Kamis, 2 Zulhijjah 1446 H / 29 Mei 2025 07:00 wib
1.162 views
Adara Serukan Hentikan Genosida: 77 Tahun Nakba, Derita Palestina Belum Usai
JAKARTA (voa-islam.com) - Semangat memperjuangkan Al-Aqsa kembali bergema di Gedung Nusantara V DPR RI seiring dengan peringatan 77 Tahun Tragedi Nakba.
“Genosida Israel di Gaza terjadi karena dunia telah lama mengabaikan Palestina. Padahal, isu kemanusiaan di Palestina adalah tanggung jawab bersama,” tegas Direktur Utama Adara Relief International, Maryam Rachmayani dalam sambutannya pada seminar diskusi peringatan 77 tahun Nakba, yang digelar pada Selasa (27/05/2025) di Gedung Nusantara V, DPR RI.
Pernyataan Maryam, yang mencerminkan bentuk penegasan dan seruan kepada seluruh dunia bahwa sudah saatnya seluruh mata tertuju pada genosida yang terus berlangsung di Palestina, disampaikan dalam seminar diskusi yang bertajuk “From the Shadows of Nakba: Breaking the Silence, End the Ongoing Genocide”, yang menjadi bagian dari rangkaian acara peringatan 77 tahun tragedi Nakba. Acara ini diselenggarakan oleh Adara Relief International, lembaga kemanusiaan yang berfokus pada isu anak dan perempuan di Palestina, guna mendorong dukungan Indonesia bagi kemerdekaan Palestina dan meningkatkan kesadaran publik mengenai agresi Israel.
Sekitar 400 peserta dari berbagai kalangan, termasuk kalangan influencer seperti Chiki Fawzi, Bella Fawzi, dan Elsa Masyita, serta para akademisi, aktivis, organisasi masyarakat dan mahasiswa, serta media hadir dalam acara ini yang menjadi momentum untuk menyampaikan fakta, kesaksian, dan seruan kolektif untuk menghentikan penjajahan dan kekerasan yang terus terjadi di Palestina.
Sebagai keynote speaker dalam seminar, Adara menghadirkan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Dr. H. Hidayat Nur Wahid, M.A. Dalam pidatonya, sosok yang akrab disapa dengan HNW ini, menegaskan, “Dalam sidang PBB, sebanyak 143 negara telah mengakui Palestina sebagai negara. Apabila Israel melakukan kejahatan terhadap Palestina, maka dia telah melakukan kejahatan terhadap negara yang telah diakui oleh negara-negara berdaulat tersebut.”
Sementara itu untuk mengungkapkan fakta kejahatan Israel sepanjang terjadinya agresi, turut hadir tiga pejuang kemanusiaan dari kalangan medis dan jurnalis di Gaza, yaitu Prof. Dr. dr. Basuki Supartono S., Sp.OT., FICS, MARS, Youmna Al Sayed, dan Maher Abu Quta. Ketiganya menceritakan bagaimana pengalaman mereka selama menghadapi situasi sulit dengan berbagai bentuk tantangan di Gaza.
Prof. Basuki, panggilan akrab dokter sekaligus relawan tim kemanusiaan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) ini menceritakan bagaimana krisis kesehatan di Gaza akibat penargetan sistematis terhadap fasilitas medis. Pria yang baru saja pulang dari Gaza ini menuturkan, “Betapa penghancuran sistem kesehatan di sana bukan kecelakaan, apalagi salah sasaran. Melainkan menjadi bagian dari strategi militer mereka.”
Selain tokoh pemerintahan dan medis, Adara juga menghadirkan langsung jurnalis dan kameramen dari media internasional Al Jazeera English, yaitu Youmna Alsayed dan Maher Abu Quta.
“Israel menargetkan media untuk mencegah kebenaran sampai ke dunia,” kata Maher. Ia menjelaskan bahwa rangkaian pembungkaman pers ini dilakuan tentara Zionis mulai dari menyerang langsung kantor media, melarang jurnalis asing masuk ke Gaza, membungkam narasi Palestina secara elektronik, menangkap dan mengintimidasi jurnalis, serta penargetan tampan ampun pada keluarga.
Rekan Maher, Youmna Alsayed bercerita bahwa ia menerima ancaman langsung dan menargetkan keluarganya. Tentara Israel menembaki rumahnya setiap 5 menit. “Aku merasakan harga yang harus kubayar karena meliput peristiwa yang terjadi kepada bangsaku, aku membayarnya dengan bahaya terhadap keluargaku,” ungkap Youmna dengan nada bergetar.
Di akhir acara turut digaungkan gerakan Satu Rumah Satu Aqsa (SRSA) seiring dengan diresmikannya landing page. Halaman ini berisi tentang penjelasan gerakan dan mengajak masyarakat Indonesia turut berpartisipasi ke dalamnya, guna menanamkan semangat semangat Al-Aqsa dari lingkup yang paling kecil, yaitu keluarga.
Seminar ini berhasil membuka mata dan hati masyarakat yang hadir terhadap realitas kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Palestina. Salah satu peserta, yang juga seorang influencer dan aktivis Palestina, Elsa Masyita, menyatakan, “Banyak banget berita-berita. Ternyata kejahatan-kejahatan penjajah baru 10% yang diberitakan. Ini menjadi tamparan bagi kita untuk terus memperjuangkan Palestina.” Ungkapan tersebut menjadi pengingat bahwa perhatian dan perjuangan kita harus terus tertuju pada Gaza dan rakyat Palestina yang hingga kini masih menghadapi penderitaan panjang. (MA/Ab)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!