Jum'at, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 15 Mei 2015 14:19 wib
7.378 views
Tidak Tegas Terhadap Gafatar, Warga Waiheru Ambon Kecewa Terhadap MUI
AMBON (voa-islam.com) – Warga Desa Waiheru, Kota Ambon kecewa dengan MUI Provinsi Maluku dan MUI kota Ambon yang dinilai tak mau peduli dengan berkembangnya Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di desa Waiheru, Kota Ambon, Provinsi Maluku. Padahal, warga sekitar sudah sangat resah dan jengkel terhadap ormas yang pernah diimami Ahmad Musadeq ini.
“Wajarlah mereka berpelat merah,” tutur Ust Slamet Difinubun, anggota Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) dan tokoh agama Waiheru mengungkapkan kejengkelannya, Sabtu (09/05/2015) lalu.
Ustadz satu anak ini membandingkan keberaniaan MUI di daerah lain. “Di Papua saja yang masyarakatnya mayoritas Non Muslim, MUI nya berani mengeluarkan pernyataan tegas soal Gafatar. Kenapa MUI Maluku dan kota Ambon tak berani,” tambahnya.
Merasa jengkel, Pak Ustadz Slamet mengusulkan agar ada MUI setingkat kecamatan agar bisa lebih cepat merespon problema masyarakat bawah.
Kekecawaan terhadap MUI provinsi Maluku juga disampaikan Ustadz Abu Imam Rumbara, khususnya kepedulian MUI terhadap pembinaan mualaf. Menurut direktur Pondok Pesantren Al-Anshor, Kebun Cengkeh, Kota Ambon ini, sebagai lembaga keulamaan seharusnya MUI berada di barisan terdepan dalam pembinaan mualaf. Tapi kenyataannya, mereka tak pernah mau peduli dengan kondisi orang-orang yang baru masuk Islam tersebut.
Tim voa-islam mendampingi Ustadz DR. Ahmad Annuri berdialog dengan warga Waiheru, KOta Ambon, Sabtu (09/05). Kegiatan ini bagian dari safari dakwah membina mualaf ke Indonesia Timur.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Aliran sesat Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) bikin heboh warga muslim Ambon, khususnya warga Desa Waiheru. Gafatar menjadikan desa Waiheru mendirkan kantor perwakilan wilayah provonsi Maluku di Desa Waiheru. Aneh, kantor perwakilan setingkat provinsi tidak berada di tengah kota.
Dari informasi di lapangan, sudah ada 13 warga Waiheru yang masuk dalam 'organisasi' ini. Setelah bergabung dengan Gafatar, mereka tidak mau shalat Jum'at di masjid, tidak lagi mengindahkan shalat lima waktu, dan tidak puasa Ramadhan. Karena Gafatar sendiri menganggap ibadah-ibadah tersebut tidak wajib. Bahkan, dari laporan Ustadz Slamet, mereka menganggap kafir pihak di luar mereka.
Model perekrutan dengan mengiming-imingi fasilitas motor dan modal usaha kepada calon anggota. [PurWD/voa-islam.com]
* Foto: dari Kanan: Ust. Slamet (berkaos putih), Ust Dr. Ahmad Annuri (berbaju koko putih dan berpeci), guru SDIT setempat, Ust Fuad (dai kota Ambon), Ust Abu Imam Rumbara.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!