Rabu, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 1 Februari 2017 20:26 wib
17.420 views
Al-Washliyah: Semua Hal Dikorbankan Rezim untuk Ahok
JAKARTA (voa-islam.com)--Ketua PP Al-Washliyah, Ahmad Doli Kurnia mengatakan bahwa proteksi penguasa terhadap Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok semakin eskalatif dan merajalela.
"Setelah Polri yang secara terang-terangan melindungi Ahok, sekarang aparat dan kelompok yang lainpun mulai dikerahkan. Dan yang menjadi sasaran serangan pun juga melebar kemana-mana," kata Doli dalam keterangannya, Jakarta, Selasa (31/1/2017).
Menurur Ketua Aksi KB-HMI itu, dalam dimensi pilkada, ketika elektabilitas para kompetitor Ahok semakin hari terus meningkat. Maka, dicari-carilah kelemahan mereka. Isu pembangunan masjid dan dana hibahpun direkayasa buat Sylviana Murni.
"Bahkan, saking membabi butanya, dana hibah pun disebut dana bansos pada awal pemanggilannya," cetus Doli.
Beberapa hari terakhir, lanjutnya, giliran Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang diutak-atik. Soal kekayaan Sandi dan "kasus dadakan" Anies tiba-tiba ada yang melapor ke KPK. Pada dimensi politik makro, rezim ini pun mengambil langkah politik berlebihan. Dengan teori "musuh lawan adalah teman kita", maka Antasari pun diberi Grasi dan dijadikan "kuda catur" yang siap memakan lawan politik, terutama kelompok Cikeas, yang dalam jangka pendek juga berguna melemahkan Agus Harimurti di pilkada DKI.
"Jokowi sedang melanggengkan kebiasaan "dendam antar rezim" yang mengaburkan makna rekonsiliasi antar elite yang sejak beberapa tahun lalu dicanangkan. Dan itu sangatlah buruk bagi tatanan politik dan demokrasi ke depan," kritik Doli.
Doli menilai, Alih-alih tidak mengulangi sikap "tidak bersahabat"nya Presiden Megawati terhadap Presiden SBY, malah Jokowi mengemukakan sikap "menyerang" terhadap rezim sebelumnya. Itu semua dilakukan demi seorang Ahok. Dalam dimensi sosial, rezim ini sudah menjurus pada pembiasaan terjadinya pemecah belahan antar anggota masyarakat. Dukungan Polri terhadap gerakan GMBI, dibiarkannya orang-orang yang muncul memfitnah, menghujat, dan memaki keyakinan, panutan, dan pemuka agama, semakin meyakinkan bahwa negara seperti tidak ada di tengah masyarakat.
"Kohesivitas sesama anak bangsa yang melemah pasca reformasi, bukannya berusaha dikuatkan kembali, malah ditegaskan dengan mengkotak-kotakkan satu kelompok dengan kelompok lain. Mungkin karena terlalu suka sekali dengan baju kotak-kotak," katanya.
Doli melanjutkan bahwa kriminalisasi ulama dan tokoh agamapun dilakukan dengan tiada keraguan dan seperti tanpa beban. Habib Rizieq, Ustadz Bachtiar Nasir, Munarman, dan entah siapa lagi berikutnya, semua dicari-cari dan dibuat-buat kelemahan dan kesalahannya.
"Sementara, si penista agama Islam dibela, dikawal ketat, dan diberikan kesempatan terus untuk terus menyakiti ummat Islam dengan ocehannya. Ibarat perang, penguasa saat ini sudah hampir mengeluarkan semua amunisinya, pistol, bayonet, senapan, granat, dan peluru kendali," tegasnya.
Bahkan, sambung Doli, berbagai pasukanpun sudah diterjunkan, mulai relawan, gerilyawan, para militer, pasukan bersenjatapun sudah dihadapkan dan mulai melukai masyarakat sipil serta menghancurkan bangunan-bangunan prestasi, sejarah, dan peradaban yang sudah ada.
"Tinggal bom atom saja yang belum dikeluarkan, yang bisa meluluh lantakkan seluruh negeri termasuk dirinya sendiri. Dan itu semua hanya karena Ahok, yang entah apa prestasinya selain pembohong, tukang maki, penista agama, tukang gusur rakyat, dan tak bersih juga dr indikasi KKN," lontarnya.
Pertanyaannya, ungkap Doli, apakah negara sebesar Indonesia ini harus dikorbankan hanya untuk seorang Ahok.
"Tentu bagi yang berfikir waras, tidak bisa menghindari jawaban kesimpulan bahwa ada kekuatan besar dan berbagai kekuatan lain di belakang Ahok dan rezim ini yang sedang ingin menguasai Indonesia demi kepentingan ekonomi, politik, dan ideologi mereka semata,"pungkasnya. * [Bilal/Syaf/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!