Ahad, 27 Rabiul Akhir 1446 H / 21 Juli 2024 16:23 wib
28.449 views
Demi Kepentingan Pribadi: Lima Tokoh NU Jual Nama NU
Oleh: Ameena N
Baru-baru ini, lima orang yang disebut-sebut sebagai cendekiawan Nahdlatul Ulama menghadap presiden Israel. Kunjungan tersebut terjadi di saat warga Palestina satu persatu jadi korban pengeboman brutal dan pembunuhan massal oleh Zionist Israel laknatullah. Bahkan di hari artikel ini sedang ditulis, laporan serangan dari Zionis Israel terhadap Palestina, lebih tepatnya di kamp pengungsi Nuseirat dan lokasi lain di Gaza masih terus berlangsung. Dan dengan beraninya, lima orang tersebut menjual nama Indonesia, Nahdlatul Ulama, bahkan rakyat Palestina demi kepentingan pribadinya.
Berdasarkan video yang beredar, disampaikan oleh salah satu dari lima orang tersebut, yakni Zainul Maarif, bahwa kedatangannya bersama dengan yang lainnya adalah untuk menormalisasi hubungan politik antara Indonesia dan Israel. Pernyataan ini berbeda dengan sanggahan-sanggahan dia ketika membalas kritikan netizen. Dia mengatakan bahwa kunjungannya ke Israel bertemu dengan presiden Israel adalah untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina dengan cara mengkomunikasikan polemik antara Hamas dan Israel.
Bantahan yang sama sekali tidak masuk akal! Polemik Palestina-Israel bukanlah polemik sederhana yang akan cukup jika diatasi dengan komunikasi. Jika benar hal tersebut bisa, maka sudah dari dulu Palestina merdeka. Karena sebelum kroco-kroco ini mulai, sudah ada banyak orang yang lebih tinggi kuasa dan pengaruhnya yang berusaha melakukan cara itu. Dan lima orang yang disebut-sebut cendekiawan ini seharusnya paham, ini bukan perang, tapi genosida. Dan komunikasi, tidaklah cukup untuk dijadikan solusi.
Karena memang begitulah harusnya jika hendak melawan penjajah. Jika negosiasi gagal, maka perang adalah jalan selanjutnya. Di zaman ketika K.H. Hasyim Asy’ari memperjuangkan kemerdekaan Indonesia juga begitu. Negosiasi dulu, gagal, lalu perang. Dari zaman Nabi juga begitu. Lalu, dengan adanya pertemuan yang suasananya sungguh sumringah tersebut, apa hasilnya? Bahkan di pidatonya yang beredar, tidak ada pembahasan soal Palestina sama sekali.
Tidak usah heran bila perbuatan lima orang tersebut menuai reaksi marah sekaligus kecewa pada Nahdlatul Ulama. Karena tidak hanya sekali ini para elit NU membuat onar dengan mengambil manfaat dari organisasi dan masyarakat demi keuntungan pribadi. Sudah terlalu banyak oknum di Nahdlatul Ulama yang merusak citra Nahdlatul Ulama. Jika tidak segera ditangani dan diberantas, maka perjuangan Hasyim Asy’ari dan pejuang-pejuang NU terdahulu yang berusaha memerdekakan Indonesia dari penjajah bisa saja sia-sia. Bagaimana tidak, kalau pengisi kursi struktural penting di NU diisi oleh orang-orang yang hubungannya akrab sekali dengan penjajah.
Tolong, berhentilah membodohi masyarakat dengan taktik-taktik seperti ini. Apa tidak takut dengan Allah karena sudah menjual nama umat Islam dan agamaNya demi kepentingan yang sifatnya hanya duniawi saja? Jabatan yang sedang diemban itu penuh dengan beban tanggung jawab. Apalagi jika konteks jabatannya adalah soal urusan umat dan agama.
Dan ingat, bahwasannya Nahdlatul Ulama bukanlah organisasi masyarakat kecil yang jika ia rusak, maka yang terkena dampaknya hanya sebagian orang saja, namun bisa seluruh Indonesia sendiri. Dan itu sudah bisa kita lihat dampaknya dari bagaimana masyarakat kita banyak yang mulai tidak percaya dengan Nahdlatul Ulama akibat ulah oknum-oknum yang lalai dan serakah.
Itu masih soal jabatan. Bagaimana pengkhianatan yang sudah dilakukan kepada saudara-saudara kita yang ada di Palestina? Lalu, pengkhianatan terhadap kepercayaan masyarakat terhadap NU sendiri? Terhadap agama Allah? Tampak sepele, namun kunjungan tersebut benar-benar menggambarkan pengkhianatan yang sangat luar biasa. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!