Jum'at, 22 Jumadil Awwal 1446 H / 22 November 2013 13:40 wib
11.577 views
Hendropriyono: Indonesia Juga Sadap Pejabat Australia
JAKARTA (voa-islam.com) Dua media Ostrali The Australian dan The Sidney Daily Telegraph sama-sama melaporkan komentar dari sebuah wawancara dengan mantan Kepala BIN A.M Hendropriyono pada 2004 yang lalu.
Perdana Menteri Australia Tony Abbott semakin keukueh untuk tidak meminta maaf kepada Indonesia mengenai isu penyadapan karena Indonesia pun menyadap pejabat Australia. Australia semakin bersikeras karena berdasarkan hasil wawancara Hendropriyono dengan Nine Network yang menyebutkan setiap negara saling melakukan penyadapan. Ia mengaku Indonesia turut melakukan penyadapan terhadap pejabat Australia tahun 2004 silam. Dalam wawancara itu, Hendropriyono menyadap beberapa politikus Australia yang ditujukan untuk memonitor masalah Timor Leste.
Bukannya mereda, pengakuan Hendropriyono di Nine Network justru memanaskan suasana dan beberapa media di Australia yang semakin mendukung sikap diam Perdana Menteri Tony Abbott dan menolak permintaan maaf karena berada pada periode pemerintahan yang lalu. Tony Abbott menyatakan itu terjadi bukan pada pemerintahannya sehingga tak perlu minta maaf demikian kalimat bersayap Tony Abbot dengan ucapan ambigu
"Tidak ada permintaan maaf pada 2004. Tentunya di 2013, (Australia) tidak perlu meminta maaf," tulis The Sidney Daily Telegraph, Rabu (20/11/2013).
"Saya memiliki hubungan baik dengan teman saya, Direktur ASIS dan ASIO (lembaga intelijen Australia). Saya hanya menginginkan mereka lebih hati-hati, meningkatkan kemampuan intelijen," ujar Hendropriyono
Hendropriyono mengakui penyadapan hal tersebut ilegal, tetapi kesalahan utama ada di Australia yang berujung pada rasa malu bahwa informasi itu bocor.
Wartawan Senior Hanibal Wijayanta mengungkapkan bahwa pasukan khusus Australia yang sedang berlatih bersama dengan Kopassus di Batujajar sudah disuruh pulang, sementara enam pesawat tempur kita yang berlatih perang-perangan di arena Elang Ausindo juga sudah dipanggil pulang. "Nah, kalau yang begini gimana dong Pak SBY...? Alat sadap bantuan Australia yang biasa dipakai Densus 88 juga harus diperetelin dan dikirim balik dong" tutup Hanibal (abdullah/Fairfax/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!