Sabtu, 23 Jumadil Awwal 1446 H / 27 April 2013 08:13 wib
12.592 views
Memorial Uje: Ustadz Muda yang Berdakwah dengan Bahasa Gaul
JAKARTA (voa-islam.com) – Proses perjalanan Jefri al Bukhori menjadi seorang pendakwah adalah sebuah proses yang panjang. Dari lembah hitam, kemudian hijrah menemukan jati dirinya, dan terbebaskan dari jeratan narkoba.
Sedikit mengenang masa lalunya, nama Jefri dikenal dalam industri hiburan sejak awal 1990-an. Pria kelahiran Jakarta, 12 April 1973 ini memulai karirnya sebagai penari (dancer) yang sering manggung di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara. Dunia seni peran itu juga yang membawa Jefri menekuni teater hingga ia bergabung dengan Teater Kawula Muda.
Di teater inilah awal perjalaan karirnya di dunia acting. Berbagai sinetron telah ia bintangi. Terutama sinetron remaja yang pernah menjamur pada awal 1990-an. Salah satu prestasi terbaiknya adalah saat dia terpilih sebagai Aktor Terbaik 1991 versi tabloid Bintang dalam hajatan sepekan sinetron remaja TVRI. Salah satu sinetron yang pernah dibintanginya adalah berjudul Sayap Patah.
Sebelumnya, keluarga Jefri tinggal di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Bagi warga Jakarta, kawasan ini sudah tidak asing lagi sebagai tempat hiburan yang tak pernah tidur dalam 24 jam.
Sebagai anak muda yang sedang mengalami masa pergolakan batin, apalagi didukung popularitas yang mulai merangkak naik, Jefri terseret arus dalam kehidupan glamour. Dunia gemerlap (dugem) pun menjadi gaya hidupnya ketika itu. Di saat itulah Jefri makin terseret ke lembah hitam, ia menjadi pecandu narkoba.
Dengan bekal iman yang ditanam orang tuanya, Jefri memiliki kepribadian ganda. Ia mengistilahkannya dengan STMJ (Shalat Terus Maksiat Jalan). Jefri yang ketika itu mengkonsumsi drugs, sempat mengalami fase takut mati. Ia betul-betul mengalami paranoid, seperti dikejar orang yang hendak membunuhnya.
Keinginan keluar dari jeratan narkoba, dijalaninya ketika umminya memberangkatkan Jefri umrah ke Mekkah tahun 2000. Di Tanah suci inilah Jefri menemukan jati dirinya. Pengalaman rohaninya yang menjadi kenangan saat itu adalah saat ia berada di depan makam Rasulullah, di tempat itulah tiba-tiba ingatan masa lalunya yang kelam seperti hadir di depan matanya. Jefri nangis sejadi-jadinya.
Singkat carita, sepulang umrah, Jefri diajak abangnya yang pendakwah untuk berceramah di masjid. Ustadz Jefri yang kemudian akrab sapa Uje ini kemudian dikenal sebagai mubaligh muda yang berdakwah dengan bahasa yang mudah dicerna. Ia dikenal di kalangan kebanyakan remaja alias ABG. “Saya memang mengkhususkan diri untuk kalangan remaja, karena mereka calon pemimpin bangsa, sehingga saya selalu menggunakan bahasa-bahasa yang muda dimengerti mereka,” kata Uje saat itu. Style Uje dengan baju koko dan peci khasnya itu menjadi identitas yang dikenal, dan banyak ditiru oleh kebanyakan ABG muslim.
Uje ternyata juga berdakwah di kalangan komunitas motor dan kalangan seleb yang membutuhkan siraman rohani. Selamat jalan Uje, semoga Allah mengampuni segala dosa, dan menerima kebaikan semasa hidupnya di dunia. [desastian]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!