Selasa, 28 Rabiul Akhir 1446 H / 28 Oktober 2014 16:51 wib
22.186 views
Anjuran Memperbanyak Puasa di Bulan Muharram
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam urutan kalender hijriyah. Satu dari empat bulan haram yang Allah agungkan dalam Kitab-Nya.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu." (QS. Al-Taubah: 36)
Larangan berbuat dzalim pada empat bulan haram di ayat tersebut menunjukkan bahwa dosa maksiat di dalamnya itu lebih besar dibandingkan pada bulan-bulan selainnya. Sebagaimana perbuatan maksiat di tanah haram, dosanya dilipat gandakan, sebagaimana yang dituturkan Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
. . . Dosa berbuat zalim di bulan haram lebih besar dibandingkan pada bulan-bulan selainnya. . .
Begitu juga ketaatan, pahalanya dilipatgandakan di dalamnya. Sehingga seorang muslim untuk memanfaatkan hari-hari di bulan-bulan tersebut untuk meningkatkan ketakwaan dan ketaatan.
Imam Qatadah berkata tentang ayat di atas, “Perbuatan zalim di bulan-bulan haram lebih besar nilai kesalahan dan dosanya daripada kezaliman di bulan-bulan selainnya. Walaupun perbuatan zalim sesuatu yang berat (dosanya,-pent) dalam kondisi apapun, tetapi Allah menjadikan besar urusannya sesuai kehendak-Nya.”
Ibnu Abbas juga mejelaskan dikhususkannya larangan berbuat zalim pada empat bulan haram tersebut karena Allah menjadikan besar nilai keharaman-keharaman empat bulan itu dan menjadikan dosa-dosa di dalamnya lebih besar; begitu juga Allah menjadikan amal shalih dan pahala lebih besar di dalamnya.
Dan disebutkan dalam Shahihain tentang empat bulan haram tersebut,
إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
"Sesungguhnya zaman telah beredar sebagaimana yang ditentukan semenjak Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun terdapat dua belas bulan diantaranya empat bulan haram; tiga bulan diantaranya berurutan, (keempat bulan haram itu adalah) Dzulqa’dah, Dzulhijjah Muharram dan Rajab bulan Mudhar yang berada diantara Jumada (Akhirah) dan Sya’ban." (HR. Bukhari dan Muslim)
[Baca: Adakah Amalam Khusus Pada Bulan Muharram?]
Di antara amal shalih yang dianjurkan di dalam bulan Muharram adalah puasa. Karena di dalamnya terkumpul ketakwaan, kesabaran, dan ketaatan-ketaatan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu berkata, Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
أفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
"Puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadlan adalah puasa pada Syahrullah (bulan Allah) Muharram. Sedangkan shalat malam merupakan shalat yang paling utama sesudah shalat fardlu." (HR. Muslim, no. 1982)
Kalimat “syahrullah (bulan Allah)” penyandaran kata bulan kepada Allah merupakan penyadaran pengagungan. Ditambah nama bulan Al-Muharram (yang dimuliakan) menambah keutamaannya.
Keutamaan puasa Muharram ini dibawa kepada makna puasa sunnah mutlak. Adapun puasa-puasa sunnah yang muqayyad (terikat waktu) seperti enam hari di bulan Syawal dan lainnya itu lebih utama dari puasa Muharram karena ia mengiringi puasa Ramadhan. Begitu juga puasa hari ‘Arafah dan puasa sunnah rutin lainnya lebih utama dari puasa sunnah di bulan Muharram. Wallahu A’lam.
Maksud hadits juga bukan berpuasa secara keseluruhan. Namun memperbanyak memperbanyak puasa di dalamnya. Sesuai perkataan ‘Aisyah, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berpuasa sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa di satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa di bulan Sya’ban.” (Muttafaq ‘Alaih)
Imam Nawawi dalam Syarh Muslim menjelaskan bahwa Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban di awal-awal sebelum diwahyukan kepada beliau tentang keutamaan bulam Muharram dan diperintahkan berpuasa padanya.
Allah Memilih Tempat dan Waktu Sesuai Kehendak-Nya
Al-‘Izz bin Abdissalam rahimahullaah menyebutkan tentang pengutamaan beberapa tempat dan waktu. Dalam hal ini ada dua bentuk: Pertama, duniawi. Kedua, Pengutamaan secara keagamaan yang dikembalikan kepada Allah. Dia memberikan kebaikan kepada para hamba-Nya dengan mengutamakan (meningkatkan) pahala pelakunya sebagaimana pengutamaan puasa pada setiap bulan, begitu juga puasa hari ‘Asyura. Keutamaannya dikembalikan kepada kebaikan Allah kepada para hamba-Nya pada saat itu.” (Disarikan dari Qawaid al-Ahkam: I/38)
Penutup
Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram, yang seharusnya dimuliakan. Cara memuliakannya bukan dengan mengkramatkannya sehingga menetapkan mitos-mitos yang tak ada dasarnya. Memuliakannya adalah dengan tidak mengerjakan maksiat dan dosa besar di dalamnya. Di samping itu memperbanyak amal shalih sebagai lawan dari maksiat, dan salah satu amal shalih yang ditekankan adalah berpuasa. Dianjurkan memperbanyak puasa di dalamnya, tapi tidak berpuasa seluruh hari-harinya. Wallahu A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!