Senin, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 17 September 2018 13:32 wib
5.921 views
Habib Rizieq: Dukungan kepada Prabowo Hasil Pemikiran Matang
JAKARTA (voa-islam.com), Di tengah berlangsungnya Ijtima Ulama ke-2 di Grand Hotel Cempaka, Jakarta Pusat, Ahad 16 September 2018. Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Muhammad Rizieq Syihab memberikan pidato politik melalui rekaman audionya dari Makkah, Saudi Arabia.
Dalam pesannya, Habib menegaskan bahwa dukungan Ijtima Ulama kepada Capres Prabowo Subianto didasari oleh kajian strategis bukan didasari kepentingan politik sesaat.
"Saya ingatkan kepada Prabowo-Sandi, bahwa ulama tidak main-main dalam memberi dukungan, tetapi sejak awal sudah memikirkan langkah yang strategis dan serius untuk kemenangan yang berkah,"ujarnya. Lanjut Habib,
Ijtima Ulama juga memberi dukungan kepada Prabowo sebagai capres dengan pertimbangan yang matang. Bahkan, ketika Ijtima ulama memberi dukungan untuk cawapres dengan pemikiran super matang.
"Bukan sekedar kepentingan politik identitas semata seperti yang difitnahkan,"tuturnya.
Menurut Habib dalam membaca peta politik, Ijtima Ulama tetap realistis dan ulama tetap mempertahankan musyawarah untuk menentukan dukungannya.
Terkait politik identitas, para ulama dan habaib tidak akan memainkan politik identitas SARA yang rasis dan fasis.
"Tetapi, ulama akan memainkan politik identitas dengan elegan dan terhormat,"katanya.
Habib mengingatkan kepada pihak-pihak yang anti politik identitas, bahwa perjuangan kemerdekaan, perlawanan penjajahan, dan pembangunan negara banyak dipengaruhi oleh politik identitas yang etis.
"Ingat Indonesia merdeka dengan politik identitas, begitu juga perjuangan Diponegoro dan lainnya berperang melawan Belanda adalah politik identitas," tegas Pembina GNPF-Ulama itu.
Habib menambahkan bahwa saat Bung Tomo meminta fatwa ulama untuk melawan NICA itu adalah politik identitas, ketika Bung Karno menandatangani Piagam Jakarta dan memutuskan Dekrit Presiden juga merupakan politik identitas.
"Politik identitas ulama dilakukan untuk menjunjung tinggi ayat suci di atas konstitusi, agar konstitusi dan turunan perundangan-undangannya terjaga dibawah kitab suci,"tuturnya. Habib menegaskan bahwa politik para ulama dan umat Islam bukan politik SARA, rasis, dan fasis. Tetapi politik kebangsaan untuk mencari rido Allah SWT.
"Menyerukan kepada para habaib dan ulama untuk bersatu dan bekerja keras untuk memenangkan capres dan cawapres Ijtima ulama yang disepakati,"katanya. (bil/voa-islam)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!