Kamis, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 3 Mei 2018 15:41 wib
3.919 views
Kondisi dan Peran Muslim Indonesia dalam Dakwah Islam di Jepang
JAKARTA (voa-islam.com)- Jepang merupakan negara sekuler yang tidak menempatkan agama sebagai salah satu pilar penting dalam negaranya, dengan kondisi demikian, bagaimana kehidupan muslim disana? Apa saja tantangan yang biasa dihadapi? Mungkin agak terlalu berlebihan jika mendengar kata “tantangan” bagi seorang muslim dalam menjalankan kehidupannya terutama melaksanakan kewajiban-Nya dan menjauhi larangan-Nya yang tinggal di negara mayoritas penduduknya adalah muslim.
Akan tetapi, tak ada kata lain yang lebih cocok selain “tantangan” bagi seorang muslim yang hidup di negara yang islamnya minoritas seperti di Jepang. Beberapa hal yang menjadi tantangan adalah terkait tempat dalam melaksanakan sholat ketika dalam aktivitas pendidikan ataupun pekerjaan, makanan halal, dan pelaksanaan puasa ramadhan. Untuk tempat pelaksanaan sholat setiap lokasi kampus atau kantor memiliki kasus masing-masing.
Ada yang disediakan tempat khsusus ada juga yang tidak. Ada yang dekat dengan masjid, ada juga yang jauh bahkan ada juga yang sulit ke masjid karena memang tak ada masjid di kota tersebut. Bagi yang tidak disediakan tempat khusus di kampus atau di kantornya, mereka biasanya memanfaatkan ruangan kosong atau space kosong di suatu ruangan. Sholat adalah kewajiban yang sudah ditentukan waktunya, jadi yang menjadi tantangan mungkin bukan waktunya, akan tetapi tempat pelaksanaannya terutama ketika di kantor atau di kampus.
Keberadaan muslim indonesia di Jepang membawa pengaruh terhadap dinamika dakwah islam di Jepang. Ada alasan dan motif muslim indonesia datang ke Jepang, ada yang studi, bekerja atau memang sudah berada di Jepang puluhan tahun karena faktor sejarah keluarga. Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim memiliki banyak kelompok atau golongan keislaman kultural seperti Muhammadiyah dan NU maupun kelompok islam yang berlandaskan politik ataupun sosial.
Oleh karena itu, muslim Indonesia yang ada di Jepang memiliki karakter golongan/kelompok keislaman tersebut. Perbedaan karakter diantara golonga/kelompok islam ini menjadi hal biasa bagi kita ketika di Indonesia, tetapi manjadi suatu tantangan dalam mengembangkan dakwah islam di Jepang. Perbedaan fiqih antar golongan/kelompok mungkin dapat dihargai satu sama lain tetapi akan menjadi kendala dalam merumuskan strategi dakwah bersama-sama dalam satu wadah di Jepang. Hal ini menjadi faktor yang memperlihatkan lemahnya dakwah islam di Jepang khususnya melalui lembaga/organisasi.
Jumlah muslim Indonesia di Jepang dapat menggambarkan miniatur kehidupan muslim di Indonesia karena karakter golongan/kelompok keislaman yang dibawa oleh masing-masing individu. Selain faktor kesamaan motif/alasan ke Jepang, perbedaan karakter ini juga menjadi faktor yang memunculkan banyak perkumpulan muslim Indonesia di Jepang.
Di satu sisi, banyaknya perkumpulan ini bagus untuk mewarnai dakwah islam di Jepang, tapi di sisi lain, karena adanya perbedaan karakter dan pandangan, antar perkumpulan muslim ini sulit terhubung dan bersatu sehingga menjadi titik lemah dalam kegiatan dakwah islam secara kelembagaan khususnya dalam hal advokasi.
Perkumpulan-perkumpulan muslim yang kecil tidak cukup kuat dalam melakukan advokasi sehingga tidak jarang kebutuhan muslim di Jepang tidak dapat terfasilitasi seperti halnya pernikahan, kegiatan kurban, maupun pemakaman. Ini menjadi salah satu tantangan utama dakwah islam yang dihadapi oleh muslim indonesia di Jepang saat ini dan nanti.
Berbeda lagi dengan keadaan muslim Indonesia di dalam pergaulan dakwah islam dengan masyrakat internasional di Jepang bersama para muslim dari negara lain. Meski cenderung tidak konversan, tidak banyak bicara, tetapi muslim Indonesia dihargai karena etos kerjanya. Beberapa muslim Indonesia pernah dipercaya menjadi pimpinan organiasi islam internasional di Jepang. Muslim Indonesia dikenal pendiam, tapi di dalam diamnya tetap berpikir dan bertindak.
Meski demikian, diamnya ini juga menjadi sebuah kendala karena dakwah yang dilakukan muslim Indonesia lewat kerja dalam diamnya ini justru kurang tersentuh oleh orang Indonesia yang kawin campur dengan orang asli Jepang. Orang indonesia yang kawin dengan orang Jepang justru mendapatkan penjelasan tentang islam dari muslim asli Jepang atau dari negara lain yang seringkali kurang dapat diterima dalam penyampaiannya.
Muslim Indonesia memiliki peran penting sebagai jembatan antara muslim asli Jepang dan muslim dari negara lain. Ada celah besar antara muslim asli Jepang dengan muslim negara lain karena memiliki karakter yang berbeda. Sebagai contoh, karakter orang Jepang yang cenderung gampang tersinggung kurang cocok dengan karakter muslim dari timur tengah yang cenderung ekspresif. Muslim Indonesia dengan sikap ramah dan lemah lembutnya mampu menjadi jembatan diantara celah tersebut atau memberikan jalan tengah dengan menampilkan islam yang moderat.
Kondisi Jepang yang berbeda dengan di Indonesia menjadikan corak, tantangan dan strategi dakwah di Jepang juga berbeda dengan dakwah islam di Indonesia. Muslim Indonesia yang berada di Jepang dengan segala kelebihan dan kelemahannya memiliki peran penting dalam mengembangkan dakwah islam di Jepang baik secara pribadi maupun lembaga atau organisasi.
Secara pribadi, masing-masing kita sebisa mungkin menampilkan islam moderat dengan karakter khas Indonesia yang ramah dan lemah lembut. Khsuus secara lembaga/organisasi, tantangan sangat berat untuk tidak saling mengedepankan karakter golongan. Perkumpulan-perkumpulan muslim Indonesia di Jepang harus senantiasa menjaga hubungan serta membentuk dan memupuk persatuan kelembagaan sehingga terwujud perkumpulan islam yang kuat. (Robi/voa-islam.com)
*Sulthon Arif Rakhman, Aktivis IMM IPB, Aktif di PCIM Jepang (muhammadiyah.or.id)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!