Sabtu, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 12 Oktober 2019 07:46 wib
5.259 views
Din Syamsuddin Heran, Pelaku Penusukan Wiranto Sudah Dipantau Tiga Bulan tapi Bisa Kebobolan
JAKARTA (voa-islam.com)—Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Din Syamsuddin menyoroti lemahnya pengamanan pejabat tinggi negara. Pernyataan Din ini menanggapi kasus penyerangan Menkopolhukam Wiranto di Menes Banten beberapa hari lalu.
Din merasa heran mengapa kasus penusukan ini bisa terjadi. Mengingat berdasar informasi pelaku sudah dipantau oleh pihak keamanan sejak tiga bulan lalu.
“Tentang peristiwa Bapak Wiranto saya membaca di media bahwa pihak keamanan sudah sejak tiga bulan lalu memantau pelaku penusukan. Pikiran awam saya bertanya, mengapa justeru bisa kebobolan?” ujar Din dalam keterangan tertulis yang diterima Voa Islam, Sabtu (12/10/2019).
Seperti diketahui, Kepala BIN Budi Gunawan mengatakan penyerang Menkopolhukam Wiranto adalah anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi. Menurut Budi, pelaku telah dipantau selama 3 bulan.
"Kita sudah pantau khusus pelaku ini tiga bulan yang lalu kan pindah dari Kediri ke Bogor, kemudian dari Bogor pindah ke Menes karena cerai dengan istri pertama. Di Menes ia menikah lagi. Dan memang sel-sel seperti ini cukup banyak, sehingga kami mengimbau agar masyarakat tidak ikut dan memantau mengawasi sel seperti ini," kata dia usai menjenguk Wiranto di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
Kembali ke Din, dengan kasus ini rakyat kecil akan merasa terancam keamanannya karena pejabat tinggi sekelas Menko urusan keamanan pun tidak terjamin keamanannya.
“Suasana ini tidak positif karena menunjukkan bahwa negara sesungguhnya tidak aman, dan negara akan dianggap gagal mengemban amanat Konstitusi yakni melindungi rakyat warga negara,” tegas mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.
Din berharap kasus ini diselesaikan secara jernih dengan melakukan proses penegakan hukum secara transparan, imparsial, dan berkeadilan.
“Jika tidak, maka masing-masing pihak akan mengemukakan versi dan interpretasinya dengan “bukti-bukti” sebagai disinformasia (“penyesatan informasi”) terhadap pihak lain. Suasana demikian akan menimbulkan sikap saling tidak percaya satu sama lain,” ujar Din.* [Syaf/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!