Rabu, 8 Rabiul Akhir 1446 H / 22 Februari 2023 16:10 wib
22.257 views
4 Hikmah Memperbanyak Puasa di Bulan Sya'ban
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah–Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Pada bulan Sya'ban, umumnya, umat Islam sibuk dengan persiapan-persiapan menyambut Ramadhan. Tetapi seringnya, persiapan itu berkisar hanya masalah materi. Bagi pedagang, mereka sibuk menyiapkan stok untuk menghadapi gebyar Ramadhan, yang biasanya sangat ramai. Bagi panitia pengajian, sibuk mengadakan acara-acara penutupan pengajian, biasanya diisi dengan makan-makan atau rekreasi bareng.
Di sebagian daerah ada yang mengadakan lebih buruk dari itu, yaitu padosan (mandi bareng) yang terkonsentrasi di satu sungai, sumber air, sumur keramat atau tempat lainnya yang di situ berkumpul laki-laki dan perempuan. Mereka menyambut Ramadhan dengan kemaksiatan, khurafat, dan keyakinan yang tak berdasar.
Ada juga kesimpulan konyol dari sebagian masyarakat yang menjadikan Sya’ban sebagai bulan pelampiasan. Karena mumpung belum Ramadhan, mereka puas-puaskan berbuat maksiat, “Mumpung belum Ramadhan. Nanti kalau sudah Ramadhan, puasa kita bisa tidak sah”, kalimat terkadang mampir ke telinga kita.
Memperbanyak Puasa dan Ibadah Lainnya di Sya’ban
Dianjurkan meningkatkan amal ibadah dan ketaatan yang disyariatkan secara umum di Sya’ban; seperti qiyamullail, shalat sunnah rawatib, membaca al-Qur'an, bersedekah dan lainnya.
Ada satu amal yang mendapat perhatian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam secara khusus di Sya’ban ini; yaitu memperbanyak puasa.
Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu 'Anhuma, beliau berkata, “Wahai Rasulullah! aku tidak pernah melihat engkau berpuasa pada satu bulan dari bulan-bulan yang ada sebagaimana puasaEngkau pada bulan Sya’ban.”Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amat suka saat amalanku dinaikkan aku dalam kondisi berpuasa.” (HR. Al-Nasa’i. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
“Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak pernah berbuka (tidak puasa). Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak pernah berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Al-Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Al-Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156)
Dalam lafazh Muslim, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً
“Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. Namun beliau berpuasa Sya'ban semuanya kecuali hanya sedikit hari saja (sedikit hari yang beliau tidak berpuasa padanya).” (HR. Muslim no. 1156)
Dari Ummu Salamah, beliau mengatakan, “Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam setahun tidak berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Sya’ban, lalu dilanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Abu Daud dan Aal-Nasa’i. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Maksud Berpuasa Pada Sya'ban Seluruhnya
Lalu apa yang dimaksud “Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam biasa berpuasa Sya’ban seluruhnya”?
Imam Al-Syaukani rahimahullah menjawab hal ini, “Riwayat-riwayat ini bisa dikompromikan dengan kita katakan bahwa maksud kata “kullu (seluruhnya)” di situ adalah kebanyakannya. Alasannya, sebagaimana dinukil oleh Al-Tirmidzi dari Ibnul Mubarak, beliau mengatakan: bahwa boleh dalam bahasa Arab disebut berpuasa pada kebanyakan hari dalam satu bulan dengan dikatakan berpuasa pada seluruh bulan.” (Nailul Authar, 7/148). Jadi, yang dimaksud oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berpuasa di seluruh hari bulan Sya’ban adalah berpuasa di kebanyakan harinya.
Kenapa Nabi Tidak Puasa Penuh di Bulan Sya'ban?
Al-Imam Al-Nawawi rahimahullah menuturkan bahwa para ulama mengatakan, “Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib.” (Syarh Muslim, 4/161)
Hikmah Banyak Puasa di Bulan Sya'ban
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan sendiri alasan memperbanyak shiyam di bulan Sya’ban. Yaitu, untuk menyelisihi kebiasaan masyarakat yang lalai dari ibadah di bulan Sya’ban.
Alasan lainnya, amal-amal hamba di angkat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di bulan Sya'ban. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyukai saat amal-amal beliaudiangkat kepada Allah beliau dalam kondisi berpuasa.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amat suka saat amalanku dinaikkan aku dalam kondisi berpuasa.” (HR. Al Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Rahasia lainnya, memperbanyak puasa di bulan Sya’ban adalah sebagai persiapan untuk shiyam Ramadhan. Karena sudah terbiasa shiyam di Sya’ban, maka saat Ramadhan tiba, jiwa dan raga sudah siap melaksanakan shiyam dan ibadah lainnya.
Keutamaan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, disampaikan Ibnu rajab, adalah karena puasa ini ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana shalat sunnah rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya. Demikianlah puasa Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat dekat dengan puasa Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan lebih. Dan puasa ini bisa menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathaif Al Ma’arif, Ibnu Rajab, 233)
Pesan Khusus bagi saudari-saudariku, kaum muslimah, yang masih mempunyai hutang puasa di tahun lalu, hendaknya segera dilunasi hutang tersebut di Sya’ban ini. Wallahu a'lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!