buat oleh Allah Swt dan kehidupan publik. Wallahu'alam.**
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!