Jum'at, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 14 Juni 2013 16:20 wib
22.516 views
Trik Warga Poso Agar Jenazah Mujahid Tak Dibawa Densus 88 ke Jakarta
POSO (voa-islam.com) – Tidak seperti biasanya..!! Mungkin itu sebuah kata yang pantas untuk disematkan terhadap jenazah Ahmad Nudin yang dibunuh Densus 88 di jalan Pulau Irian, dekat dengan pertigaan SMA 3, kota Poso, Sulawesi Tengah pada Senin (10/6/2013) sore.
Nudin yang saat itu baru selesai menunaikan sholat ashar di masjid Muhajirin langsung dikejar oleh Densus 88 yang menaiki mobil. Nudin yang saat itu berboncengan dengan kawannya langsung ditabrak dari belakang hingga dia dan kawannya terjatuh. Kawannya berhasil lari, namun Nudin langsung diberondong peluru oleh Densus 88.
Setelah terjatuh, Nudin kemudian ditembak sejumlah anggota Densus 88 yang keluar dari mobil hingga dirinya menghembuskan nafas terakhirnya. Kebrutalan Densus 88 tak cukup sampai disitu. Meski sudah meninggal dunia, menurut keterangan salah satu warga, jenazah Nudin masih disiksa dan diinjak-injak dibagian wajahnya.
Melihat kejadian tersebut, ada salah satu warga yang memberitahukan hal tersebut kepada pihak keluarga yang rumahnya tak jauh dari TKP dibunuhnya Nudin. Seketika itu pula, terjadi kerumunan massa yang cukup banyak. Lama kelamaan, masyarakat Poso yang berkumpul semakin banyak dan mencapai ribuan orang.
…Poso bukan seperti daerah lain, kalau ada penembakan warga aktivis Islam yang dituduh teroris, masyarakat cuma jadi penonton. Tapi kalau di Poso tidak seperti itu, masyarakat malah membela dan melawan Densus…
, menuntut agar jenazah Nudin yang merupakan tetangga, kerabat dan saudara sesama muslim mereka dikembalikan. Namun sangat disayangkan, demo yang mereka lakukan dengan damai disambut aparat gabungan TNI dan Polri yang bersenjata lengkap dengan menembakkan gas air mata.
Tak hanya gas air mata, polisi yang rata-rata merupakan anggota Brimob tersebut juga memuntahkan peluru tajam ke arah warga masyarakat yang berdemo. Karena terdesak, massa kemudian membela diri dengan balas melempari aparat gabungan tersebut dengan kayu dan batu seadanya yang ada dipinggir jalan.
Demo tersebut berlangsung hingga Senin (10/6/2013) malam harinya, namun tidak sampai tengah malam bentrokan tersebut berhenti. Kemudian pada Selasa (11/6/2013) pagi harinya sekitar pukul 07.30 WITA, aparat gabungan TNI dan Polri melakukan penyisiran di Jalur Kayamanya menuju kelurahan Moengko.
Melihat warga yang berkerumun, di sekitar Hotel Kartika, aparat Brimob langsung menembakkan gas air mata dan peluru tajam ke arah warga tanpa melakukan mediasi terlebih dahulu. Mendapat serangan mendadak tersebut, para warga kemudian mencari tempat berlindung.
…Saya harap didaerah lain yang mayoritas muslim bisa membela orang-orang yang dianggap dan dituduh sebagai teroris…
Akan tetapi karena tidak ada tempat berlindung yang aman, ditambah lagi dengan serangan aparat yang semakin brutal, warga kemudian membalasnya dengan melemparkan batu yang ada dipinggir jalan ke arah aparat. Disini,
Tidak berselang lama, tersiar kabar bahwa jenazah Nudin akan dikembalikan pihak kepolisian kepada pihak keluarga pada Selasa malam harinya. Akhirnya masyarakat menghentikan sementara waktu aksi demonya. Dan benar saja, waktu adzan magrib berkumandang, di Jalan Pulau Jawa 2, Gebang rejo, kecamatan Poso Kota, kabupaten Poso.
Setelah selesai dikafani dan disholatkan oleh warga sekitar dan warga Poso yang dari luar Poso, jenazah Ahmad Nudin langsung dimakamkan sehabis sholat isya’. Nampak hadir diantara pelayat adalah Ustadz Adnan Arsal, salah satu tokoh umat Islam Poso yang juga memberikan tashiyah sebelum jenazah dikebumikan.
Sementara itu, warga Poso berinisial HN mengungkapkan proses dan perlakuan aparat kepolisian yang tak biasa terhadap jenazah Nudin. Menurutnya, proses yang bertele-tele dalam mengurus jenazah mujahid yang dibunuh Densus tak perlu terjadi, karena modus pembunuhannya dan pembunuhnya sudah jelas, yakni Densus 88.
…Harapan saya kepada kalian (masyarakat dan umat Islam yang ada diluar Poso -red), tetaplah berdoa dan berusaha agar kita bisa berjuang bersama-sama membela Islam hingga ajal menjemput kita, sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh warga masyarakat Poso…
Disamping itu, jika biasanya jenazah para mujahid yang ditembak mati Densus 88 harus menunggu proses yang lama, seperti harus dibawa ke Jakarta dulu, diambil sampel test DNA keluarga yang ribet, dan lain-lainnya, menurutnya hal itu hanya akal-akalan polisi.
Tak lebih dari dua hari setelah didemo besar-besaran sebagai bentuk solidaritas, maka jenazah akan dikembalikan. Dan hal itu terbukti saat jenazah Nudin dibunuh Densus 88. Masyarakat Poso bergerak bersama-sama untuk membantu keluarga yang dituduh teroris dan melawan Densus 88.
“Poso bukan seperti daerah lain, kalau ada penembakan warga aktivis Islam yang dituduh teroris, masyarakat cuma jadi penonton. Tapi kalau di Poso tidak seperti itu, masyarakat malah membela dan melawan Densus,” kata HN kepada voa-islam.com pada Rabu (12/6/2013) sore.
Dirinya pun mengharap akan apa yang dilakukan warga Poso bisa ditiru warga dan kaum muslimin lainnya diluar Poso. Hal itu, menurutnya merupakan bentuk ukhuwah Islamiyyah sesama muslim. Dia mengingatkan bahwa ukhuwah itu bukan hanya sekedar slogan dan ucapan, namun butuh aplikasi nyata.
…Akankah sikap dan pembelaan warga serta kaum muslimin di Poso ini dicontoh dan dilakukan oleh kaum muslimin di tempat lain yang merupakan mayoritas dengan jumlah penduduk umat Islam terbesar di Indonesia?...
“Saya harap didaerah lain yang mayoritas muslim bisa membela orang-orang yang dianggap dan dituduh sebagai teroris,” himbaunya.
Terakhir, dirinya berpesan kepada kaum muslimin untuk selalu dan saling mendoakan kepada sesama muslim. Perjuangan umat Islam panjang dan butuh pengorbanan, sedangkan musuh khususnya Densus 88 sudah semakin nyata menyerang. Untuk dirinya menegaskan bahwa usaha untuk membela warga, aktivis Islam dan mujahid yang dituduh teroris harus dilakukan semua orang.
“Harapan saya kepada kalian (masyarakat dan umat Islam yang ada diluar Poso -red), tetaplah berdoa dan berusaha agar kita bisa berjuang bersama-sama membela Islam hingga ajal menjemput kita, sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh warga masyarakat Poso,” tandasnya.
Akankah sikap dan pembelaan warga serta kaum muslimin di Poso ini dicontoh dan dilakukan oleh kaum muslimin di tempat lain yang merupakan mayoritas dengan jumlah penduduk umat Islam terbesar di Indonesia? Wallahu a’lam.. [UD]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!