Rabu, 28 Jumadil Awwal 1446 H / 9 Maret 2016 05:21 wib
9.580 views
Stop Pelecehan terhadap Islam! (Bagian-1)
Oleh: Khamimah,Spd
(Inu Rumah Tangga dan aktif di MHTI DPD 2 Tulungagung)
Sahabat VOA-Islam...
Masih mengiang dalam ingatan kita pelecehan secara beruntun kepada figur Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh masyarakat Eropa. Diawali dengan pemuatan kartun Nabi Muhammad SAW di dalam majalah Jylland Posten di Denmark, penukilan kepribadian Nabi Muhammad SAW dan risalah Islam oleh Paus Benekditus yang tidak proporsional dan terakhir Lomba Karikatur Nabi Muhammad SAW oleh Partai Rakyat Denmark yang secara sarkatik menggambarkan Nabi Muhammad SAW dengan gambaran yang tidak pantas. Demikian penghinaan yang terjadi di negeri yang penduduk mayoritasnya orang kafir.
Sementara di dalam negeri, yang mayoritas penduduknya muslim, ada kasus peredaran sandal merk Nike dan Glacio dengan motif hiasan lafal Allah, Sampul al-Qur’an dijadikan terompet. Lembaran al-Qur’an dijadikan kertas petasan. Celana bermotifkan kaligrafi suratal-Ikhlas. Loyang kue bertuliskan ayat al-Qur’an.Azan mengiringi nyanyian Natal dalam perayaan Natal yang dihadiri oleh Presiden Jokowi.
Karpet sajadah dijadikan alas penari yang menarikan tari Saman lalu dilanjutkan para penari yang menarikan tari Bali dalam sebuah acara Kemenag DKI. Yang paling akhir adalah kasus yang diungkap oleh seorang netizen di akun facebook-nya pada Kamis (8/1/2016) bahwa ada sepatu merek La Koka bertuliskan kaligrafi Arab berupa penggalan QS. Yusuf ayat 64: “fallâh khayrun hâfizhan”. Sepatu itu diduga dibeli di Surabaya (Hidayatullah.com, 9/1/2016).
Dalam sebagian besar kasus penghinaan simbol Islam selalu muncul alasan: tidak sengaja atau tidak tahu. Alasan ini sungguh tidak logis. Sebabnya, desain motif hiasan sandal, sepatu, atau fesyen lainnya perlu proses panjang dan persetujuan untuk sampai ke proses produksi
Pada tanggal 14 januari 2016 bom mengguncang Jakarta, bukan sekedar ledakan, tembak menembak pelaku dengan pihak keamanan pun terjadi. Terdapat 7 orang meninggal dunia dan belasan orang luka-luka.Pihak kepolisian langsung menyimpulkan bahwa pelakunya adalah kelompok Jaringan Anshar Khilafah Nusantara yang berafiliasi ke ISIS.J enazah yang menjadi pelaku masih diidentifikasi namun mengapa afiliasinya sudah diketahui? Ada apa dibalik semua ini?
Alasan Tak Logis
Dalam sebagian besar kasus penghinaan simbol Islam selalu muncul alasan: tidak sengaja atau tidak tahu. Alasan ini sungguh tidak logis. Sebabnya, desain motif hiasan sandal, sepatu, atau fesyen lainnya perlu proses panjang dan persetujuan untuk sampai ke proses produksi. Sama halnya dengan alasan tidak tahu.Sungguh aneh jika masih ada yang tidak tahu tulisan lafal Allah dalam huruf Arab atau tulisan al-Qur’an. Semua orang pun paham, sajadah tak pantas dijadikan alas menari. Jadi, alasan tidak sengaja atau tidak tahu, dalam banyak kasus pelecehan simbol Islam, jelas sulit bisa diterima nalar.
Apa yang terjadi itu jelas menunjukkan adanya ketidakpedulian dan menggampangkan masalah. Karena itu, terlepas dari apakah ada rekayasa atau terpisah satu sama lain, kasus yang terus berulang ini jelas menunjukkan adanya masalah besar.
Sementara dalam masalah ledakan bom di Jakarta. Ledakan langsung dikaitkan dengan radikalisme.Dikatakan pelakunya berafiliasi kepada ISIS dengan membawa isu khilafah.Muara pesan yang disampaikan adalah “ide khilafah harus diwaspadai”.
Respon Keliru
Sering muncul sikap dan respon yang salah kaprah dan keliru. Di antaranya: menganggap enteng masalah; menganggap hanya kecelakaan, hanya oknum dan lainnya. Tak jarang, kasus yang ada malah digunakan untuk menyebarkan ide-ide “menenangkan” semisal seruan umat Islam harus sabar, umat Islam jangan terlalu fanatik, umat Islam harus memperluas toleransi dan sebagainya.
Penanganan kasus juga hampir tidak pernah tuntas.Tidak ada pula hukuman yang bisa membuat efek jera. Sekadar contoh, dalam kasus sandal bertuliskan lafal Allah, produsennya PT Pradipta Perkasa Makmur berjanji akan menghentikan produksi; sisa sandal yang belum dipasarkan akan dimusnahkan; sandal yang sudah terlanjur beredar di pasaran dan yang sampai ke tangan konsumen akan ditarik; dan Perusahaan akan menggantinya dengan desain sandal yang baru. Pemiliknya, Low Hwa, seorang warga keturunan Cina, juga meminta maaf kepada seluruh umat Islam. Setelah itu, meski dikatakan proses hukumnya akan terus berlanjut, hingga kini tidak jelas bagaimana kesudahannya.
Berbeda dengan masalah bom, mengapa jawaban pelaku dan penindakan pelakunya langsung direspon dan dikaitkan dengan Islam? Tidak masuk akal sehat, Islam yang diturunkan oleh Allah sebagai rahmatan lil alamin sering dikaitkan dengan terror padahal Islam mengharamkan terror.Bagaimana mungkin seorang muslim membenci ajaran agamanya sendiri dan menentang ajaran Rasulnya?Mengapa ide khilafah dikriminalisasi hingga seakan merupakan monster yang menakutkan?
Akibat Faktor Individu dan Sistem
Menurut Syaikh Muhammad bin Said al-Qahthani, setidaknya ada enam faktor seseorang terjerumus melakukan pelecehan agama. Pertama, benci dan dengki terhadap kandungan nilai-nilai agama. Kedua, celaan atau balas dendam terhadap pelaku kebaikan. Ketiga, bercanda yang berlebihan dan ingin menertawakan orang lain. Keempat, sombong dan merendahkan orang lain. Kelima, taklid buta terhadap musuh-musuh Allah SWT. Keenam, cinta harta yang berlebihan sehingga dia akan mencarinya dengan cara apapun (Al-Qahthani, Al-Istihzâ’ bi ad-dîn wa Ahluhu).
Selain keenam latar belakang individu itu, maraknya pelecehan terhadap simbol-simbol Islam juga banyak dipengaruhi oleh faktor sistem.Selama ini sistem hukum yang ada tidak memiliki ketegasan. Sanksi hukum tidak membuat jera pelaku pelecehan sekaligus gagal mencegah pihak lain untuk melakukan hal yang sama. Akibatnya, tak sedikit kasus pelecehan ini menguap begitu saja.
Kasus sandal Nike, sandal Glacio, terompet sampul al-Qur’an, petasan dari lembaran al-Qur’an, loyang bertuliskan ayat al-Qur’an, celana bermotif kaligrafi surat al-Ikhlas, dan kasus lainnya, proses hukumnya tak jelas dan apalagi sanksinya. Pelafalan azan di acara peringatan Natal dan sajadah dijadikan alas menari, bukan hanya berlalu begitu saja, malah juga diopinikan sebagai toleransi, sikap moderat dan menghargai kearifan lokal.
Disisi lain pencitra burukan Islam terus dilakukan. Dalam buku berjudul Hard Choice Mantan Menlu AS, Hillary Clinton mengakui bahwa gerakan ISIS dibentuk oleh AS bersama sekutunya untuk membuat Timur Tengah senantiasa bergejolak. Dalam bukunya tersebut, bisa dinilai bahwa ide khilafah yang shahih disabotase melalui pembentukan khilafah ala AS.Lalu organisasi tersebut dituduh sebagai organisasi teroris.
Sekularisme membuat orang menganggap enteng simbol-simbol agama, bahkan menganggap sikap mengagungkan simbol-simbol agama sebagai kefanatikan
Akar Masalahnya Sekularisme
Sebagaimana orang-orang Arab Jahiliah dulu membuat berhala untuk disembah dan dipuja-puji.Mereka juga berkorban untuk berhala tersebut. Mereka akan marah jika ada yang berani menghina berhala mereka.
Dalam negara sekular, Allah SWT dianggap tak lebih dari sekadar berhala: silakan dipuji, disembah, dikagumi, disanjung. Namun, dalam mengatur kehidupan, Allah SWT ‘tidak boleh ikut campur’.Aturan-Nya tidak boleh diterapkan.Al-Qur’an boleh dibaca, dikaji, dihafal bahkan dilombakan; namun tidak boleh dijadikan rujukan dalam mengatur negara.
Sekularisme mendoktrinkan pemisahan agama dari kehidupan dan negara dijadikan pondasi.Berlandaskan sekularisme itu agama Islam tidak boleh dijadikan dasar pengaturan negara dan masyarakat; pemimpin harus terbuka, tidak memihak satu agama dan pengaturan berbagai urusan rakyat tidak berpatokan pada Islam.
Sekularisme juga menjadikan individu tak peduli dan meremehkan hal-hal berbau agama. Sekularisme membuat orang menganggap enteng simbol-simbol agama, bahkan menganggap sikap mengagungkan simbol-simbol agama sebagai kefanatikan. Bersambung. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!