Ahad, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 6 Januari 2013 17:35 wib
14.736 views
Buku Tadzkiroh Ustadz Ba'asyir Beri Wawasan Keilmuan Baru di UIN Jogja
YOGYAKARTA (voa-islam.com) – Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Indonesia Indonesia Yogyakarta atau yg lebih dikenal dengan PUSHAM UII Jogja mengadakan acara diskusi ilmiyah dan bedah buku “Tadzkiroh" Bagian II (Peringatan dan Nasehat Karena Allah) karya ustadz Abu Bakar Ba’asyir pada Kamis pagi (3/1/2013) di Ruang Treatical Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN SuKa) Yogyakarta.
Dalam forum diskusi ilmiyah yang juga bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN SuKa Jogja tersebut menghadirkan tiga narasumber dari berbagai latar belakang. Yang pertama yakni Ustadz Nanang Ainur Rofiq selaku Amir Jama’ah Ansharut Tauhid (JAT) Jakarta, Dr. Muhammad Ahzar selaku Dosen Politik dan Pemikiran Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Dr. Armaedy Anwani dari Prodi Ketahanan Nasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Dalam pemaparannya, Ustadz Nanang Ainur Rofiq menjelaskan dan memberikan klarifikasi bahwa tujuan ditulisnya dan disebarkannya buku tadzkiroh jilid ke-2 Ustadz Abu Bakar Ba’asyir bukanlah untuk mengkafir-kafirkan sesama muslim.
Bahkan beliau menantang Dr. Armaedy yang mengkritik bahwa buku Ustadz Abu hanyalah buku yang provokatif dan arogan. Ustadz Nanang juga menantang para peserta untuk menunjukkan kepada dirinya apakah ada isi didalam buku tadzkiroh tersebut yang mana Ustadz Abu mengkafirkan secara individual atau personal.
“Buku ini terbit bukanlah untuk mengkafirkan sesama muslim. Maka dari itu, saya bertanya kepada bapak yang disitu maupun para peserta untuk menunjukkan kepada saya, ada nggak didalam buku ini yang secara tertulis bahwa Ustadz Abu mengkafirkan kaum muslimin secara personal?” tantangnya.
Beliau juga menjelaskan bahwa konsep berjama’ah yang dipaparkan oleh ustadz Abu bukanlah konsep yang dibuat atas dasar nafsunya sendiri, melainkan konsep tersebut telah dipraktekkan sejak zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat.
Menurutnya, Khilafah Islamiyyah tidak akan bisa tegak dengan sendirinya kecuali diawali dengan adanya sebuah Daulah Islamiyyah. Sedangkan perjuangan untuk menegakkan Daulah Islamiyyah tersebut hanya bisa dicapai dengan dua cara, yakni dakwah dan jihad.
“Berjama’ah itu jangan hanya disederhanakan pemahamannya seperti jama’ah sholat. Karena Khilafah itu tidak akan tegak dengan adanya Daulah. Nah, jika kita belum mampu untuk menerapkan dan menegakkan Khilafah atau Daulah, maka sistem untuk mengatur kehidupan manusia dalam tataran sosial masyarakat ya, dengan cara hidup berjama’ah diantara sesama kaum muslimin,” tambahnya.
Sementara Dr. Muhammad Ahzar dalam pemaparannya menjelaskan bahwa berbagai macam karya tulisan apa saja yang sudah ditulis oleh Ustadz Abu patut mendapat ajungan jempol dan apresiasi.
“Yaa, patut kita apresiasi apa yang sudah ditulis oleh ustadz Abu ini. Paling tidak, beliau sudah membuka wacana keilmuan baru bagi kita semua yang ada disini, tentang bagaimana hidup sesuai dengan Al Qur’an dan Sunah tanpa adanya suatu tambahan atau pengurangan sedikitpun dari teks Al Qur’an tersebut. jadi apa yang diinginkan oleh Al Qur’an itulah yang dipaparkan oleh ustadz Abu,” ujarnya.
Menurut Dr. Ahzar, sebuah ide itu ibarat kepala, kaki dan tangan, yang mana dia bisa berjalan sendiri untuk mengajak dan menggandeng orang tanpa digerakkan oleh sang pencetus ide. Oleh karena itu, ide yang sudah digagas oleh Ustadz Abu melalui tulisan-tulisannya patut mendapat apresiasi.
“Sebuah ide itu ibarat kepala, tangan dan kaki. Dia bisa berjalan sendiri tanpa kita gerakkan untuk mengajak orang lain mengikuti ide kita tersebut. 2 tahun yang lalu saya pernah melontarkan ide di UMY bahwa seorang Rektor itu harus bergelar Doktor. Waktu itu saya mendapat kecaman dan dianggap gila jabatan, sebab waktu itu belum banyak yang bergelar Doktor, sedangkan waktu itu saya sudah bergelar Doktor. Eh, kemarin itu akhirnya UMY membuat keputusan bahwa seorang Rektor harus bergelar Doktor. Alhamdulillah ide saya diterima. Nah, dalam konteks ide yang sudah dicetuskan oleh ustadz Abu ini harapan saya terus disuarakan dan didiskusikan,” harapnya.
Terakhir beliau menyatakan bahwa ide ustadz Abu ini perlu diterjemahkan ulang oleh seseorang, mengingat kondisi ustadz Abu yang sekarang ini ada didalam penjara. Sebab menurutnya, bahasa yang dipakai maupun tulisan yang dicetak tebal dalam buku tadzkiroh tersebut sangat multi tafsir.
“Akan tetapi yang lebih penting, buku Ustadz Abu ini harus ada yang menterjemahkan kembali, sebab dengan font yang dicetak tebal ini bisa mengndang persepsi lain bagi pembacanya. Terlepas hal itu merupakan kerjaan editor sebagaimana apa yang sudah dijelaskan oleh ustadz Nanang tersebut. Saya sendiri sudah pernah berbicara langsung dengan Ustadz Abu sebelum beliau ditangkap, bahkaan beebrapa kali juga kita undang ke universitas kita dan yang saya lihat memang beliau itu orangnya santun dan baik,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur PUSHAM UII Jogja, Dr. Eko Prasetyo, SH, mengungkapkan bahwa tujuan diadakannya acara diskusi ilmiyah dan bedah buku tadzkiroh tersebut untuk mensosialisasikan buku ustadz Abu dan mendapatkan masukan dari kalangan mahasiswa dan akademisi.
“Tujuannya untuk mensosialiasikan buku tersebut dikalangan akademisi dan mendapatkan berbagai macam masukan guna perbaikan hukum yang sekarang ini ada. Sebab, kebanyakan isi dalam buku Ustadz Abu berisi tentang Syari’ah. Maka dari itu, peserta yang kita undang dan hadir ini kebanyakan dari fakultas syari’ah”, katanya kepada voa-islam.com disela-sela acara.
Disamping itu, pria yang biasa disapa Mas Eko ini juga membantah jika PUSHAM UII Jogja sekarang ini telah terkontaminasi oleh pemikiran ustadz Abu dan telah menjadi bagian dan sayap pergerakan JAT.
“Ndak ada itu, kita ini tetap netral dan tidak masuk kemana-mana. Kita kan geraknya di seputar penelitian dan pusat studi. Nah, karena kita nilai buku tadzkiroh ustadz Abu ini menarik, maka forum diskusi ilmiyah seperti ini adakan untuk mendapatkan input pemikiran-pemikiran baru agar menambah wawasan kita dan tentunya demi kebaikan bersama,” pungkasnya. (Bekti/VOA)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!