Selasa, 21 Jumadil Awwal 1446 H / 13 Oktober 2020 16:11 wib
18.911 views
Hikmah Kekalahan
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Setiap kejadian di alam raya terjadi dengan kehendak dan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala. Semuanya diketahui oleh-Nya –sebelum, ketika, dan sesudah terjadinya-. Termasuk kemenangan dan kekalahan umat Islam.
Sejarah mencatat, kaum muslim pernah menang perang melawan musyrikin Quraisy. Saat juta jumlah pasukan musuh tiga kali lipat. Allah turunkan pertolongan sehingga kemenangan di dapatkan. Hikmahnya, agar semakin sempurna keyakinan mereka kepada agama ini dan bertambah rasa syukurnya.
Sementara dalam peperangan berikutnya, yaitu perang Uhud, kaum muslimin mengalami kekalahan. Jatuh korban cukup banyak dari mujahidin. Bahkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam terlukan dan bercucuran darah. Sempat tersebar kabar beliau gugur.
Mengenai kekalahan itu, Allah jelaskan hakikat dan hikmahnya. Bahwa kemenangan di dunia itu dipergilirkan dengan kehendak-Nya. Dunia ini, Allah berikan kepada orang beriman dan kafir. Di satu masa, orang Islam yang menguasai dunia. Di masa yang lain, orang-orang kafir yang menguasainya. Tidak selalu umat Islam itu menang dan berkuasa. Karena dunia adalah tempat ujian.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا
"Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir)." (QS. Ali Imran: 140)
Allah tambahkan Hikmah Ilahiyah di kalimat berikutnya pada ayat yang sama,
وَلِيَعْلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَآءَوَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ
“Dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.”
Kekalahan umat Islam untuk menyeleksi orang-orang munafik dari barisan kaum muslimin. Yaitu agar nampak jelas orang-orang munafikin yang ada di barisan kaum mukminin lalu mereka meninggalkan barisan tersebut.
Seandainya kaum muslimin selalu menang dalam semua peperangan maka akan banyak orang yang tidak cinta Islam mengucakan syahadat. Mereka hanya mencari untuk duniawi dalam keperpihakannya. Karenanya, ketika terjadi kekalahan dan berbagai kerugian maka akan nampak jelas orang-orang yang yakin kepada Islam dan cinta kepada agamanya dalam kondisi lapang dan sempit, mudah dan sulit. Nampam pula orang yang hanya berpura-pura masuk Islam dan tidak ada kecintaan kepada agamanya.
Ibnu Qoyyim Al Jauziyah rahimahullahu Ta’ala berkata dalam Madarijus Salikin,
"Jika kebenaran selalu menang, niscaya orang-orang munafik akan memenuhi shaff-shaff para da'i. Jika kebathilan selalu menang, akan muncul keragu-raguan dalam diri para da'i akan jalan perjuangan. Kemenangan dan kekalahan selalu silih berganti. Kadang kebathilan yang menang untuk menyaring para da'i, kadang kebenaran menang untuk menumbuhkan keyakinan.."
[Baca: Seleksi Perjuangan, Sebuah Keharusan Menuju Kemenangan]
Dengan kekalahan maka Allah memberi kesempatan kepada sebagian mujahidin meraih kesyahidan. Dan bagi sebagian lainnya, pahala tanpa batas atas kesabaran. Oleh sebab itu, jangan terlalu bersedih dengan kondisi sulit yang dialami umat pilihan ini.
Jelaslah, bahwa kekalahan yang dialami umat islam itu mengandung hikmah ilahiyah yang agung. Terutama, agar umat tidak menjadikan dunia sebagai tujuan hidup dan perjuangannya. Akhirat lebih baik, lebih utama, dan lebih kekal untuknya.
Dengan kekalahan, Allah ingin membersihkan barisan pejuang di jalan-Nya dari orang-orang munafikin yang menjadi musuh dalam selimut umat Islam. Akhirnya, kemenangan yang Allah berikan dengan sebab pejuang-pejuang yang jujur dan murni berjuang di jalan-Nya. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!